Beranda / Romansa / MY STEPBROTHER : Crazy, Sexy, Cool / 7. Fakta Mengejutkan Di Balik Senyuman

Share

7. Fakta Mengejutkan Di Balik Senyuman

Penulis: Lefkilavanta
last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-12 06:58:44

"Lo suka sama Daffa 'kan?" Kalimat itu sukses membungkam rapat mulut Xena untuk tak lagi banyak berkata menanggapi gadis baik yang baru saja ditemuinya beberapa menit yang lalu. 

Bagaimana Hela Ileana mampu mengetahui apa yang ada di dalam hati Xena Ayudi Bridella saat ini? Jikalau mengingat dengan benar, Xena tak pernah menceritakan pasal rasa bodohnya pada si teman dekat Dania Arabela dan Nea Oktaviana. Apalagi, kalau sampai membongkar keluar rahasia yang disimpannya rapi di dalam hati terdalamnya itu. Hela seorang peramal? Ah! Xena rasa itu terlalu tidak mungkin untuk dibenarkan.

"Kenapa diem?" tanya Hela sedikit memiringkan kepalanya untuk bisa menatap perubahan paras cantik milik Xena Ayudi. 

Hela tersenyum ringan. Mengulurkan tangannya kemudian menepuk bahu gadis yang berjalan di sisinya itu. "Maksud gue, bukankah semua cewe di sekolah ini suka sama Daffa? Kalau gak Daffa, pasti Malik." 

Xena menoleh cepat. Sejenak membulatkan matanya kala tak menyangka bahwa yang ada di dalam pikiran Hela sangat berbeda jauh dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Hela tak tahu, jikalau gadis itu benar-benar mengidolakan kekasih teman sebangkunya itu. Yang dikatakan oleh Hela barusan hanyalah sebatas bualan tak berdasar semata. 

"Hanya ada dua kemungkinan 'kan?" kekeh gadis bersurai panjang tergerai di atas punggungnya itu.

"Daffa adalah pacarnya temen sebangku gue." 

"Jadi lo satu kelas sama Nea?" Hela menyela. Sedikit meninggikan nada bicaranya untuk menanggapi satu fakta mengejutkan yang baru saja diucap oleh Xena Ayudi Bridella.

"Kita bahkan temen deket," tukas Xena melirih.

"Pasti berat 'kan?"

Xena terdiam. Lagi-lagi bungkam tak bersuara sebab tak mengerti apa yang sedang dikatakan oleh Hela untuk dirinya. Berat? Apanya yang berat?

"Lo punya sahabat yang pacarnya ganteng, itu pasti sulit."

Xena tersenyum aneh. Benar. Selepas mampu memahami apa yang dikatakan Hela untuknya itu, Xena hanya bisa menganggukkan kepalanya samar. Yang terberat bukan menahan untuk tetap setia dalam sebuah persahabatan dengan tak mengumbar aib yang diketahui kala sang sahabat berbagi cerita tabu dan pribadi padanya, akan tetapi yang terberat adalah kala menahan napsu untuk memiliki kekasih sang sahabat yang tampan dan mempesona. Sebab ada satu kalimat yang tegas membentengi segala rasa dan harapan Xena untuk memiliki Daffa Kailin Lim, si kekasih mempesona milik sang sahabat Nea Oktaviana. Kalimat itu berbunyi. "Sahabat memang harus berbagi suka dan duka bersama. Berjuang dalam menghadapi badai untuk menemukan indahnya pelangi dan menikmatinya bersama pula. Akan tetapi, kekasih tidak termasuk hal yang bisa dibagi dan diperjuangkan bersama-sama."

"Xena," panggil Hela lirih.

"Lo mau bantuin gue dapetin Malik 'kan?" tanya Hela menyambung kalimatnya. Sukses membuat Xena sejenak menghentikan langkahnya untuk mengikuti dan menyeimbangkan aktivitas baru gadis bertubuh tinggi dengan kaki jenjang yang menyempurnakan fisik indahnya. 

