"Ya ampun ... paling juga orang iseng, Nay. Eh, tapi kalau itu orang yang mau kasih kabar tentang pacar kamu, gimana?" Angel melotot ke arah Nayla.
Seketika kedua mata Nayla semakin membulat lebar.
"Oh ya ya, coba aku telepon lagi."
Nayla kembali menelepon nomer tidak dikenal itu. Teleponnya lagi-lagi tidak diangkat. Nayla menggelengkan kepalanya dengan raut wajah sedih pada Angel.
"Sudah tenang aja. Mungkin orang iseng." Angel berusaha membuat Nayla agar tidak bersedih.
Saat Angel dan Nayla sedang menunggu nama mereka dipanggil. Hp Nayla bergetar. Ia langsung melihat hpnya. Tertulis sebuah nomer yang dari tadi berusaha ia telepon. Nayla pun segera mengangkat telepon itu.
"Halo."
"Halo, apa benar ini nomer Mbak Nayla?" tanya seorang lelaki dari seberang telepon.
"Iya. Ini siapa ya?"
"Saya, Aldo, adik dari Mas Wisnu."
"Wisnu? Dimana Wisnu sekarang, Do?" tanya Nayla begitu penasaran dan khawatir.
Tiba-t
Saat Nayla akan masuk ke dalam rumah, kedua matanya melihat sosok sinden merah yang berdiri di depan pintu rumah Tante Dewi. Sosoknya begitu mengerikan dengan wajah pucat penuh luka."Oh tidak! Kenapa dia muncul lagi?" Nayla seketika menutup wajahnya melihat sosok mengerikan itu."Nay?" Angel menepuk bahu Nayla pelan."Ada sinden merah itu, Ngel," ujar Nayla yang masih menutupi wajahnya.Angel menoleh ke kakan dan kiri. Namun tak ada siapa pun."Enggak ada siapa-siapa kok, Nay. Kamu coba lihat aja," kata Angel.Perlahan Nayla mulai membuka kedua tangannya dari wajah. Ia sedikit menyipitkan mata untuk melihat. Sosok sinden itu sudah tidak ada di depan pintu. Nayla mengedarkan pandangannya ke segela arah.Melihat raut wajah Nayla yang ketakutan membuat Angel bertanya pada temannya itu."Kamu kenapa sih, Nay? Dari kemaren kamu kayaknya sebut-sebut sinden merah." Angel tampak sedang mengingat kejadian kemarin saat ia da
Nayla masih berdiri menatap Angel. Begitu juga dengan Angel yang masih menoleh ke belakang sambil melambaikan tangannya.Tiba-tiba raut wajah Angel berubah menjadi ketakutan saat melihat sinden merah itu berdiri di samping Nayla persis. Dengan kepalanya dan badannya yang berdarah.Setelah motor itu berbelok, Angel hanya terdiam. Tampak ada sesuatu yang sedang ia pikirkan."Nanti aku coba telepon Nayla aja deh," ucap Angel pada dirinya sendiri.Saat motor ojek Angel keluar dari perumahan, bersamaan dengan itu motor Rahma memasuki perumahan.Ketika Nayla akan menutup pagar, terdengar suara motor Rahma."Mbak, Nay!" panggil Rahma. Membuat gadis itu menoleh lalu membukakan pagar untuknya.Rahma memasukan motornya ke halaman. Melepas helm dan menaruhnya di lemari."Mbak, kenapa, kok menangis?" tanya Rahma saat melihat Nayla yang lesu dengan kedua mata yang berkaca-kaca ingin menangis.Nayla langsung memeluk Rahma, tangisny
"Bahaya gimana maksud kamu?" Nayla menoleh dan menatap pada Rahma."Ya, 'kan tusuk konde itu Mbak Nayla ambil di tempat yang terkenal angker. Apa enggak sebaiknya, tusuk konde itu dikembalikan ke tempat Mbak Nayla ketemu."Nayla sejenak terdiam. Ia seolah sedang memikirkan perkataan Rahma."Enggak, Ma. Sama aja. Mau aku buang di mana aja juga sama, Ma." sahut Nayla. Kemudian ia kembali masuk ke dalam kamarnya.Rahma hanya menatap punggung Nayla yang masuk ke dalam kamar."Mbak Nayla kalau dibilangin mesti ngenyel," keluh Rahma.Beberapa saat kemudian, terdengar suara mobil Tante Dewi yang baru saja pulang.Saat Dewi akan turun dari mobil untuk membuka pagar, dari dalam rumah tampak Rahma sudah keluar membukakan pagar untuknya."Sudah pulang, Sayang?""Sudah, Ma."Ia memakirkan mobilnya di garasi samping rumah, tepat sebelah motor Rahma."Katanya kamu ada kerja kelompok?" tanyanya saat turun dari mobil
