Share

9. Aku (Tak) Mencintaimu!

"Lo beneran ngusir Daffa dari rumah gue?" Xena terus saja menghujani pertanyaan yang sama untuk remaja jangkung di depannya. Berusaha mengabaikan adalah hal yang dilakukan oleh Malik kala sang saudara tiri sudah mulai dengan sikap cerewet nan menyebalkan miliknya.

"Malik!" bentak Xena kala jengkel  mulai dirasa sebab sikap tak acuh dari remaja yang baru saja ingin masuk ke dalam ruang kamarnya di lantai atas.

"Hm. Gue ngusir dia. Puas?" Malik akhirnya menyahut. Menatap Xena yang tegas memincingkan matanya sebab remaja jangkung di depannya itu menjawab dengan nada enteng bak tak ada dosa selepas mengusir tamu istimewa miliknya.

Jika diingat dengan baik, Daffa tak pernah sekalipun datang hingga mampir masuk ke dalam rumah Xena. Duduk sebagai seorang tamu baik yang disuguhkan dengan segelas minuman dingin buatan sang tuan rumah. 

Hari ini fakta itu terpatahkan. Daffa datang dan duduk di atas sofa tengah ruangan. Bahkan, Xena menyambutnya dengan senyum manis. Sedikit canggung memang kalau dirasa dengan benar, akan tetapi ia sukses menjamu tamu sesaat sebelum Malik datang dan mengacau dengan sikap menyebalkan miliknya itu.

Jika saja Xena tak menaruh rasa dan harapan padanya, gadis itu pastilah sudah menendang keluar Malik dari dalam rumahnya.

"Kok lo tega sih, Lik!" Xena menggerutu. Mengepalkan tangannya bersama dengan sesekali menghentak-hentakkan kakinya di lantai sebab ia tak bisa berbuat banyak kali ini. Menarik Daffa kembali masuk ke dalam rumahnya? Tidak! Itu sangat tak sopan.

"Toh juga dia gak berniat untuk datang bertamu 'kan? Lo yang maksa dia masuk—"

"Dia tahu rahasia kita!" sentak Xena menyela. Membuat remaja yang ada di depannya sejenak membulatkan matanya kemudian melepaskan tawa puas kala melihat perubahan ekspresi wajah milik Xena. Lucu dan menggemaskan! Xena terlihat seperti itu saat ini, alih-alih terlihat seram.

"Lo ketawa?!" Jengkel sudah hati gadis yang di depannya. Menatap sang saudara tiri yang hanya mengangguk-anggukkan kepalanya kemudian kembali melangkah masuk ke dalam kamarnya selepas mendorong kasar pintu kayu yang ada di depannya.

"Gimana kalau—"

"Dia udah janji gak akan ngasih tau siapapun." Malik menyela. Memutar tubuhnya untuk menghentikan langkah Xena yang tanpa disadari oleh gadis itu, Xena sudah masuk ke dalam kamar pribadi milik saudara tirinya. Berhenti di sisi ranjang king size milik Abian Malik Guinandra sembari tegas menatap remaja yang ada di depannya. 

"Jadi jangan khawatir," pungkas remaja jangkung dengan poni naik yang menampilkan indah sepasang alis hitam arang miliknya.

Sumpah demi apapun! Kalau dilihat dengan benar dari jarak yang amat sangat dekat seperti saat ini, Abian Malik Guinandra benar-benar tampan dan mempesona. Ah, Sial! Xena kembali jatuh hati pada paras milik saudara tirinya itu.

Xena kini memalingkan wajahnya. Menelisik bagian ruangan yang sedikit asing untuknya. Memang, Malik dan Xena adalah saudara tiri yang tinggal dalam satu atap rumah yang sama. Mendapat kasih sayang dari orang tua yang sama adalah status kehidupan mereka saat ini. Akan tetapi, mereka hanya berbagi kasih sayang bukan berbagi ruang kamar yang berbentuk persegi ini. Xena tak pernah datang masuk ke dalam kamar saudara tirinya itu. 