"Gue akan nglakuin apapun kalau lo mau bantuin gue. Bahkan kalau lo minta uang jajan gue—"

"Gue bukan preman." Xena menyela. Menatap gadis yang kini membulatkan sepasang kelopak mata ganda miliknya.

"Maksud gue, gue gak bisa janji. Selagi gue bisa bantuin ... gue akan bantuin lo." 

Sial! Ada apa dengan mulut Xena? Bisa-bisanya ia berucap kalimat demikian. Membantu Hela untuk mendapatkan Malik? Itu artinya dia sedang melakukan percobaan bunuh diri.

"Serius? Kalau gitu gue akan jadi temen lo." 

Xena mengerutkan dahinya. "Apa untungnya buat gue kalau gue jadi temen lo?"

Hela Ileana tersenyum ringan. Mengulurkan tangannya kemudian menunggu Xena untuk mengambil uluran tangannya. "Karena gue adalah Hela Ileana. Nomor satu di sekolah ini."

***LnP***

"Hela Ileana, nomor satunya sekolah yang menjadi idola banyak kaum adam, termasuk gue." Seseorang menjelaskan dengan kalimat singkat. Terkekeh kecil menutup kalimat yang baru saja diucapkan olehnya itu.

"Lalu nomor duanya?" tanya Xena sembari tegas menaikkan ke dua sisi alis cokelat miliknya. Bertahun-tahun menjadi seorang siswi di SMA Cakra Binanta, Xena tak tahu jikalau ada yang disebut si nomor satu, nomor dua dan nomor-nomor selanjutnya yang sukses membuat dahinya berkerut samar saat ini.

"Nara Chalondra Eri." Singkat suara berat nan tegas menjawab. Sukses mencuri segala fokus gadis yang kini membulatkan matanya sempurna. Nara? Gadis sialan yang sudah menganggunya tadi?

"Cewek yang gangguin lo tadi," tukasnya mengimbuhkan. Xena hanya terdiam sembari mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

"Ketiga?" tanyanya lagi. Membuat remaja yang berjalan beriringan dengannya selepas berpisah dengan Hela dan turun dari halte bus itu tersenyum lepas. Melirik paras cantik milik Xena yang tegas melukiskan semburat keingin tahuan.

"Namanya Dela. Dia udah pindah sekolah tahun kemaren."

"Keempat?" 

Ia kini menghentikan langkahnya. Memaksa Xena juga harus mengimbangi aktivitas baru remaja yang kini menyerongkan tubuhnya untuk menatap paras ayu nan jelita milik Xena.

"Xena Ayudi Bridella, dan yang kelima adalah Nea Oktaviana. Pacar gue." 

Xena tersenyum miring kala namanya disebut dengan tegas oleh si ketua osis yang akan tahu segala yang ada di dalam lingkungan tempatnya menjawab sebagai ketua itu.

"Gimana ceritanya gue bisa masuk ke urutan keempat? Padahal gue aja gak ada menarik-menariknya dan cantik-cantiknya sedikit pun." Xena memprotes. Kembali berjalan untuk sampai ke depan gerbang rumahnya yang sudah terekam jelas oleh kedua lensanya. Mengabaikan Daffa —remaja bertubuh krempeng yang sudah dengan baik hati menghantarnya sampai ke depan rumah—. Bukan tanpa sebab Daffa melalukan hal baik seperti itu. Sebab katanya si remaja ini akan mampir di rumah teman lama yang jaraknya hanya beberapa meter dari gang komplek rumah milik Xena.

"Lo cantik." Daffa menyela kala gadis yang tadinya berjalan ringan di sisinya itu kembali terhenti dan memutar tubuhnya untuk memberi salam perpisahan pada remaja di depannya itu.

"Lo cantik, Xena," ulangnya. Membuat jantung gadis yang ada di depannya itu kini berdetak kencang tak karuan ritme dan iramanya. 

Daffa, sungguh sialan dengan kalimat singkatnya itu. Membuat Xena kini mulai membesarkan rasa dan harapan teruntuk kekasih dari sang sahabat itu.

"Gue jadi penasaran, apa alasan orang secantik lo bisa nolak Malik," sambungnya mengimbuhkan.

