Daffa mulai menelisik setiap bagian ruangan yang kini melindunginya dari sengatan sinar senja yang agung datang untuk menutup hari. Sesekali menoleh pada Malik yang baru saja mengambil satu kursi kecil untuk duduk dan menemaninya sembari menunggu Xena keluar dengan membawa nampan berisi jajaran gelas serta beberapa makanan ringan untuk menyambut kedatangan Daffa Kailin Lim.
Remaja kerempeng yang baru saja melepas jas almamater kebanggaannya itu kini kembali menatap aneh penampilan Malik sore ini. Celana pendek selutut yang dibuat dari kain bermotif kotak-kotak, satu kaos tipis berkerah O tanpa motif atau corak yang menghiasi. Sepasang sandal jepit menghias di bawah kakinya. Tak ada seragam atau jaket serta tas punggung yang menghiasi penampilan ala kadarnya saat ini. Seakan fakta sudah memberi tahu Daffa, bahwa Malik adalah tuan rumah bersama gadis cantik Xena Ayudi Bridella.
"Lo beneran tinggal di sini?" tanya Daffa akhirnya menyela. Menarik fokus milik Malik dan sukses membuat remaja itu tegas mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Gak mungkin 'kan kalau lo adalah suaminya—"
"Kita nikah muda." Malik menyahut. Memotong kalimat remaja sebaya di depannya itu.
Daffa menyeringai. Kalimat Malik membuatnya muak! Untuk kesekian kalinya ia bertanya dan memastikan alasan Abian Malik Guinandra berada di dalam rumah Xena dengan pakaian seperti itu, akan tetapi yang dilontarkan pertanyaan hanya terkekeh ringan sembari menjawab dengan nada enteng sedikit meremehkan.
"Kita adalah saudara tiri." Xena menyela. Keluar dari dapur dan berjalan ringan mendekat pada dua remaja bodoh yang terus saja saling melempar tatapan miliknya.
Daffa menoleh cepat ke arah Xena. Sejenak memincingkan matanya sebab ia benar-benar tak menyangka bahwa gadis cantik yang selalu tampil anggun nan mempesona baginya itu adalah saudara si gila, Abian Malik Guinandra. Bahkan, seorang saudara tiri sekalipun.
"Jadi, bisa gue minta tolong sama lo?" tukas Xena dengan nada lembut sembari meletakkan satu persatu gelas yang ada di atas nampan beralih ke atas meja yang menjadi pembatas antara duduk Daffa dengan posisinya sekarang ini.
"Bisa lo rahasiakan ini dari anak-anak?" sambung sang gadis memohon dengan harapan penuh bahwa Daffa akan benar-benar mengabulkan permintaannya kali ini.
Xena tak pernah memohon dan meminta pada orang seperti ini, kecuali dengan sahabat dekatnya. Akan tetapi untuk kelangsungan hidup nyamannya, Xena memohon pada Daffa untuk sedikit melonggarkan hati dan melebarkan baiknya dengan menjaga rahasia miliknya juga si saudara tiri, Abian Malik Guinandra.
"Kenapa lo pengen anak-anak gak tau soal— Bahkan, Nea pun?" Daffa mengubah arah pembicaraannya kala tersadar bahwa Xena adalah si teman baik dari sang kekasih, Nea Oktaviana.
Xena menanggukkan kepalanya ragu. "Kalau waktunya udah pas, gue pasti ngasih tau Nea dan Rhea."
"Soal Malik yang nyatain perasaannya sama lo—"
"Itu cuma bercandan dari Malik buat balas dendam ke gue karena gue aduin Malik ke papa dan mama."
Daffa kini terdiam. Sejenak menatap Xena yang hanya menundukkan wajahnya untuk menghindari kontak mata dengannya, kemudian tegas menoleh dan menatap paras tampan milik Abian Malik Guinandra.
Daffa sungguh tak mengerti sekarang ini, bagaimana bisa Malik menjadi saudara gadis yang disukainya sekarang ini? Jikalau Daffa benar-benar memutuskan hubunganya hanya untuk mengejar Xena sesuai banyangan dan rencananya, itu artinya Daffa akan menjadi saudara ipar dari musuh bebuyutannya Abian Malik Guinandra?
Tentang hubungan Abian Malik Guinandra dengan Daffa Kailin Lim yang tak banyak orang yang mengetahuinya. Fakta bahwa Malik dan Daffa pernah menjadi pasangan sahabat yang akur juga saling dekat satu sama lain adalah sebuah rahasia yang akan membuat siapapun terkejut kalau-kalau mendengarnya.
