Share

PART 11 - DE JAVU

AUTHOR POV

High heels berwarna merah berayun-ayun di balik meja di sebuah kantor, tangan putihnya meliuk-liuk dengan girang. Pena yang ia pegang. Mulutnya yang disapu lipstik merah mate tersenyum kecil takut dilihat orang lain di kantor itu.

Marissa masih membayangkan kenikmatan yang dialaminya semalam. Ia kadung candu dengan kelihaian Mr. Dylan. Baru kali ini Marissa mendapatkan pria yang bisa memenuhi petualangan seksualnya. Alex, sahabatnya tidak begitu lihai membuat suasana seks menjadi lebih bervariasi. 

Ia sudah jatuh cinta dengan tubuh bosnya sendiri. 

Ponselnya berdering. Layarnya menganga menampilkan sebuah pesan teks dari si pengirim bernama Mr. Dylan.

Nanti kita makan siang bareng ya

Menu hari ini apa, Tuan? ku balas pesannya. Ia tersenyum di balik jendela kaca ruangannya yang menhadap ke mejaku.

Tentu saja hidangan yang menggairahkan

Tidak sabar menunggu 

Noah menggigit bibirnya.

Tepat waktu makan siang, aku berjalan menuruni lift menuju basement. 

Sesampainya, pria bermata biru itu tersenyum kepadaku. 

Bibirnya menyentuh bibirku. 

"Siap dengan hidangan yang menggairahkan"

"Tentu saja" 

Tangannya merangkum pinggangku menuju mobil hitamnya.

Tidak sampai lima belas menit, mobil yang kami tumpangi membawa kami ke sebuah gedung hotel beraksen corak Eropa yang klasik dan sangat elegan.

Tangan kekarnya merangkul pinggang Marissa dengan erat. Seolah tidak ingin kehilangan kekasih 'gelap'nya ini.

Layaknya laki-laki berwibawa, Noah menarik kursi untuk mempersilahkan kekasihnya duduk. Marissa tersenyum kecil merasa dirinya bak putri kerajaan. Dua manusia yang duduk saling berhadapan tanpa sepatah katapun, tangan mereka terikat dengan diiringi alunan ritme bernada romantis bernuansa jazz.

Makan siang yang teramat mewah dan panas, batin Marissa mulai bergosip.

Tangannya digenggam dan dihadiahi kecupan tak berujung dari pria bermata sendu itu. Tangan hangatnya merasuk ke dalam hati Marissa. Ia tak pernah diperlakukan seperti ini.

Para lelaki yang pernah berhubungan dengannya hanya mengincar lekuk tubuhnya. Pergi selepas melepas orgasme-nya.

Wajah Noah yang semulanya tersenyum melihat wanita di depannya mendadak sayu dan marah ketika melihat sepasang kekasih yang sedang merayakan hari pernikahan mereka. 

Apakah itu yang disebut kebahagiaan? Apakah cinta bisa membuatku tersenyum seperti laki-laki brewokan yang sedang mengelus perut buncit istrinya?

Noah tertunduk meninggalkan Marissa yang bingung melihat kekasih barunya beringsut tanpa suara.

Marissa mengingatkanku dengan wanita alias siluman lintah itu. 

Merupakan kesalahan memiliki hubungan terlarang dengan wanita yang memiliki kesamaan dengan wanita yang ada di masa laluku itu.

Bagaimana tidak, mata hijau yang sama itu sangat buas ingin menerkamku hidup hidup.

Apakah benar aku terkena pelet seperti yang sudah melekat dalam tradisi negara ini. 

Laki-laki sekelas diriku tidak semudah itu mempercayai kekuatan magis yang tidak bisa dijangkau oleh akal sehat.

Pikiran Noah sibuk berkeliaran. Wajah yang ada di depannya mengolok ketidakberdayaannya. Wajah tampan itu membuatnya geram. 

Crack!

Wajah di depannya hancur bertaburan. 

Langkah kakinya dipercepat keluar dari kamar mandi untuk menghindari orang-orang yang mendengar suara itu. Tak masalah dengan cerminnya yang hancur.

Membeli gedung ini saja, Noah hanya menjetikkan jari. Namun, ia terlalu malas melihat tatapan sinis orang-orang. Mengingatkannya dengan keadaan masa lampau ketika Noah masih menjadi seorang pecundang.

Sikap narsisnya yang sekarang adalah tamengnya agar tidak melihat mata jahat yang menghantui isi kepalanya.

"Disini, tempat yang akan selalu Mika tempati adalah di sebelah Noah, melindungi Ndut" kalimat itu secara acak masuk ke otakku. DE JAVU.

Pengkhianatan tak berujung ini telah membuatnya menjadi orang yang lebih buruk dari pecundang. 

Dari kecil, ia bergelung dalam perlindungan Mika. 

Hingga, kini. 

Hingga sekarang Noah bersembunyi dalam kekalutannya, dalam tameng tak kasat matanya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status