Saat Ewan sadar, ruangan itu tampak remang-remang."Sudah bangun?" Raja Naga duduk di sisi ranjang sambil tersenyum dan bertanya."Aku ... ini di mana?" tanya Ewan."Di rumahku. Tadi kamu pingsan, jadi langsung kubawa pulang. Kata dokter, kamu terlalu lelah."Raja Naga berjalan ke jendela dan membuka tirai.Seketika, cahaya senja yang keperakan menyinari wajah Ewan, membuat wajah pucatnya terlihat lebih segar sedikit.Menggunakan Jimat Pelacak sangat menguras tenaga. Dengan kemampuan yang masih terbatas, Ewan memaksakan diri menggunakannya tiga kali berturut-turut, hingga akhirnya terkena efek balik dan pingsan setelah memuntahkan darah."Aku tidur berapa lama?" tanya Ewan lagi."Nggak lama, sekitar tiga sampai empat jam.""Apa? Selama itu?" Ewan langsung bangkit duduk. "Fauzan sudah ditemukan?""Sudah ada petunjuk. Henry sedang menelusurinya. Soal si pengirim paket juga sudah ada kabar. Sepertinya sebentar lagi keduanya bisa ditemukan." Raja Naga tersenyum. "Kalau kamu capek, istiraha
Kotak itu terlihat rapi dan tertutup rapat. Ewan menimbang-nimbang kotak itu di tangannya, ternyata tidak berat. Dia lalu mulai membuka lakban pelan-pelan."Hati-hati." Raja Naga mengingatkan."Hmm." Ewan bergerak perlahan dan hati-hati. Butuh waktu 30 detik sampai lakban di permukaan kotak benar-benar terbuka.Begitu kotak dibuka, mereka melihat dua bundel uang tunai di dalamnya.Ewan mengambilnya dan memeriksanya dengan saksama. Uang itu asli, totalnya 40 juta."Aneh juga, zaman sekarang masih ada yang kirim uang tunai lewat kurir?" gumam Ewan pelan.Raja Naga tertawa ringan. "Sebenarnya nggak aneh. Sekarang jasa ekspedisi sangat maju, kirim apa pun bisa."Ewan melanjutkan, "Kalau pengirim ini mengirim uang tunai ke Fauzan, berarti hubungan mereka cukup dekat."Raja Naga mengangguk, sangat setuju dengan analisis Ewan. "Tadi si kurir bilang, dia setiap minggu mengantar paket ke sini. Kalau isinya setiap minggu adalah uang tunai, itu berarti Fauzan menerima setidaknya 160 juta per bula
Tok, tok! Suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar.Tiga orang di dalam rumah langsung menghentikan pembicaraan, saling bertukar pandang. Kemudian, Henry berseru ke arah luar, "Siapa?""Kurir!"Barulah ketiganya merasa lebih lega.Henry segera melangkah ke pintu. Di luar, terlihat seorang kurir berdiri sambil membawa sebuah paket.Kurir itu memandangi Henry sejenak, lalu bertanya, "Kamu siapa?""Aku tinggal di sini. Jadi, menurutmu aku siapa?" jawab Henry. "Berikan saja paketnya."Namun, kurir itu tidak langsung menyerahkan paket. Dia malah terlihat sedikit waspada. "Kamu bukan orang yang tinggal di sini."Henry merasa aneh dan bertanya, "Kok kamu tahu aku bukan tinggal di sini?"Kurir itu menjawab, "Aku antar paket ke sini setiap minggu, tapi belum pernah lihat kamu. Biasanya yang keluar ambil paket itu Kak Fauzan.""Fauzan yang mana?" tanya Henry lagi."Ya Fauzan lah!" jawab si kurir, lalu menatap Henry dengan curiga. "Kamu nggak kenal Fauzan? Kamu ini siapa sebenarnya?""Hahaha, mana
Setelah Ewan selesai berbicara, dia diam-diam membentuk segel dengan kedua tangannya dan mulai melafalkan mantra untuk Jimat Pelacak. Tak lama kemudian, segumpal asap hitam kembali muncul di depan matanya."Pergi!" Dengan seruan pelan dari Ewan, asap hitam itu melayang masuk ke lift."Ayo!" Ewan bersama Raja Naga dan Henry masuk ke lift, turun menuju lobi hotel. Sesampainya di lobi, asap hitam itu melayang sekali mengitari area tersebut, lalu langsung meluncur keluar dari hotel.Ewan segera mengejar, mengikuti asap hitam itu menyusuri jalan, berbelok-belok melalui gang sempit, hingga akhirnya masuk ke sebuah lorong sunyi.Lorong itu berliku-liku, sempit, dan memanjang. Permukaan batunya tampak usang dan tak terurus. Tak ada satu pun bayangan manusia, suasananya sangat sepi."Kalian hati-hati. Aku merasa kita sudah sangat dekat dengan si pelaku," ujar Ewan yang memberi peringatan.Raja Naga langsung waspada sepenuhnya, matanya menelusuri setiap sudut. Henry pun diam-diam mengarahkan tan
"Kenapa?" Ewan menatap Raja Naga dengan bingung.Setelah susah payah menemukan petunjuk pelaku dan memastikan bahwa upaya pembunuhan terhadap Sida adalah ulah Sekte Hyang, kenapa sekarang Raja Naga malah menyuruhnya berhenti menyelidiki?Raja Naga berkata, "Aku sudah bilang tadi, Sekte Hyang nggak punya batasan moral. Mereka itu sekelompok orang gila. Aku khawatir kalau kamu menyinggung mereka, kamu akan dibalas.""Tapi kalau kita berhenti sekarang, dalam tiga hari nyawamu tetap akan melayang," kata Ewan.Raja Naga tertawa santai. "Aku memang sudah di ujung ajal. Mati cepat atau lambat sama saja.""Tapi, aku nggak ingin kehilangan satu tangan." Ewan berkata dengan serius, "Aku ganteng, punya pekerjaan bagus, masa depan cerah. Kalau sampai tanganku buntung, bisa susah cari istri nanti.""Itu masih lebih baik daripada menyinggung Sekte Hyang.""Raja Naga, kalau kita berhasil menangkap pelaku dan menyerahkannya ke Sida, semua ini bukan lagi urusan kita. Kalau Sekte Hyang mau balas dendam,
"Kenapa?""Karena Organisasi Draken bertindak dengan aturan, sedangkan Sekte Hyang nggak pernah punya aturan. Siapa pun yang menyinggung mereka akan berakhir tragis. Aku sendiri adalah salah satu korbannya.""Kamu?" Ewan tampak mulai memahami sesuatu. Dia menatap Raja Naga dengan terkejut, lalu bertanya: "Jangan-jangan racun di tubuhmu itu ....""Benar. Itu ulah Sekte Hyang," ujar Raja Naga sambil menggertakkan gigi. "Bertahun-tahun lalu, aku pernah menyelamatkan seorang pria yang terluka parah di pinggir jalan. Saat itu, aku nggak tahu dia adalah anggota Sekte Hyang.""Aku membawanya pulang, memanggil dokter, dan merawatnya sampai sembuh. Setelah itu, dia tinggal bersamaku selama dua tahun.""Saat itu, aku pikir dia tinggal karena ingin membalas budi. Aku percaya dia tulus. Tapi kemudian aku sadar, dia ada di sisiku hanya untuk menyelidiki latar belakangku.""Setelah itu, aku menjadi petarung peringkat 12 dalam Daftar Harimau dan menguasai dunia mafia Papandaya. Aku berada di puncak k