"Karena lo—"

Klek! Suara gagang pintu gerbang tegas ditekan. Menyita fokus Xena yang kini sigap memutar tubuhnya juga fokus milik Daffa yang kini mulai menatap lurus ke depan. Menunggu siapa yang akan keluar dari dalam rumah Xena Ayudi Bridella.

Jikalau itu adalah orang tua Xena, maka Daffa akan memberi salam dengan membungkukkan badannya dan tersenyum ringan. Jika itu adalah saudara Xena, maka Daffa akan tersenyum ramah sembari menyapa dengan penuh kehangatan dan keakraban.

"Malik?" sela Daffa sembari membulatkan matanya kala tak menyangka siapa yang baru saja menampakkan wajah dan batang hidungnya. Pakaian yang dikenakan Malik sekarang ini, mendukung fakta bahwa ia tak sedang berkunjung di rumah Xena. Namun, tinggal bersama Xena.

... To be Continued ... 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aisha Arkana
Thor ini kok ngga nyambung ketemu Hela pulang sekolah, terus sampe pintu gerbang rumah yg nganter Daffa..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • MY STEPBROTHER : Crazy, Sexy, Cool   190. Ending : Kisah terakhir kita

    Ini bukan pertemuan mereka yang terakhir, itulah yang ingin Xena katakan lewat kehadiran dan tatapan matanya untuk Bara. Ia meminta polisi untuk menemui teman juga mantan kekasihnya itu. Perpisahan dan akhir sidang harus dirasakan dengan perasaan yang ikhlas dan lapang dada, Xena ingin memberikan kesan itu pada remaja yang baru saja meletakkan pantatnya di atas kursi. Bara tak berucap apapun. Ia terus memandang Xena. Wajahnya tak sesayu dan tatapannya tak senanar sebelumnya. Gadis itu lebih terlihat 'hidup' dengan polesan make up yang khas seorang Xena Ayudi Bridella. Suasana yang ia dapatkan dari Xena mulai kembali lagi."Kenapa lo menemui gue lagi?"Xena tersenyum manis. Ia meraih ujung jari Bara dengan perlahan-lahan. Remaja yang ada di depannya mulai menatap dengan aneh. Ia tak bergerak, terus mengikuti apa yang dilakukan Xena padanya sekarang. Gadis itu mulai menggenggam ujung jari-jari miliknya lalu menatap Bara dengan penuh kehangatan

  • MY STEPBROTHER : Crazy, Sexy, Cool   189. End of Troubles

    "Pengadilan menyatakan terdakwa atas nama Haidar Bara Ivander terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pembunuhan, penculikan dan penyekapan kelas ringan, serta penganiayaan kelas ringan. Untuk itu pengadilan menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara 10 tahun ditambah dengan pidana penjara 2 tahun dan ditambah dengan pidana penjara 6 bulan. Menetapkan lamanya terdakwa di tahan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan selama 2 tahun mengingat usia terdakwa yang masih remaja. Pengadilan memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan dengan denda sekurang-kurangnya adalah 20 juta rupiah. Demikian putusan pengadilan ditetapkan."Ketokan palu terdengar begitu tegas menggema di ruangan. Remaja jangkung dengan pakaian khas seorang tahanan kota itu hanya bisa mengangguk. Tak ada yang disanggah. Pengacaranya pun nampak diam dan mulai pasrah. Tak perlu waktu yang lama, tak perlu drama ini itu untuk mengurung si iblis

  • MY STEPBROTHER : Crazy, Sexy, Cool   188. About Friends (2)

