TIIIN—TIIIN!
Suara klakson mobil memecah di tengah derasnya hujan. Kimmy yang berjalan melipir di bahu jalan, seketika menahan langkahnya. Dia menyipitkan mata melihat ke arah mobil sedan yang menepi di dekatnya. Pemilik mobil itu membuka sedikit kaca jendela dari pintu sebelah kiri.
"Kimmy," panggilnya.
"Davina," ucap Kimmy. Lalu dia mendekati mobil milik sahabatnya itu dan masuk ke dalamnya.
"Aku baru menerima pesan kau, Kim. Kau kenapa? Kenapa hujan-hujanan seperti ini?"
Kimmy mengusap wajahnya yang sudah penuh dengan air mata bercampur rintikan hujan. Rambut yang tadinya rapi, kini nampak berantakan. Penampilan Kimmy sudah sangat tidak karuan.
"Hari ini aku sial! Aku bertemu dengan cowok angkuh dan arogan. Aaaaach ... Pokoknya sial. Sial. Sial," jawab Kimmy. Dia mengumpat kesal.
"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Kimmy menatap heran sahabatnya. "Kau mau meledekku?"
"Kimmy. Sudah lama sekali aku tidak melihatmu mengoceh seperti ini. Kau bertemu dengan siapa? Pelangganmu tidak membayarmu? Atau kau ditipu? Hahaa." Davina terkekeh.
"Aaaach ... Pokoknya jangan sampai laki-laki itu bertemu apalagi tidur dengan kau, Dav. Kau akan dikuliti habis-habis olehnya."
"Psikopat?" Davina mendelik menatap serius Kimmy. "Kau mau dibunuhnya, kah?"
"Dav. Bukan itu maksudku. Ah sudahlah. Lupakan saja. Antar aku ke apart ya. Aku sudah lelah."
Davina menjalankan mobilnya. Sepanjang perjalanan dia hanya tersenyum-senyum dan sesekali menertawai Kimmy. Davina mengenal Kimmy di tempat kerja sejak Kimmy bergabung di club THE EXOTIC.
Masa lalu Davina tidak berbeda jauh dengan Kimmy. Mereka sama-sama punya alasan kenapa bisa terjerumus di kehidupan malam. Menjual diri hanya untuk sebatas uang dan bersenang-senang. Padahal, mereka sama sekali bukan dari keluarga yang tidak mampu.
Kimmy bahkan menyandang gelar S1 dari pendidikanya sebagai sarjana ekonomi. Dan dia juga tergolong mahasiswi yang cerdas di masa-masa studinya dulu. Kehidupan Kimmy berubah setelah Robert—ayah tiri yang menikahi ibu kandungnya dua tahun silam, memperkosanya berkali-kali. Kimmy kecewa dengan ibunya yang tidak bisa membela anak kandungnya sendiri. Dia justru takut dengan Robert yang selalu mengancam akan meninggalkanya.
Dari situ, dia merasa hidupnya sudah hancur. Sudah tidak mempunya masa depan lagi. Dan dia pun percaya, kalau wanita sudah tidak suci, tidak akan ada pria baik-baik yang akan mau menikah denganya. Dirinya sudah ternoda. Kimmy memilih untuk meninggalkan rumah dan hidup di luar sana seorang diri. Dan dia mulai membenci dengan yang namanya laki-laki. Baginya laki-laki adalah ATM berjalan yang hanya untuk memenuhi segala kebutuhanya dari A sampai Z. Kimmy memanfaatkan tubuhnya untuk mendapatkan itu.
Kimmy tidak percaya dengan cinta. Apalagi itu dengan mulut manis para pria-pria hidung belang. Mereka semua sama. Sama-Sama melihat wanita hanya sebatas untuk membuang cairan kental semata.
Gadis manis yang cantik dan lugu, kini berubah menjadi nakal dan menggoda. Bagaimanapun itu sudah menjadi jalan hidup yang dipilih olehnya.
Sesampainya di apart, Kimmy gegas membersihkan tubuhnya dengan berendam air hangat di bath tup. Hal ini sering dilakukanya ketika dia merasa lelah dan penat.
Kimmy menyewa apartemen mewah di tengah kota besar untuk pribadinya sendiri. Tidak ada seorang laki-laki atau bahkan pelanggan dia sekalipun yang pernah singgah walaupun satu menit ke tempatnya. Kimmy memang tidak mau kediamanya dijamah oleh laki-laki manapun. Ini adalah privasiku, kata Kimmy dalam prinsipnya.
Kimmy membenamkan seluruh tubuhnya dalam air hangat yang penuh busa di bath up ini. Seolah ketika dia melakukan itu, semua masalahnya akan luntur bersama busa-busa air ini.