Malik adalah teman masa lampau untuk Daffa. Satu tim dalam sebuah permianan dan pertandingan hingga membuat pemusuhan timbul selepas kemenangan datang menjemput piala besar yang mengatasnamakan Daffa Kailin Lim.
Daffa mengkhianati persahabatannya dengan Malik. Membiarkan satu lagi teman akrab mereka malu sebab tingkah Daffa yang menjadi sok jagoan untuk membongkar ketidak adilan dalam sebuah pertandingan. Daffa mengatakan kemenangan yang diraih tim lawan adalah hasil dari sebuah kecurangan yang tak masuk akal. Membeberkan segala hal yang mampu menjatuhkan satu teman akrab mereka di depan muka umum.
Malik murka! Mengatakan dengan tegas bahwa apa yang dilakukan oleh Daffa sudah membuat sang teman dekat mengakhiri hidup sebab rasa malu menggerogoti dalam dirinya kala itu. Juga, remaja jangkung itu dengan tegas bahwa ia akan mengakhiri pertemanannya dengan Daffa mulai saat itu. Memilih pergi dan meninggalkan segala kenangan indah persahabatan yang mereka jalani semenjak duduk di tahun pertama sekolah menengah pertama.
Semesta memang sedikit usil dengan memberikan takdir gila yang mempertemukan mereka kembali dalam satu sekolah. Menjadikan dua remaja itu sebagai dua idola sekolah bagi kaum hawa yang menatap paras, fisik, dan cara keduanya bersua sembari menebar pesona mereka masing-masing.
Rumor beredar yang mengatakan bahwa Abian Malik Guinandra dan Daffa Kailin Lim tak pernah mau berbicara dan terlihat akrab bersama di lingkungan sekolah sebab mereka sama-sama saling menaruh kebencian untuk memenangkan kompetisi 'siapa yang paling tampan dan pantas menjadi nomor satu di sekolah?'
"Ikutin gue. Gue mau ngomong," tukas Malik bangkit dari tempat duduknya. Berjalan menjauh dari posisi Xena yang kini tegas menengadahkan kepalanya sembari terus meletakkan fokusnya menatap segala aktivitas dan langkah kaki Malik yang mulai mengarah ke ambang pintu keluar.
"Gue pergi dulu." Daffa pamit. Seakan paham bahwa dirinya tak diterima baik di sini oleh sang tuan rumah. Malik mengajaknya keluar bukan sebab ia ingin membicarakan hal tabu bersifat pribadi yang tak boleh diketahui oleh Xena. Akan tetapi, Malik ingin mengusirnya.
Remaja itu melangkah. Menyusul keberadaan Malik yang sudah berada di depan rumah. Kembali menutup pintu kala sukses melangkah keluar dan tak lagi menatap gadis yang jelas menaruh banyak tanda tanya perihal sikap Malik pada Daffa sore ini.
"Pergi." Benar! Tebakan Daffa keluar mengikuti Malik dengan kembali memakai jas almamater dengan mengendong tas punggungnya tepat sasaran. Malik mengusirnya!
"Gue gak nyangka lo adalah saudara tiri—"
"Pergi gue bilang." Malik menyahut. Menatap Daffa yang kini tegas menyeringai padanya.
"Gue akan jaga rahasia ini. Tenang aja," papar remaja kerempeng yang kini mengulurkan tangannya kemudian menepuk kasar pundak Malik. Berpaling dan memutar tubuhnya untuk mengambil langkah menjauh dari posisi berdiri Malik saat ini.
"Kenapa lo jadi begini? Bukankah berbohong adalah sebuah kecurangan dan kejahatan?" tanyanya menyela langkah milik Daffa.
"Karena Xena yang memintanya." Daffa kembali mengakhiri kalimat dengan senyum tipis. Membuat Malik yang tadinya memberi tatapan tajam kini mulai melunak. Kalimat itu ... apa maksudnya?