    Rumput hijau yang menyejukkan mata dan hati. Mendamaikan perasaan yang sedang riuh bergemuruh di dalam jiwa saat ini. Malik memutuskan untuk mengikuti setiap langkah yang diambil oleh Zain pagi ini. Ia ingin berbicara banyak dengan laki-laki yang sudah menjadi temannya itu. Ia tak benar-benar membenci Zain. Hanya saja, siapa dingin Zain padanya membuat Malik menjadi sedikit jauh dari temannya itu. Sebenarnya di dalam lubuk hati yang dalam, ia tak pernah menyimpan dendam untuk remaja berponi naik ini. Hanya saja, ia iba. Zain terlalu lama menyimpan rasa sakitnya sendirian. Selepas kematian Tara, remaja itu menjauhi Malik dan memutuskan untuk menghilang dari peredaran. Baru beberapa bulan yang lalu ia kembali datang dengan Aksa yang membawanya penuh luka dan darah segar yang mengalir dari beberapa bagian tubuhnya.Memang, permusuhan keduanya sedikit unik. Tak ada pertengkaran juga perkelahian. Malik selalu memaafkan bagaimana perilaku Zain padanya. Toh juga, ada a

  • MY STEPBROTHER : Crazy, Sexy, Cool   187. About Friends (1)

    Semilir hawa bayu mengiringi langkah keduanya membelah trotoar jalanan yang menjadi jalur utama untuk mereka saat ini. Jalanan Kota Jakarta yang ramai, padat, dan tak pernah sepi juga sela. Selepas keluar dari bangunan kantor polisi, keduanya kini memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak dan mampir ke sebuah tempat untuk menikmati liburnya hari ini. Tanggal merah, hari penting untuk negara. Namun, surganya bagi para pelajar. Mereka diberi jeda satu untuk merilekskan otak dan hati mereka. Menikmati suasana kota di pagi hari sampai senja datang menutup kisah nanti sore. Malik dan Xena merasakan semua itu. Sedikit demi sedikit perasaan yang mengganggu di dalam hati mereka mulai hilang begitu saja. Semua masalah yang datang mulai surut bak gelombang air laut di malam hati. Rasanya sedikit tenang, mereka bisa menjalani hidup sesuai dengan apa yang mereka inginkan saat ini. Menjalin hubungan sederhana dan mulai merajut kasih juga cinta untuk melalui masa muda. Malik

  • MY STEPBROTHER : Crazy, Sexy, Cool   186. Perasaan ku

    Malik menatap wajah wanita tua yang ada di depannya saat ini. Pandangan matanya terus saja tertuju pada Sarah yang baru saja datang menghadang langkahnya. Sepasang mata dengan lensa pekat itu mulai menatap sayu dan nanar wajah mantan anak tirinya itu. Penuh luka, identik dengan apa yang terjadi pada sang putri kemarin malam. Kata Xena selepas ia sukses membuat mamanya menangis dengan keadaan wajah dan tubuhnya yang kacau, ia melegakan hati wanita tua itu dengan mengatakan bahwa untung saja Malik datang menyelematkan Xena dari Bara. Katanya, juga. Malik terluka sama dengan apa yang dialami oleh Xena. Gadis itu juga mengimbuhkan kalau yang menghantar dirinya sampai gerbang depan malam-malam begini adalah Abian Malik Guinandra, tetapi kala disuruh mampir untuk mengobati lukanya, Malik menolak. Alasannya hanya satu, ia tak mau membuat Sarah kembali kacau dengan dua luka di dalam hatinya selepas mendapatkan dua putra dan putrinya pulang dalam keadaan seperti itu. Toh juga ada papanya di

  • MY STEPBROTHER : Crazy, Sexy, Cool   185. Hati Yang Terluka.

    Bara mengetukkan ujung jari jemarinya di atas meja kayu yang ada di sisinya. Ia bersandar tepat di atas kursi sembari menyilangkan kaki dan menatap ke arah gadis yang masih tak sadarkan diri selepas ia menyiksanya habis-habisan. Bara memukul wajah Xena. Sisi bibir gadis itu tergores dengan darah yang mulai mengering. Ujung matanya lebam selepas Bara melayangkan tinju ringan kala sang gadis terus saja mengumpat padanya. Xena mengejutkan. Jujur saja, Bara tak tahu kalau gadis itu bisa setangguh ini dengan penampilan dan tatapan wajah dan polos. Kala dirinya mendorong Xena masuk ke dalam gudang sekolah dan menutup pintunya dengan rapat. Xena bahkan mulai bergeming di tempatnya dengan terus menatapnya menggunakan tatapan tajam penuh amarah. Bara menampar wajahnya lalu mendorong tubuh Xena hingga jatuh terantuk sisi meja rusak di belakang tubuh gadis itu. Darah mengalir dari sisi sikunya dan luka lecet datang selepas paku berkarat tak sengaja menyentuh permukaan lengannya.