"Kim, kau punya Wine?" tanya Davina dengan sedikit mengeraskan suaranya.
"Kau ambil saja di dalam lemari es," jawab Kimmy.
Hampir tiga puluh menit Kimmy berada di dalam kamar mandi. Seusai itu, dia menyusul Davina yang sedang asik menikmati wine merah di ruang tamu.
"Tumben kau tidak bersama Joe, Dav?" kata Kimmy sambil menyandarkan pantatnya di sofa dekat Davina. Lalu dia menuangkan wine ke dalam gelasnya.
"Aku baru saja dari tempatnya. Makanya pas tadi kau telpon aku, aku tidak sempat menjawab telpon kau. Hahaa. Lagi asik, Kim."
Kimmy hanya mengangguk saja menanggapi balasan temanya itu.
"Aku sudah dipecat, Dav," ucap Kimmy.
"Pecat. Maksud kau?" Davina berkerut kening. Dia menatap Kimmy bingung.
"Tuan Alleandro yang sudah memecatku."
"Bukanya kau habis melayani dia? Kenapa dia memecatmu? Dia tidak puas dengan pelayananmu, Kim?"
"Hah. Bukan itu. Permasalahanya dengan pemilik club Exotic. Aku bertengkar dengan laki-laki itu. Dan Tuan Alleandro memecatku."
"Kau bertemu dengan Tuan Piero?" Wajah Davina seketika berubah ronanya, berbinar seperti senang.
"Kau tahu dia, Dav?"
"Siapa yang tidak tahu laki-laki tampan dan kaya-raya seperti dia, Kim. Kau ada-ada saja."
"Dia yang aku bilang menyebalkan, Dav."
"Jadi Tuan Piero yang kau bicarakan tadi jangan sampai aku bertemu denganya. Kimmy—Kimmy. Tidak dibayar pun aku rela menyerahkan tubuhku untuk pemuda tampan itu." Davina menengadahkan wajahnya ke atas sambil membentangkan kedua tanganya lebar-lebar. Seolah dia melihat pemuda itu datang menghampiri dan akan memeluknya.
"Kau sudah gila, Dav."
"Aku memang tergila-gila dengan dia, Kim. Dengan ketampananya. Dengan uangnya. Dengan semuanya."
Kimmy menggelengkan kepala sambil meminum Wine merah. Dan melihat temanya yang bersikap aneh.
"Jadi kau diajak tidur dengannya? Bagaimana rasanya, Kim? Seperti di surga, bukan," celetuk Davina. Itu membuat Kimmy berkerut kening.
"Gila kau, Dav. Jangankan tidur dengan dia, bertemu saja aku sudah mual rasanya."
"Kim, Tuan Piero itu masih lajang. Dia tidak pernah tidur dengan wanita mana pun. Itu sudah bukan rahasia umum lagi. Banyak wanita-wanita yang mengejarnya. Tapi diacuhkan begitu saja oleh dia. Kalau dia mengajak kau tidur denganya, berarti kau wanita pertama yang akan merasakan bagaimana kejantanan Tuan Piero. Kau bodoh, Kim. Harusnya kau terima saja tawaranya itu," celoteh Davina.
"Ck. Dav, aku bukan menolak ajakannya apapun. Tapi kita bertengkar karena sesuatu," bantah Kimmy.
"Kau bertengkar dengan Tuan Tampan? Bagaimana bisa kau bertengkar dengan orang seperti dia, Kim. Di mana perempuan-perempuan lain ingin sekali bersandar di pundaknya yang kekar."
"Dia merebut taxiku. Lalu dia melecehkanku. Lagipula aku tidak mengenal siapa dia. Bagiku semua laki-laki itu sama saja. Tidak punya sopan-santun."
"Melecehkanmu? Melecehkan bagaimana?"
"Dia mengatakan aku tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Heeuhh—. Ingin aku sobek-sobek mulutnya itu," geram Kimmy.
Davina tertawa geli mendengar alasan Kimmy.
Dia memang tampan. Tapi bukan berarti bisa menghinaku se-enaknya saja, batin Kimmy.
"Ah sudahlah. Malas aku bahas tentang dia. Cukup sekali aku bertemu dengan laki-laki itu," ucap Kimmy sinis.
"Kalau kau berjodoh dengan dia, bagaimana?" tantang Davina.
"Aku akan menggali kuburanku sendiri," jawab Kimmy sekenanya.
"Eh, Kim. Jangan bicara sembarangan kau."
Kimmy tidak memperdulikan Davina lagi. Dia memilih untuk masuk ke dalam kamar dan meninggalkan temanya itu sendiri.
"Aaaaaaaaaaarrrffghhhhh ... " keluh Kimmy kesal. Dia menarik selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya.
