MARISSA LOURD POV
Aroma rose menguar dari sabun mandi yang aku gunakan. Busanya aku mainkan membentuk bola-bola tak beraturan kemudian ku tiup, membuat mereka jatuh dan hancur.
Sepi dan kesepian. Kesibukan di kantor hanyalah sementara. Aku terjebak lagi di rumah ini.
Rumah yang didesain ramping dan hanya berlantai dua saja.
Rumah ini aku beli lantaran ingin menjauh dari keadaan rumah orang tuaku.
Sudah lima bulan lebih aku tidak berbicara dengan Bunda.
Apakah pria brengsek itu kembali lagi?
Bunda tidak akan pernah menghubungiku sekalipun ia tengah menderita.
Suara ketukan dari balik pintu rumahku membuatku malas beranjak dari bath-up.
Mungkin Alex? Astaga aku lupa tentang ajakan Pak Dylan.
Dengan tanggap, aku meraih handuk putih dan melingkarkannya ke badanku.
Rambutku yang masih basah, airnya menitik seiring aku berlari kecil menuju pintu.
Rumahku yang kecil tidak akan membuat orang lama menunggu pintu terbuka.
Dibaliknya bayangan tubuh tegap dan misterius berbalik ke arahku.
Noah Dylan, bosku yang tampan dan menggoda.
"Se-sebentar ya pak, sepuluh menit lagi saya sudah siap"
Aku yang masih memakai handuk, mohon pamit berganti pakaian.
Namun dicegah oleh tangannya yang berotot, tangaku mencoba mencegah handukku supaya tidak melorot.
"Tubuhmu yang masih mengenakan pakaian rapi saja sudah membuat otakku tidak berpikir jernih, apalagi versi yang seperti ini" wajahnya sendu, matanya mengitari tubuhku yang masih basah dan lembab.
Namun bagian intiku lebih dari basah dan lembab akibat guyuran shower, namun tubuh pria jangkung yang mengenakan jas dan dasi abu-abu.
Pikiran mesumku berfungsi kembali, dan ingin menarik dasinya menuntunnya ke kamarku. Memanjakan lubang intiku yang bergetar dan berdenyut.
"Na-nanti kita bisa terlambat, Mr. Dylan" bisikku lirih ke telinga kanannya, aroma parfumnya memabukkan.
Ia menggigit bibirnya sendiri, melihatku dengan penuh rencana liar.
Tiba-tiba tubuh tegapnya mendorong tubuhku ke sudut dinding.
Handuk yang kukenakan hampir melorot mempertontonkan sedikit payudaraku.
Seketika diraihnya buah dadaku, dihujani jilatan panas lalu dihisapnya bagai meminum anggur merah.
Aku mengerang tanpa henti, menarik tengkuknya dan mengacak-acak rambutnya yang ditata rapi oleh hair stylist ternama.
Persetan dengan rambut.
"Tanganmu benar-benar handal untuk memicu tubuhku yang menginginkanmu"
"E-eh Mister Dylan"
"Yah, yah call me Mr. Dylan. I love that"
Jilatannya makin melebar di setiap anggota tubuhku. Menghirup bau wewangian sabun yang kupakai.
Hembusan nafasnya mengalir ke area leherku, kepalanya tenggelam. Aku menjerit seiring tanganku mengajak rambutnya.
"Jadi rambut ini adalah pemicunya"
"I-iya" balasnya kehabisan nafas lantaran menyelami tubuhku.
"Kau benar-benar luar biasa Mr. Dylan"
"Tubuhmu yang luar biasa" Dia mengangkat tubuhku, kakinya menendang pintu rumahku yang setengah terbuka.
Pria ini benar-benar berpengalaman dan pandai memuaskan tubuh pasangannya.
Handukku tergeletak di atas lantai berkayu, langkah kakinya terdengar renyah di telingaku. Berjalan menuju dapur.
Suara aneh muncul dari dalam perutku. Sialan dari tadi pagi aku belum sempat makan.
"Sepertinya bagian tubuhmu yang lainnya minta dipuaskan dengan cara berbeda" Kepalanya menunduk di depanku yang terduduk di atas meja dapur.
Aku terkekeuh melihat tingkahnya yang seakan sudah akrab denganku.
"Okay, kita cari makanan apa yang bisa membuat suara ini tidak mengganggu malam kita"
Noah membuka kulkas yang berada di ujung ruang dapur. Matanya menelusuri rak-rak yang menyala terang dan berembun.