"Oh ya, kamu kapan pulang?""Rencananya, nanti aku mau cari tiket kereta untuk pulang besok, Ngel.""Nay, aku boleh ikut kamu ke kampung enggak?""Hahhh?" Nayla begitu terkejut dengan ucapan Angel."Iya, Nay, aku sudah meminta ijin sama mama dan papa. Gimana, boleh enggak, Nay? Biar kamu juga enggak sendirian, Nay," ocehnya panjang lebar."Tapi rumahku di kampung jelek, Ngel, kamu enggak apa-apa?""Tenang aja, Nay, enggak masalah. Lagi pula besok kedua orang tuaku ada urusan bisnis ke luar kota selama seminggu. Dari pada aku sendirian, mending aku temenin kamu," jelas Angel."Makasih ya, kamu sudah mau temenin aku, Ngel. Ya sudah nanti aku sekalian carikan tiket buat kamu. Nanti kirimin foto KTP kamu ya.""Okey, Nay. Nanti aku transfer uang tiketnya ke kamu.""Gampang itu, Ngel. Ya sudah aku mau siapin baju sama cari tiket. Nanti aku kabarin kamu.""Okey, Nay. Aku kirim foto KTP sekarang.""Iya. Assal
Tiba-tiba Rahma datang dan mengajak Nayla serta mamanya untuk makan. Rahma mengajak makan bakmi jawa sambil mencarikan tiket untuk Nayla.Dewi dan Nayla pun setuju dengan usulan Rahma. Mereka bertiga lantas bersiap-siap.Tak berapa lama kemudian, mereka bertiga sudah siap dan akan pergi.Tak sengaja tusuk konde itu terbawa oleh Nayla di saku belakang celananya.Nayla berlari untuk membuka pagar, tak lupa ia juga menguncinya. Setelah itu Nayla berlari kecil masuk ke dalam mobil.Malam hari itu, jalanan Malang cukup ramai. Sehingga mobil Tante Dewi melaju dengan kecepatan sedang.Hampir sekitar dua puluh menit perjalanan, mobil Honda Jazz berwarna merah itu pun memasuki sebuah restoran.Setelah mendapatkan tempat parkir, mereka bertiga pun turun dari mobil. Restoran bakmi jawa itu tak begitu ramai. Sehingga, pesanan makanan mereka segera dibuatkan.Mereka duduk di sudut ruangan. Tidak menunggu lama, seorang pelayan laki-lak
"Tan, kenapa yang bisnis. Uang Nayla enggak cukup," bisik Nayla lirih."Sudah, Nay. Uangnya kamu simpan saja. Ini tiketnya Tante yang belikan. Terus uang teman kamu, buat uang saku kamu di jalan ya."Sontak kedua mata Nayla semakin membulat lebar mendengar perkataan Dewi barusan."Enggak, jangan, Tante. Nayla bayar ya, Tan, Nayla sudah banyak merepotkan, Tante Dewi.""Sudah enggak usah, Sayang. Kamu simpan!"Saat Dewi dan Nayla sedang berdebat, petugas wanita itu mengkonfirmasi data Nayla dan Angel.Setelah semua data dipastikan benar oleh Nayla, petugas wanita itu menyebutkan nominal harga kedua tiket kereta."Total semuanya jadi tujuh ratus enam puluh ribu rupiah.""Bayar pakai ini, Mbak." Tante Dewi memberikan kartu debitnya pada petugas wanita.Nayla masih terus melotot melihat sang tante. Ia sungguh merasa tidak enak karena Tante Dewi selalu baik kepadanya."Jangan melotot terus, nanti mata kamu keluar, Nay," god
Kepala Nayla sedikit melongok keluar, ia menoleh kanan kiri. Tak ada siapa pun. Semuanya terlihat sepi.Bahkan suara hewan malam juga tak terdengar. Setelah memastikan tidak ada seorang pun, Nayla kembali menutup dan mengunci jendela kamar. Tak lupa ia juga menutup tirai jendela."Aku tadi hanya mimpi ketemu sama Mas Wisnu?"Gadis itu duduk di pinggiran ranjang sambil mencoba mengingat mimpi yang baru saja ia alami."Di mimpiku, Mas Wisnu sangat menyeramkan. Dan ... sepertinya bola matanya enggak ada yang sebelah kanan," gumamnya sambil menyilangkan kaki kanan pada paha kirinya.Nayla bangkit dan berjalan menuju meja. Ia menarik sebuah kursi kecil lalu membuka laci mejanya.Ia mengambil tusuk konde itu dan terus memperhatikannya.Saat itu, Nayla merasakan hawa yang berbeda di dalam kamarnya. Ia merasa seluruh bulu di tubuh serta tengkuknya begitu merinding.Saat kepalanya sedikit mendongak ke atas,
"Siapa ya pagi-pagi gini yang bertamu?" tanya Rahma."Oh, mungkin temen aku kemarin, Ma. Biar aku aja yang bukain pintunya," ujar Nayla berlari menuju pintu.Sebelum membuka pintu, Nayla melihat siapa yang datang dari jendela. Ia melihat Angel sudah berdiri di depan pintu sambil membawa koper di sampingnya."Haii, Ngel!" seru Nayla menyapa Angel saat membuka pintu."Hai, Nay," balas gadis berkulit putih itu sambil membenarkan koper yang ia bawa."Ayo masuk dulu. Aku kenalkan sama tante dan saudaraku," ajak Nayla menarik tangan Angel.Angel pun menganggukkan kepalanya. Ia mengikuti langkah kaki Nayla masuk ke dalam rumah, sambil menyeret koper miliknya."Nah, kenalkan, Ngel. Ini Tante Dewi dan ini Rahma, sepupuku." Nayla menunjuk pada Dewi dan Rahma. Kemudian ia berucap, "Tante, ini Angel, teman Nayla."Dewi dan juga Rahma berdiri, lalu berjalan mendekati Angel."Saya Angel, Tante," ujarnya seraya