"Selamat pagi, Tuan Piero. Hari ini Tuan ada jadwal meeting dengan perusahaan Tuan Harits jam 10 pagi." Sasa—seketaris Piero, dia mengingatkan atasanya untuk rencana kerja hari ini sambil berjalan di belakang bosnya itu."Letakan itu di sana," perintah Piero kepada seorang pelayan yang membawakan setumpuk dokumen. Piero baru saja duduk di kursi kebesaranya.Piero Alexander, seorang laki-laki muda yang terbilang sukses di usianya yang baru menginjak 30 tahun karena memiliki banyak perusahan. Namun dia dikenal dengan pembawaanya yang super dingin, jarang senyum dan tidak banyak bicara, membuat karyawan-karyawannya segan.Wajahnya yang tampan sangat banyak digilai oleh para wanita. Tapi Piero tidak pernah ditemui dirinya berkencan atau bercumbu dengan gadis-gadis manapun. Kehidupanya yang misterius membuat banyak orang penasaran denganya."Ada yang bisa saya bantu lagi, Tuan?" tanya Sasa yang masih berdiri di depan meja kerja Piero sambil
Lebih dari tiga puluh menit sejak kedatangan Kimmy di kantor Aleandro, dia belum juga melihat pria tua itu masuk ke dalam ruangan ini. Kimmy mulai merasa bosan. Dia memutar-mutar pena dengan jari tanganya sambil menggoyang-goyangkan kaki.Bersamaan dengan itu, Kimmy membalikan tubuhnya bermaksud ingin melihat kegiatan orang-orang yang ada di kantor ini. Karena ruangan Aleandro hanya dibatasi oleh kaca yang transparan, jadi mata Kimmy dapat dengan bebas melihat sekitaran.Namun, tatapanya berhenti ketika dia melihat sepasang kaki dengan sepatu pantovel kulit berwarna hitam mengkilap berdiri tegak persis di belakangnya. Kimmy menaikan pandangnya hingga menyusuri sepanjang tubuh si pemilik kaki tersebut. Hingga pandanganya sampai ke dada lalu berakhir di wajah.Mata Kimmy nanar melihat seorang pemuda yang dibencinya hadir dihadapanya."Kau!" Kimmy menatap heran. Dia seperti melihat hantu di siang hari.Piero—pemuda yang membua
'Kim, si bos bilang kalau nanti malam kau akan menjamu tamu dari perusahan Oil and Gas PT. Deep Gasoline. Kau bilang, kau dipecat.'Pesan singkat dari Davina baru saja dibaca olehnya. Kimmy terpancing untuk duduk dari baringnya."PT Gasoline? Itu kan perusahaan milik Robert," gumam Kimmy.Dengan cepat dia membalas pesan singkat itu.'Dari mana kau tahu kalau PT Gasoline akan memesan seluruh kursi untuk malam ini?' [ Kimmy ]'Tuan Aleandro yang memberitahuku. Katanya dia sudah menghubungimu tapi kau tidak menjawabnya. Sebenarnya kau dipecat atau tidak?' [ Davina ]'Tuan Piero memintaku untuk bekerja kembali.' [ Kimmy ]'Tuan Piero? Aku tidak salah baca, kan? Bagaimana bisa laki-laki dingin itu meminta kau bekerja kembali? Atau jangan-jangan, kau sudah merayunya? [ Davina ]Wajah Kimmy berubah kesal karena membaca pesan dari Davina yang sudah menudingnya.'Jangan kau berpikir aku mau bekerja kemb
Jantung Kimmy mulai terasa kencang berdetak. Matanya tajam namun penuh dendam menatap pria yang merupakan ayah tirinya itu."My daughter. Kau keluar dari rumah demi bekerja di tempat ini? Sebagai wanita penghibur," cibir Robert, sambil tertawa meledek.Robert mendekati wajah Kimmy. "Berapa bayaranmu semalam. Seharusnya kau tidak perlu sampai pergi dari rumah jika hanya menginginkan uang yang tidak seberapa itu. Aku bisa memberikan jauh lebih banyak dari yang kau dapati di sini. Asal kau mau tidur denganku tiap malam. Mommymu sudah payah. Goyanganya tidak seenak dulu," bisik Robert di telinga Kimmy.Kimmy memerah matanya dan mengepal tanganya. Ucapan Robert membuat darahnya mendidih. Apalagi, laki-laki itu telah menghina Mommynya. Luka lama yang dilakukan Robert terhadap dirinya belum juga kering. Dan sekarang, laki-laki itu berulah lagi."Bagaimana? Kau mau menemaniku tidur malam ini?"PLAK! PLAK!Semua mata ter