Menjadi penggila kerja membuatku tidak becus mengurus diri. Jadi tidak heran apabila kulkas tidak berisi dan beralih fungsi menjadi pajangan semata.
"Oh, sepertinya benda ini membuat otakku menciptakan ide yang akan memuaskanmu"
Di genggamannya terdapat whip krim alias krim kocok rasa strawberry. Di tangannya yang lain terdapat satu buah cherry.
Mulutku terbuka lebar melihat cherry yang ia bawa.
"Hold on baby, sabar ya"
Tangannya mengguncang krim kocok dan menyemprotknnya di atas putingku.
Lidahnya terjulur dan memakan habis krim berwarna putih itu.
Buah ceri yang ranum itu diletakkan di depan mulutnya. Mulutnya memagut bibirku dan mengalirkan rasa ceri yang manis.
Pria ini benar-benar pandai membuat seks menjadi lebih bergairah dan tidak membosankan.
"Sekarang giliranku" kataku tersenyum nakal.
Krim rasa favoritku meluncur di atas permukaan kulit pria berwajah tampan itu.
Dadanya yang lebar dan agak berbulu diselimuti oleh krim kocok.
"Sepertinya mulai malam ini krim kocok dan ceri akan menjadi hidangan favoritku"
"Tidak akan lengkap tanpa tubuhku"
"You're right baby"
Lidahku menari seiring krim kocok itu habis kujilat dan kunikmati. Bukan hanya merasa kelaparan, perutku digerayangi kepuasaan dan kenikmatan.
Dia mendesah, menarik rambutku yang masih basah.
Erangannya semakin deras ketika aku menjilat putingnya.
Tanganku meraih bagian tubuhnya yang menegang.
Menyeprotkan kembali krim kocok itu ke ujung batangnya.
Aku kekeyangan.
Dia menarik tubuhku, dan menciumku penuh candu.
Ku balas ciumannya dengan lihai.
Kuarahkan tangannya ke area bawahku yang mulai basah dan meronta minta dipuaskan
sudut bibirnya terangkat sebelah dan nakal.
Aku terus mengerang ketika benda miliknya menghujam milikku dengan liar dan penuh nafsu.
Ia yang masih mengenakan pakaian
Tanganku meremas pantatnya yang selama ini membuat salivaku berceceran setiap membayangkannya
Kini tanganku benar-benar meremas dua bola yang presisi seperti dipahat langsung oleh malaikat.
**
Aku meringkuk seperti bayi di dalam pelukan Noah. Ia mengecup pundak polosku
Tidak seperti malama-malam biasanya setiap kali aku tidur bersama pria lain. Kita akan berakhir menjadi orang asing yang tidak pernah sekalipun bertemu. Satu malam yang dilupakan dan terkubur di antara malam-malam yang lain.
Kali ini wajah tegas yang menatapku membuat pikiranku dibungkam untuk berpikir hal lain. Wajah kami yang hanya berjarak beberapa inchi. Nafasnya menguar membuat ku ingin melumat bibir merah mudanya
Sungguh aku tidak ingin berakhir seperti Bunda yang dibodohi sepanjang hidupnya untuk seorang pria yang menyia-nyiakan pengorbanan Bunda.
Efek kupu-kupu mulai berenang di perutku.
Sesegera mungkin aku musnahkan efek aneh itu dengan menggelengkan-gelengkan kepala. Rambut panjang yang ku semir warna merah menyibak-nyibak ke arah wajah Noah, sontak ia pun terbangun dari tidur tampannya.
“Ada apa, Baby?”
“A-ah tidak apa-apa pak, tadi kukira ada serangga terbang di atas rambutku” balasku sedikit kikuk
“Pasti pikiran kotormu sudah bangun dari lelapnya. Buktinya pipimu merah sekali”
“N-nggak mungkin lah, pak” Senyuman kikuk kembali terbit
“Jadul banget kamu manggil aku pak, muka sudah tampa begini malah dipanggil kek bapak-bapak yang suka merokok, dan punya anak lima” protesnya macam anak kecil yang bawel.
Baru tahu bahwa seorang Noah Dylan yang terlihat tegas ternyata sangat banyak bicaranya.
