Share

PART 13 - THE LONG AND WINDING ROAD

AUTHOR POV

Mika masih sibuk menunggu balasan Noah. Sudah 24 jam ia menghilang. Mika yang satu perusahaan tak bisa pergi seenaknya mencari Noah ke ruang kerja

Mengaku pada staf lain bahwa aku kekasih barunya? Batinnya

Ia menggeleng keras.

Matanya bergidik risih, merasa bodoh jika melakukannya. Alex yang duduk di samping Mika tengah asik mengunyah sepiring nasi padang. Suara berisiknya yang makan tak mengganggu wanda yang masih sibuk menggeser layar ponselnya. Tidak seperti biasanya Mika yang selalu mengeluh kalau ada yang bersuara saat makan.

“Dari tadi gue sengaja bikin suara pas makan, lu kok ga ngomel. Kagak biasanya, what’s happen, girl?

“Pusing gue, pacar gue ga ngasih kabar dari kemaren” keluh Mika dengan intonasi yang masih medhog

“Jangan-jangan doi maen sama ceweknya yang lain” ejek Alex. 

“Eh jancuk sekali anda, ga mungkin dia kayak gitu” elak Mika mencubit pinggang Alex.

"Kayaknya gue bakalah ketagihan sama sentuhan tangan lu"

"Sentuhan dari mana?" balas Mika mencubit pinggan Alex lebih keras, membuatnya menjerit.

“Sialan anda, lagian kan biasanya anak konglomerat selain main uang juga main cewe”

“kek tahu aja lu anak konglomerat sukanya apa?, emang lu anak konglomerat?! Balas Mika sedikit kesal.

Satu pukulan mendarat ke punggung lebar Alex.

Sontak membuat Alex merintih dan berteriak lagi dan lagi. Tak sedikit kepala menoleh ke arah sumber suara, membuat Mika menciut malu.

Lagi-lagi dua manusia alien ini yang bikin ribut seisi kafetaria

"Tangan lu keknya lincah kalau ngepuasin para laki-laki yang kelaparan"

"Ndak faham saya" Mika kebingungan dengan tingkah kawan absurdnya itu.

"Nih lihat di balik celana dalam gue, dia pengen disentuh sama tangan lu" ucap Alex memutar matanya ke arah tonjolan di celana kain berwarna krem itu.

"A-astaga" Mika reflek memukul paha Alex.

"Sialan lu, malah megang paha gue. Gara-gara lu makin liar piaraan gue"

"Mending Alex tidur deh, kayaknya pikiranmu lagi capek"

"Capek lagi nungguin lu mau muasin nih orok. Gue ikhlas dicubitin sampe bengkak, merah, biru atau bahkan item asalkan yang ini bisa terpuaskan"

"Edan!"

"Pipi lu merah, ga usah ngelak"

Alex terkekeuh, matanya terkesima melihat tingkah absurd kawan sekantornya ini. Bukan pandangan seorang teman tapi seorang pria.

Jantungnya naik turun, ketika senyum manis muncul dari bibir Mika yang berisi dan berwarna merah muda. Fantasi seorang pria dewasa menguasai otak tony. Mulutnya mulai berkedut membayangkan mulutnya beradu dengan mulut wanda.

“Woi, gene awakmu sadaro?” (ada apa dengan kamu, sadarlah?)

satu pukulan lagi menyambar pikiran kotor laki-laki tidak normal itu. Mukanya merah padam.

***

Kegelisahan Mika masih berjalan sampai ia menginjakkan kakinya di depan rumah peninggalan orang tuanya. Hatinya menyepi seiring langkah kakinya lesu menyusuri kamar mandi. Tubuh letihnya telah lengket bukan karena beban pekerjaan saja, tapi juga pikirannya masih liar mengenai keberadaan Noah yang tiada kabar.

Terlalu lama menanti balasan pacarnya membuat matanya tidak tahan untuk segera mengatup.

Suara dering telepon pintarnya membuatnya terbangun. Ia masih sibuk mengucek matanya yang masih lelah lantaran kebanyakan menatap layar komputer.

Diraihnya gawai pintarnya menilik jika ada notifikasi pesan dari Noah. 

Nihil. 

Yang ada hanyalah pesan receh dari Alex yang mengajaknya pergi ke bioskop. Saking malasnya pesan itu tidak ia balas.

Halah palingan dia lagi kesepian sebab tidak ada wanita yang bisa ia ajak untuk bermalam minggu, batin Mika menanggapi kelakuan Alex yang random.

Langkah kakinya lesu menuju ke kamar mandi. Wajah dan badannya lengket akibat langsung ketiduran lantaran biasanya ia mandi sebelum terlelap dan berjibaku dengan bunga tidur.

Tumpahan air pancuran yang hangat membuat otot-ototnya yang lesu menjadi sedikit baikan. Namun hal itu tidak berlaku dengan kegamangannya tentang Noah. 

Ia benar-benar faham akan kesibukan pacarnya itu. 