Dag Dig Dug ...Jantung Kimmy mulai berdetak kuat. Di dalam tempat seperti ini, bisa siapa saja yang akan mendatanginya. Itu yang membuat Kimmy cemas.Kimmy berjalan dengan mengendap-endap. Prilakunya mirip seperti seseorang yang ingin mencuri. Kimmy mengintip dari lubang kecil yang ada di tengah-tengah daun pintu. Namun, dia tidak melihat siapa pun yang ada di luar sana.Kimmy membuang napasnya. Seketika bulu romanya bergidik. Berbagai macam hal melintas di dalam pikiranya. Dari yang berasal di dunia nyata sampai yang ghaib."Apa aku salah dengar?" Gumam Kimmy. Dan kemudian, dia beranjak kembali menuju ranjang.KNOK—KNOK."Oh Shit! Siapa sih!" Umpat Kimmy. Dan kemudian, dia kembali lagi ke arah pintu tersebut. Kimmy melakukan hal yang sama. Tapi kali ini, keberanianya sedikit muncul. Dia membuka pintu itu."AAAARRRGH!" Teriak Kimmy pecah. Ketika melihat seseorang dengan tubuh mungil namun berwajah d
Kimmy menantang balik tatapan Piero tanpa berkedip seteik pun. Hingga suara klakson mobil milik orang lain membuyarkan adegan itu. Mobil Piero berhenti di tangah jalan. Sehingga membuat sedikit kemacetan.KNOK—KNOK.Kaca mobil Piero diketuk oleh seseorang."Woy! Kalau mau pacaran jangan ditengah jalan!" Maki pria itu.Piero membuka pintu mobilnya. BRUAAAK! Dia menghajar pemuda itu hingga wajah dari pemuda itu menghantam body mobil. Piero melakukannya beberapa kali. Dan memancing orang lain ikut campur dalam keributan ini.Piero dikeroyok oleh beberapa pemuda yang merupakan teman dari laki-laki yang sudah dipukulnya hingga babak belur. Dan tidak ada satu pun yang berani memisahkan mereka. Walau ada beberapa orang yang menyaksikan ini. Namun, mereka hanya sekadar menonton saja.Kimmy keluar dari dalam mobil. "HENTIKAN! HENTIKAN!" pekik Kimmy merelai keributan itu. Dia menarik lengan tangan dari salah seorang pria
"Bagaimana Dok? Apa operasinya berhasil?"Dokter Diego melepas masker yang menutupi sebagian wajahnya. Kemudian dia tersenyum."Tuan Piero masih beruntung. Kami berhasil menyelamatkanya," jawab dokter Diego dengan wajah bahagia. Berita itu membuat Kimmy membuang napas. Seakan semua kegelisahan dalam dirinya keluar bersama hembusan udara dari mulutnya."Tapi pasien belum bisa dikunjungi. Keadaanya masih lemah," sambungnya dokter Diego menjelaskan."Tidak apa-apa,Dok. Terima kasih," ucap Kimmy."Kalau begitu, saya permisi, Nona," ucap Dokter Diego berpamitan. Dan kemudian dia pergi meninggalkan Kimmy.Bersamaan dengan itu, Kimmy melihat petugas medis melintas dan membawa tubuh seseorang di atas brankar. Cara yang sama saat Piero dipindahkan dari mobil ke ruang ICU. Namun, ada yang membuat matanya terpaku. Di mana Kimmy seperti mengenali siapa pasien itu."Mommy," gumamnya."Tunggu!" Kimmy b
"Nona, Kim. Anda ditunggu di meja administrasi." Seoramg suster memanggil Kimmy yang masih merunduk di kursi besi sambil menunggu hasil operasi Mommynya. Dengan langkah gontai, Kimmy berjalan sambil mengusap wajahnya yang penuh dengan bercak air mata."Silakan Nona, Kim. Ini rincian biaya untuk Tuan Piero. Karena nama Tuan Piero masuk ke dalam daftar tanggungan asuransi, maka Tuan Piero kami bebaskan dari pembiayaan. Tapi, untuk Nyonya Anna, pembiayaanya tidak ada tangguhan. Ini semua tercantum," terang Suster bagian administrasi menjelaskan sambil menyerahkan lembaran rincian biaya.Kimmy tercengang melihat angka yang tertera begitu banyak. "120 juta," gumamnya. "Apa ini harus dibayarkan sekaligus, Sus?""Benar Nona Kim. Kami tidak akan melakukan tindakan lanjutan jika Nona belum membayarkan paling tidak lima puluh persen. Dan sisanya bisa dibayarkan sebelum Nyonya Anna meninggalkan rumah sakit ini," jawab suster itu."Tapi apa Nyonya