Ia menghampiriku yang sedang bersiap-siap berangkat ke kantor. Pikiraku mencoba menata bagian-bagiannya untuk melupakan fakta bahwa aku telah tidur bersama dengan bosku sendiri. Tangannya menyapu lembut rambutku sembari mengecupku berkali-kali. Aku semakin tenggelam dan mabuk kepayang dihantam perasaan ambigu dan nikmat tercampur aduk. Hatiku mulai gusar.
AUTHOR POVHigh heels berwarna merah berayun-ayun di balik meja di sebuah kantor, tangan putihnya meliuk-liuk dengan girang. Pena yang ia pegang. Mulutnya yang disapu lipstik merah mate tersenyum kecil takut dilihat orang lain di kantor itu.Marissa masih membayangkan kenikmatan yang dialaminya semalam. Ia kadung candu dengan kelihaian Mr. Dylan. Baru kali ini Marissa mendapatkan pria yang bisa memenuhi petualangan seksualnya. Alex, sahabatnya tidak begitu lihai membuat suasana seks menjadi lebih bervariasi.Ia sudah jatuh cinta dengan tubuh bosnya sendiri.Ponselnya berdering. Layarnya menganga menampilkan sebuah pesan teks dari si pengirim bernama Mr. Dylan.Nanti kita makan siang bareng yaMenu hari ini apa, Tuan?ku balas pesannya. Ia tersenyum di balik jendela kaca ruangannya yang menhadap ke mejaku.Tentu saja hidangan yang menggairahkan
NOAH DYLAN POVPerasaan bersalah membuat kepala ku pusing. Kuacak asal rambut, memaki wajah tampanku.Sial, bodoh sekali aku ini. Alisku berkerut tengok puluhan panggilan tak terjawab serta beberapa pesan dari Mika, pacarku.Aku meninggalkannya sehari setelah berpacaran dengannya, dan sibuk meniduri wanita lain. Ku kerutuki wajahku dengan berbagai julukan binatang.Tubuhku kini terjebak di kamar mandi seorang wanita yang belum lama kukenal, dan dia adalah sekretarisku sendiri.Rahangku mulai mengeras mengingat semalam bermimpi tentang wanita itu.Aku jatuh cinta dengan tubuh Marissa, tapi hatiku berdetak hanya untuk Mika.Penyakit ini telah membunuh jiwa kemanusiaankuKata Reigen, kerabat sekaligus dokter yang selama ini menangani gangguan psikologis ku yang telah mendiagnosa penyakit ini sejak lima tahun silam.Aku tidak yakin akan hidup deng
AUTHOR POVMika masih sibuk menunggu balasan Noah. Sudah 24 jam ia menghilang. Mika yang satu perusahaan tak bisa pergi seenaknya mencari Noah ke ruang kerjaMengaku pada staf lain bahwa aku kekasih barunya? BatinnyaIa menggeleng keras.Matanya bergidik risih, merasa bodoh jika melakukannya. Alex yang duduk di samping Mika tengah asik mengunyah sepiring nasi padang. Suara berisiknya yang makan tak mengganggu wanda yang masih sibuk menggeser layar ponselnya. Tidak seperti biasanya Mika yang selalu mengeluh kalau ada yang bersuara saat makan.“Dari tadi gue sengaja bikin suara pas makan, lu kok ga ngomel. Kagak biasanya, what’s happen, girl?“Pusing gue, pacar gue ga ngasih kabar dari kemaren” keluh Mika dengan intonasi yang masih medhog“Jangan-jangan doi maen sama ceweknya yang lain” ejek Alex.“Eh jancuk sekali anda, ga mungkin dia kayak gitu” elak
To be continuedAUTHOR POVWajah Mika yang ceria ketika masuk menuju lift membuat Alex keheranan. Alex merasa sahabatnya sudah sengklek sebab seharian kemarin wajahnya kusut dalam semalam berubah menjadi seriang atau segila ini. Tapi entah kenapa mukanya memerah dan menganggap Alex lebih imut dari biasanya.“Kenapa lu, kesambet?”“Eh, Mika seneng banget, banget dan banget. Tadi pagi Noah ngelamar aku, lex!” teria Mika, sontak membuat seluruh penumpang lift lainnya tertegun.Dalam satu kalimat saja yang terlontar dari mulut Mika sukses membuat hati tony runtuh pagi itu."Mickey, lu itu baru kenal dia. Ga mungkin dia langsung seserius ini. Bohong kali""Ndak lex, belum aku ceritain ya""Ceritain apa""Kita berkawan sejak kecil, lex." ucapnya menggebu-gebuAlex tercenung.Apakah Mika ini adalah gadis yang kerap N