... To be Continued ...Ini bukan pertemuan mereka yang terakhir, itulah yang ingin Xena katakan lewat kehadiran dan tatapan matanya untuk Bara. Ia meminta polisi untuk menemui teman juga mantan kekasihnya itu. Perpisahan dan akhir sidang harus dirasakan dengan perasaan yang ikhlas dan lapang dada, Xena ingin memberikan kesan itu pada remaja yang baru saja meletakkan pantatnya di atas kursi. Bara tak berucap apapun. Ia terus memandang Xena. Wajahnya tak sesayu dan tatapannya tak senanar sebelumnya. Gadis itu lebih terlihat 'hidup' dengan polesan make up yang khas seorang Xena Ayudi Bridella. Suasana yang ia dapatkan dari Xena mulai kembali lagi."Kenapa lo menemui gue lagi?"Xena tersenyum manis. Ia meraih ujung jari Bara dengan perlahan-lahan. Remaja yang ada di depannya mulai menatap dengan aneh. Ia tak bergerak, terus mengikuti apa yang dilakukan Xena padanya sekarang. Gadis itu mulai menggenggam ujung jari-jari miliknya lalu menatap Bara dengan penuh kehangatan
"Pengadilan menyatakan terdakwa atas nama Haidar Bara Ivander terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pembunuhan, penculikan dan penyekapan kelas ringan, serta penganiayaan kelas ringan. Untuk itu pengadilan menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara 10 tahun ditambah dengan pidana penjara 2 tahun dan ditambah dengan pidana penjara 6 bulan. Menetapkan lamanya terdakwa di tahan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan selama 2 tahun mengingat usia terdakwa yang masih remaja. Pengadilan memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan dengan denda sekurang-kurangnya adalah 20 juta rupiah. Demikian putusan pengadilan ditetapkan."Ketokan palu terdengar begitu tegas menggema di ruangan. Remaja jangkung dengan pakaian khas seorang tahanan kota itu hanya bisa mengangguk. Tak ada yang disanggah. Pengacaranya pun nampak diam dan mulai pasrah. Tak perlu waktu yang lama, tak perlu drama ini itu untuk mengurung si iblis
Rumput hijau yang menyejukkan mata dan hati. Mendamaikan perasaan yang sedang riuh bergemuruh di dalam jiwa saat ini. Malik memutuskan untuk mengikuti setiap langkah yang diambil oleh Zain pagi ini. Ia ingin berbicara banyak dengan laki-laki yang sudah menjadi temannya itu. Ia tak benar-benar membenci Zain. Hanya saja, siapa dingin Zain padanya membuat Malik menjadi sedikit jauh dari temannya itu. Sebenarnya di dalam lubuk hati yang dalam, ia tak pernah menyimpan dendam untuk remaja berponi naik ini. Hanya saja, ia iba. Zain terlalu lama menyimpan rasa sakitnya sendirian. Selepas kematian Tara, remaja itu menjauhi Malik dan memutuskan untuk menghilang dari peredaran. Baru beberapa bulan yang lalu ia kembali datang dengan Aksa yang membawanya penuh luka dan darah segar yang mengalir dari beberapa bagian tubuhnya.Memang, permusuhan keduanya sedikit unik. Tak ada pertengkaran juga perkelahian. Malik selalu memaafkan bagaimana perilaku Zain padanya. Toh juga, ada a
Semilir hawa bayu mengiringi langkah keduanya membelah trotoar jalanan yang menjadi jalur utama untuk mereka saat ini. Jalanan Kota Jakarta yang ramai, padat, dan tak pernah sepi juga sela. Selepas keluar dari bangunan kantor polisi, keduanya kini memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak dan mampir ke sebuah tempat untuk menikmati liburnya hari ini. Tanggal merah, hari penting untuk negara. Namun, surganya bagi para pelajar. Mereka diberi jeda satu untuk merilekskan otak dan hati mereka. Menikmati suasana kota di pagi hari sampai senja datang menutup kisah nanti sore. Malik dan Xena merasakan semua itu. Sedikit demi sedikit perasaan yang mengganggu di dalam hati mereka mulai hilang begitu saja. Semua masalah yang datang mulai surut bak gelombang air laut di malam hati. Rasanya sedikit tenang, mereka bisa menjalani hidup sesuai dengan apa yang mereka inginkan saat ini. Menjalin hubungan sederhana dan mulai merajut kasih juga cinta untuk melalui masa muda. Malik
Malik menatap wajah wanita tua yang ada di depannya saat ini. Pandangan matanya terus saja tertuju pada Sarah yang baru saja datang menghadang langkahnya. Sepasang mata dengan lensa pekat itu mulai menatap sayu dan nanar wajah mantan anak tirinya itu. Penuh luka, identik dengan apa yang terjadi pada sang putri kemarin malam. Kata Xena selepas ia sukses membuat mamanya menangis dengan keadaan wajah dan tubuhnya yang kacau, ia melegakan hati wanita tua itu dengan mengatakan bahwa untung saja Malik datang menyelematkan Xena dari Bara. Katanya, juga. Malik terluka sama dengan apa yang dialami oleh Xena. Gadis itu juga mengimbuhkan kalau yang menghantar dirinya sampai gerbang depan malam-malam begini adalah Abian Malik Guinandra, tetapi kala disuruh mampir untuk mengobati lukanya, Malik menolak. Alasannya hanya satu, ia tak mau membuat Sarah kembali kacau dengan dua luka di dalam hatinya selepas mendapatkan dua putra dan putrinya pulang dalam keadaan seperti itu. Toh juga ada papanya di
Bara mengetukkan ujung jari jemarinya di atas meja kayu yang ada di sisinya. Ia bersandar tepat di atas kursi sembari menyilangkan kaki dan menatap ke arah gadis yang masih tak sadarkan diri selepas ia menyiksanya habis-habisan. Bara memukul wajah Xena. Sisi bibir gadis itu tergores dengan darah yang mulai mengering. Ujung matanya lebam selepas Bara melayangkan tinju ringan kala sang gadis terus saja mengumpat padanya. Xena mengejutkan. Jujur saja, Bara tak tahu kalau gadis itu bisa setangguh ini dengan penampilan dan tatapan wajah dan polos. Kala dirinya mendorong Xena masuk ke dalam gudang sekolah dan menutup pintunya dengan rapat. Xena bahkan mulai bergeming di tempatnya dengan terus menatapnya menggunakan tatapan tajam penuh amarah. Bara menampar wajahnya lalu mendorong tubuh Xena hingga jatuh terantuk sisi meja rusak di belakang tubuh gadis itu. Darah mengalir dari sisi sikunya dan luka lecet datang selepas paku berkarat tak sengaja menyentuh permukaan lengannya.