  • MY STEPBROTHER : Crazy, Sexy, Cool   184. Akhir Sebuah Hubungan

    Fajar menyingsing dari ufuk timur. Sinarnya tegas menghantam permukaan bumi dan mencoba menghangatkan komponen yang ada di bawahnya saat ini. Gadis yang sudah berdiri di depan papan pengumuman besar di sekolahnya itu tak pernah menyangka dan mengira-ngira sebelumnya. Ia mendapatkan sebuah undangan kematian yang datang dari teman dekatnya. Seisi sekolah mulai membicarakan kematian Nara yang terkesan mendadak. Bukan hanya Xena yang terkejut. Akan tetapi, hampir seluruh penghuni sekolah. Bahkan guru-guru juga mulai memberitakan kabar ini dengan bumbu yang membuat suasana sedikit tegang. Kisahnya hari ini mungkin tak akan berakhir baik. Setiap sudut sekolah yang punya Mading besar seperti ini, akan menampilkan wajah Nara dengan pita kuning di atasnya. Ucapan bela sungkawa datang kemudian. Mereka meninggal 'note' yang mereka tempelkan di sisi undangan untuk mengirim doa pada teman mereka yang sudah berpulang ke pangkuan yang maha kuasa. "Bagaimana ini ... gue bahkan berbicara den

  • MY STEPBROTHER : Crazy, Sexy, Cool   183. Kematian Nara (2)

    Sirine mobil polisi meraung-raung di udara. Membawa sebuah duka di setiap lajunya beberapa saat yang lalu. Ambulan mengikuti, mayat gadis malang turun dari sana dengan keadaan sudah terbungkus oleh kain putih. Seorang remaja jangkung mengiringi masuk ke dalam bangunan kepolisian. Mayat itu akan disimpan di dalam ruangan mayat tempat beberapa korban pembunuhan lainnya berada hingga polisi menyelesaikan penyelidikannya besok pagi. Suasana sudah kacau dengan Aksa yang tak lagi kuasa untuk mengiringi kepergian gadis yang ia cintai. Nara adalah cinta pertama yang ada di dalam hatinya. Gadis itu adalah satu-satunya gadis yang bisa menyentuh lubuk hatinya paling dalam. Belum juga menyatakan perasaannya dengan resmi, ajal sudah menjemputnya dengan tragis. Aksa tak bisa berkata apapun lagi. Semua yang ada di depan matanya bak sebuah mimpi buruk yang harus ia lalui seorang diri.--ia membenci kisah malam ini!"Aksa ... kita cari tempat duduk

  • MY STEPBROTHER : Crazy, Sexy, Cool   182. Kematian Nara

    Langkah kakinya tegas membelah rerumputan hijau yang ada di bawah pijakan kaki remaja jangkung itu sekarang ini. Gelap terasa, sedikit sunyi sebab tak ada yang datang untuk bertamu dan menyambangi rumah tua itu sekarang. Semua benar-benar terasa sepi bak rumah hantu yang sengaja dijauhi oleh para masyarakat dan warga setempat. Bukan, bukannya di sisihkan dari kota. Bukan juga dijauhi orang-orang, beginilah suasana rumah Nara kalau malam tiba dengan kerikan jangkrik yang khas menghiasi suasana malam. Tak ada hujan, tak mendung dengan langit berbintang di atas sana. Kiranya, sambutan yang baik selepas Aksa memutuskan untuk memungkaskan perkejaan paruh waktu yang ia lakukan dan mulai menatap langit di atasnya.Ada satu alasan yang membuat dirinya datang ke tempat ini lagi. Tak penting jika ia menceritakan alasannya datang kemari pada orang-orang yang tak mengenal Nara dengan baik. Namun, baginya ini sangat penting. Kala keluar dari minimarket tempatnya bekerj

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status