AUTHOR POVViola membopong tubuh Alex yang sempoyongan dan beraroma alkohol keluar dari tempat itu. Ia mengamuk dan menghancurkan hampir seluruh tempat Viola mencari nafkah.Bukan tanpa alasan Alex membabi buta akibat kedatangan pria berumur yang penuh nafsu ingin menerkam tubuh Viola.Pekerjaan Viola bukanlah anggota prostitusi semacam itu. Pekerjaannya tidak lebih dari sekadar menemani orang-orang berkantong tebal yang mampir untuk minum dan berjudi. Tidak lebih dari ranjang dan kondom.Alex berlari dengan terhuyung dan menerjang pria busuk itu. Ia kalap ketika membayangkan wajah Viola adalah wajah teduh milik Mika.Dan pria tua itu adalah Noah sialan itu.“okay, stay disini. Aku carikan taksi online dulu” ucap gadis yang Alex selamatkan tadi sekaligus membuatnya dalam masalah.Tangannya menggenggam dan menggeser ke kanan, ke bawah dan ke arah lainnya secara acak untuk memesan layanan taksi online.Selang be
ALEX ANDREW POVSialan Noah Dylan!Manusia biadab yang tak tau diri telah mengkhianati sahabatnya sendiri, Mika Lodge.Dan kenapa harus Marissa? Tak habis pikir perempuan yang delapan tahun ini menjadi sahabatku berakhir menjadi seorang pelakor!Meskipun Marissa tak jarang bersama dengan kaum adam. Marissa bukanlah tipe yang memiliki hubungan lebih dari satu malam. Setidaknya aku adalah pengecualian sebelum malam ini.Noah dan Marissa masih mematung dan menunduk.Sudut bibirku yang sedikit berdarah tertarik ke atas.Cih, dua manusia laknat yang pantas bersama!Rumah mungil Marissa berada di area perumahan yang sepi sebab kebanyakan penghuninya adalah pekerja kantoran. Malam minggu adalah waktunya euphoria di tempat-tempat yang menyuguhkan penghiburan di waktu kerja yang ketat dan penat.Satu demi satu langkah kaki ku yang abstrak melaju
AUTHOR POVLembaran-lembaran foto yang berada di tangan mulus wanita itu tak habis-habis membuat bibirnya yang penuh dan merah menyala tertawa macam penyihir tua dari kisah-kisah dongeng anak.Beberapa gambar yang memperlihatkan sepasang manusia saling memagut dan bercumbu.Siang, darling. Nanti malam jangan lupaSatu baris kotak pesan bertengger di layar Marissa. Sebuah kalimat yang seminggu terakhir ini menjadi candu bagi dirinya dan Noah.Foto-foto yang menampakkan seorang pria yang memeluk wanitanya.Terlihat biasa tapi sukses memunculkan kembali smirk di wajah seksi seorang Marissa Lourd.Semalam ia merasa benar-benar kecewa dengan perkataan tak berperikemanusiaan yang Alex lontarkan ke hadapannya. Malam itu benar-benar chaos.Mengenal Alex sebagai Friend With Benefit bukan hanya menumbuh orientasi seksualnya saja. Namun perasaan lain juga tumbuh di hati Marissa terhadap Alex, sahaba
NOAH DYLAN POV“Ndut”Suara kecipak sepatu berlari ke arahkuRambut panjangnya basah menimpa kepalaku yang menunduk.“Endut, Mika panggil kok diam saja?”Payung berwarna biru dengan aksen bulat-bulat yang melingkar di atasnya dibuka lebar-lebar menutupi rambutku yang ikal.Gadis itu mengayunkan kakinya ke arah air yang menggenang di hadapannya. Bentangan refleksi wajah ayunya berbinar di depan toko kelontong milik Pak Selamet.Wajahnya berseri-seri ketika hujan ke wajahnya yang menengadah. Tangan mungilnya memegang ujung payung bagian atas. Dibiarkan sepatu kets serta tas biru bergambar Doraemon kesukaannya basah beserta tubuh mungilnya. Senyumannya terus-menerus merekah seiring air langit jatuh ke telapak tangan kecilnya.Ia masih asik bergumam menyanyikan lagu yang mengalun dari walkman kesayangannya. Walkman yang ayahn