Fajar menyingsing dari ufuk timur. Sinarnya tegas menghantam permukaan bumi dan mencoba menghangatkan komponen yang ada di bawahnya saat ini. Gadis yang sudah berdiri di depan papan pengumuman besar di sekolahnya itu tak pernah menyangka dan mengira-ngira sebelumnya. Ia mendapatkan sebuah undangan kematian yang datang dari teman dekatnya. Seisi sekolah mulai membicarakan kematian Nara yang terkesan mendadak. Bukan hanya Xena yang terkejut. Akan tetapi, hampir seluruh penghuni sekolah. Bahkan guru-guru juga mulai memberitakan kabar ini dengan bumbu yang membuat suasana sedikit tegang. Kisahnya hari ini mungkin tak akan berakhir baik. Setiap sudut sekolah yang punya Mading besar seperti ini, akan menampilkan wajah Nara dengan pita kuning di atasnya. Ucapan bela sungkawa datang kemudian. Mereka meninggal 'note' yang mereka tempelkan di sisi undangan untuk mengirim doa pada teman mereka yang sudah berpulang ke pangkuan yang maha kuasa. "Bagaimana ini ... gue bahkan berbicara den
Sirine mobil polisi meraung-raung di udara. Membawa sebuah duka di setiap lajunya beberapa saat yang lalu. Ambulan mengikuti, mayat gadis malang turun dari sana dengan keadaan sudah terbungkus oleh kain putih. Seorang remaja jangkung mengiringi masuk ke dalam bangunan kepolisian. Mayat itu akan disimpan di dalam ruangan mayat tempat beberapa korban pembunuhan lainnya berada hingga polisi menyelesaikan penyelidikannya besok pagi. Suasana sudah kacau dengan Aksa yang tak lagi kuasa untuk mengiringi kepergian gadis yang ia cintai. Nara adalah cinta pertama yang ada di dalam hatinya. Gadis itu adalah satu-satunya gadis yang bisa menyentuh lubuk hatinya paling dalam. Belum juga menyatakan perasaannya dengan resmi, ajal sudah menjemputnya dengan tragis. Aksa tak bisa berkata apapun lagi. Semua yang ada di depan matanya bak sebuah mimpi buruk yang harus ia lalui seorang diri.--ia membenci kisah malam ini!"Aksa ... kita cari tempat duduk
Langkah kakinya tegas membelah rerumputan hijau yang ada di bawah pijakan kaki remaja jangkung itu sekarang ini. Gelap terasa, sedikit sunyi sebab tak ada yang datang untuk bertamu dan menyambangi rumah tua itu sekarang. Semua benar-benar terasa sepi bak rumah hantu yang sengaja dijauhi oleh para masyarakat dan warga setempat. Bukan, bukannya di sisihkan dari kota. Bukan juga dijauhi orang-orang, beginilah suasana rumah Nara kalau malam tiba dengan kerikan jangkrik yang khas menghiasi suasana malam. Tak ada hujan, tak mendung dengan langit berbintang di atas sana. Kiranya, sambutan yang baik selepas Aksa memutuskan untuk memungkaskan perkejaan paruh waktu yang ia lakukan dan mulai menatap langit di atasnya.Ada satu alasan yang membuat dirinya datang ke tempat ini lagi. Tak penting jika ia menceritakan alasannya datang kemari pada orang-orang yang tak mengenal Nara dengan baik. Namun, baginya ini sangat penting. Kala keluar dari minimarket tempatnya bekerj