Ada dua tangga di dalam rumahnya. Tangga yang dibangun di sebelah kanan pintu masuk adalah tangga yang mengarah langsung ke depan pintu kamar Abian Malik Guinandra. Jika berbelok dan berjalan sedikit jauh memutari bagian rumah, di sisi ujung lorong ada kamar milik Xena Ayudi Bridella yang lebih dekat kalau ditempuh dari lantai dasar menaiki satu tangga di kiri pintu utama rumah mewah yang dibangun oleh mamanya itu.

Singkatnya, kamar Malik dan Xena sangat berjauhan. Menutup kemungkinan untuk Malik dan Xena bisa bertukar kamar atau bahkan saling menyambangi kamar satu sama lain kalau-kalau tak sedang dalam keadaan genting. Namun, ada satu fakta yang tak banyak diketahui oleh orang luar bahwa Malik itu sedikit usil dan jahil.

Menyambangi dan datang masuk ke dalam kamar pribadi milik Xena adalah aktivitasnya kala jenuh dan bosan melanda. Tak ada papa yang bisa diajak bermain game, juga tak ada mama yang bisa ia temani untuk memasak di dapur. Hanya ada si saudara tiri yang sudah candu akan suasana kamar didominasi cat warna merah muda miliknya itu. Toh juga, dalam pendirian Abian Malik Guinandra kala Xena mengusirnya untuk keluar dari kamarnya, Malik selalu mengatakan dengan tegas bahwa ia iri dengan pemandangan malam yang disuguhkan alam melalui jendela kamar milik Xena.

"Selama datang di kamar gue," tukas Malik terkekeh ringan. Menyita perhatian gadis yang sedari tadi menelisik setiap bagian kamar miliknya. 

Kandang babi! Itulah kesan yang tergambar jelas di dalam pikiran Xena kala menemukan sampah berserakan bersama baju-baju kotor tak sempat di cuci oleh pembantu tadi pagi di atas lantai. Juga kondisi tempat tidur yang bisa dibilang sangat mengerikan saat ini.

"Lo betah tidur di kandang babi?" tutur Xena mengerutkan samar dahinya.

"Ini kamar ternyaman gue." Malik memberi pembelaan. Merentangkan tangannya seakan ingin lebih banyak menunjukkan pesona kamarnya pada si saudara tiri.

Xena tertawa kecil. "Kayak gini lebih patut disebut kandang babi dari pada ka—" Ucapan gadis itu terhenti kala Malik menarik tubuhnya dan membuatnya berputar. Jatuh ambruk di atas ranjang empuk milik Malik dengan remaja yang kini mengunci serta memblokir segala fokus milik Xena. 

Intim! Bahkan dari cara Malik menatap itu sangat detail dan intim. Posisi mereka pun tak bisa dibilang wajar saat ini. Seakan sebuah adegan panas akan terjadi jikalau Malik melanjutkan niatnya yang didorong oleh perijinan dari Xena.

"Mau nyobain tidur sama gue di sini?" ucapnya dengan nada lembut nan lirih. Sukses membuat gadis yang berposisi setengah tidur di bawahnya itu membulatkan matanya sejenak.

Xena masih menahan napasnya. Tak mampu bergerak bahkan ia tak bisa mengedipkan kedua matanya saat ini. Malik ... mencuri segala warasnya!

"Bernapas." Remaja itu menyela. Sedikit menarik wajahnya untuk menjauh dan memberi sedikit kelonggaran pada Xena. 

Gadis itu sigap memalingkan wajahnya. Mendorong kasar tubuh jangkung milik saudara tirinya itu kemudian menghela napasnya kasar. Berdecak ringan sembari melirik Malik yang kini tertawa kecil.

"Lemah lo!" katanya mengejek. Memutar tubuhnya kemudian berjalan mengarah ke sisi almari besar yang ada di sudut ruangan.

"Gitu aja udah skakmat." Malik mengimbuhkan. Semakin tegas melepaskan tawa untuk memberi ledekan pada si saudara tiri yang masih mematung sembari mencoba mengatur napasnya.

Persetanan gila saudara tirinya satu ini. Bisa-bisanya ia tertawa lepas setelah membuat jantung Xena hampir saja berhenti berdetak dan membuat gadis itu mati beku dalam posisi tak wajar seperti itu.

... To be Continued ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status