Dia terpaksa mengurungkan niatnya pergi ke bioskop. Mika tidak keberatan bila pergi menonton sendirian. Bahkan ia sudah terlanjur terbiasa sebelum bertemu dengan Noah lagi.

Tapi film itu membuatnya menunda menonton lantaran ia ingin menikmati film itu bersama Noah.

Suara gedoran pintu yang agak kasar, atau mungkin memang kasar membuyarkan lamunan Mika.

Mika, mika, kamu di rumah ga?

Suara yang tidak asing, Noah?

Benar!

Mata Mika yang semula sayu mendadak terbuka lebar melihat sesosok manusia bertengger di depan kamar mandi hanya mengenakan handuk.

"Noah!!” teriak Mika tanpa pikir panjang

“Sssttt baby, suaramu terlalu kencang”

Satu kecupan mendarat ke bibir lembab Mika tanpa permisi

Kerinduan selama 24 jam seketika tandas selepas dua bibir saling menyentuh.

“Kamu kemana aja sih?”

“Tadi pagi ada meeting mendadak ke singapore baby” jawab Noah merasa bersalah atas kebohongannya.

“Kan bisa nge-text aku dulu supaya aku tak khawatir”

“I am so sorry baby, aku kelupaan. Maaf ya”

Noah merasa bersalah telah memunculkan sekat dan pengkhianatan di antara dia dengan Mika.

“It’s okay, yang penting besok jangan lagi ya”

“Well, tapi aku sudah rindu dengan pelukanmu. Sudah 24 jam aku menunggu untuk menidurimu”

Noah menarik tangan Mika menuju kamar mandi. Melucuti seluruh pakaiannya. Tubuh mereka menyatu di bawah guyuran air hangat dari shower. Kekhawatiran serta keletihan Mika telah usai selepas bertemu kekasihnya.

"A-aku sudah mandi, Noah" 

"Mandi bersamaku, belum kan?" 

Tangan Noah mengangkat tubuh Mika ke dalam bath-up dan memilin puting Mika, membuatnya kian menegang selepas dihisap berkali-kali oleh lidah lihai Noah. Gerakan tangannya yang sudah ahli turun ke daerah yang paling menginginkan kenikmatan. Menuju kepuasaan tak terbatas. Erangan lirih yang keluar dari atas tenggorokan Mika seperti alunan yang mempercepat gerakan Noah. Mendorong tubuh montok Mika menuju kenikamatan.

Lidahnya masuk ke dalam mulut Mika yang menganga akibat dorongan kenikmatan. Noah yang merem melek semakin mempercepat laju dorongan bendanya menuju kepuasan romansa.

***

Suara deru mobil melesat menyusuri jalanan yang basah, guyuran air hujan yang menambah suasana menjadi lebih menegangkan. Seorang pria duduk di depan kemudi, matanya tajam sambil menggurutu. Sebelahnya wanita berparas ayu beradu mulut dengan pria tadi. Di bagian kursi belakang, bocah laki-laki sebagai penonton. Mobil makin melaju membelah air langit sampai suatu cahaya menyoroti, lantas adu mulut terhenti menjadi sebuah teriakan dan hantaman keras.

Derasnya hujan mengalir bersamaan dengan merahnya darah.

“Ahhhhh” teriak Noah di penghujung mimpinya

“Tenang sayang, Tenang” Mika mengelus dada Noah, menenangkan

Segera Noah meraih tubuh Mika menuju pelukannya.

“Will you marry me?”

Mika memasang ekspresi tertegun ketika mendengar celotehan malam seorang Noah Dylan, reflek mengangguk setuju. Batinnya merasa Noah mungkin hanya mengigau.

Mika mengelus rambut coklat pacarnya itu. Ia menggumam sebuah lagu yang kerap Maminya nyanyikan ketika ia tengah merasa ketakutan dan sedih.

The long and winding road

That leads to your door

Will never disappear

Suara Mika yang merdu membuat alis Noah yang tadinya berkerut menjadi lebih tenang di dalam dekapannya.

***

Aroma makanan membangunkan indera penciuman Noah. Dengan percaya diri ia melangkah menuju ruang dapur rumah Mika dengan bertelanjang bulat.

"Semalam, lagu yang kamu nyanyiin, lagunya siapa Mik?"

"Lagunya The Beatles, lagu itu yang sering dinyanyiin Mami kalo aku lagi ga bisa tenang" balas Mika tengah sibuk mengaduk masakannya.

"Bikin apa babe?"

"Rendang jengkol"

"Fi-nally" ujar Noah sambil melompat kegirangan.

"Jangan lupa pakai baju"

Noah tersenyum kikuk melihat tubuhnya yang tidak mengenakan apapun.

“Will you marry me, sayang?

Tubuh gagahnya berlutut di samping Mika, mereka-ulang lamaran malam tadi.

“Pakai celana dulu, Noah”

“Tidak akan, kalau kau tidak menjawab”

"O-okay"

Noah yang masih bugil menerjang tubuh Mika, memeluknya sembari menangis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status