Di bawah teriknya sinar matahari, salah satu jenazah mulai menunjukkan tanda-tanda livor mortis atau disebut juga noda mayat. Tak lama setelah itu, jenazah kedua, ketiga, dan seterusnya juga mulai menyusul.Dalam waktu kurang dari tiga menit, seluruh 12 jenazah mulai menunjukkan noda mayat yang sama.Orang yang punya sedikit pengetahuan medis pasti tahu, umumnya warna noda mayat yang muncul setelah seseorang meninggal adalah merah keunguan atau ungu gelap. Namun yang terjadi di depan mata ini, noda mayat pada 12 jenazah itu semuanya berwarna hitam.Setiap noda seukuran kepalan tangan, membentuk pola mirip bunga hitam yang mekar, menyerupai mawar hitam yang menyeramkan. Pemandangan itu memberi kesan sangat mencekam."Ini ... ini apa yang sedang terjadi?" Ammar tampak benar-benar terkejut.Secara medis, biasanya noda mayat akan muncul sekitar dua jam setelah kematian. Namun, 12 jenazah ini telah disimpan di ruang pendingin selama 30 jam. Secara logika, livor mortis seharusnya sudah muncu
"Ewan, ikut aku ke dalam," kata Ammar sambil melangkah terlebih dahulu masuk ke ruang pendingin.Ewan dan Jessie segera menyusul di belakangnya.Begitu memasuki ruang pendingin, Ewan langsung melihat 12 jenazah berbaring rapi di lantai. Ada yang tua, ada juga yang masih muda. Semua jenazah dalam keadaan telanjang, jelas menunjukkan bahwa mereka telah menjalani pemeriksaan forensik sebelumnya."Apa kata para forensik yang memeriksa mereka sebelumnya?" tanya Ewan.Ammar menjawab, "Ada tiga ahli forensik yang sudah memeriksa mereka, tapi nggak satu pun yang menemukan penyebab kematian. Kami benar-benar nggak tahu bagaimana mereka bisa mati. Karena itulah aku sampai meminta bantuan Raja Naga dan dia yang menyarankan agar aku mencarimu. Ewan, kamu harus bantu aku.""Aku lihat dulu, tapi nggak janji bisa menemukan penyebabnya," kata Ewan.Ammar menanggapi, "Ewan, terlepas dari hasilnya nanti, aku tetap berutang budi padamu.""Kamu terlalu berlebihan," jawab Ewan, lalu segera mengenakan maske
"Kalian berdua, kenapa tiba-tiba ke sini?" tanya Ewan dengan wajah keheranan.Dua tamu tak diundang itu bukan orang asing, mereka adalah Ammar dan wanita yang bersamanya malam itu, saat Ewan memburu si pembunuh bayaran.Ammar tersenyum. "Ewan, kali ini aku datang khusus untuk mencarimu.""Mencariku?" Ewan semakin bingung.Ammar menjelaskan, "Begini, kami sedang mengalami sedikit masalah dan ingin meminta bantuanmu.""Aku rasa kalian salah orang. Aku cuma dokter biasa, nggak bisa membantu urusan kalian." Ewan menolak tanpa berpikir panjang. Dia memang tidak mau terlalu banyak berurusan dengan Ammar yang latar belakangnya masih belum jelas.Wanita itu menambahkan, "Pak Ewan, Anda sehebat ini, kalau Anda saja nggak bisa membantu kami, aku rasa nggak ada orang lain yang mampu."Mendengar hal itu, Ewan mengernyit.'Sepertinya mereka datang dengan persiapan penuh. Jangan-jangan ... mereka diam-diam menyelidikiku?'Ammar tampak menyadari kecurigaan Ewan, lalu buru-buru berkata, "Ewan, alasan
"Paman dari Bu Neva bernama Irham, usianya 47 tahun, sekarang menjabat sebagai Kepala Staf di salah satu unit militer wilayah barat daya. Dia juga seorang jenderal.""Selain itu, sepupu Bu Neva yang bernama Willy juga luar biasa hebat. Willy bahkan punya julukan 'Putra Langit'. Dia dan Barry dikenal sebagai dua pahlawan besar di zaman ini."Ewan tersenyum getir, lalu berkata, "Bu, aku ini cuma dokter kecil. Menurut Ibu , apa aku pantas untuk Bu Neva?""Kenapa nggak pantas? Anakku adalah yang terbaik." Mungkin memang semua ibu di dunia ini sama. Mereka selalu merasa bahwa anak merekalah yang paling hebat.Ewan hanya bisa tertawa getir, "Dengan latar belakangku yang seperti ini, meski aku dan Bu Neva benar-benar bersama, keluarganya pasti nggak akan setuju.""Jadi kamu khawatir soal itu, ya?" Aruna menatapnya serius. "Dengar, Mama Ibu kasih tahu satu hal ... kamu nggak perlu khawatir soal itu. Kalau kalian saling mencintai, Mama Ibu lihat siapa yang berani menghalangi!""Bukan cuma Kelua
Ewan buru-buru bertanya, "Kak Henry, ada apa sebenarnya?""Aku baru saja dapat kabar. Sekte Hyang akan mengirim orang ke Papandaya dalam waktu dekat untuk menyelidiki kematian Fauzan."Ewan sempat mengira terjadi sesuatu yang besar. Namun, begitu mendengar kabar itu tentang Sekte Hyang, dia langsung menghela napas lega dan berkata, "Nggak perlu takut. Kita hadapi saja semuanya sesuai kondisi.""Jangan terlalu santai, Ewan. Kamu harus lebih waspada. Orang-orang Sekte Hyang itu semuanya gila. Mereka bisa melakukan apa pun," Henry mengingatkan."Aku akan berhati-hati. Kamu dan Raja Naga juga harus hati-hati.""Ya."Setelah menutup telepon, Ewan pun bangun dari tempat tidur. Setelah mencuci muka dan siap-siap, dia keluar kamar. Ternyata Aruna sudah menyiapkan sarapan.Saat sarapan, Aruna bertanya, "Ewan, kamu ke mana semalam?""Kenapa Ibu tahu aku keluar?""Jangan tanya aku tahu dari mana. Jawab saja, sudah larut malam masih keluar rumah, ngapain? Jangan-jangan kencan, ya?" tanya Aruna sam
Tanpa sengaja, Ewan mengangkat kepala dan melihat di atas nakas ada selembar foto yang telah terpotong setengah. Di foto itu, Neva sedang duduk di atas rerumputan dan tersenyum cerah. Sementara setengah bagian lainnya telah disobek.Ewan tidak terlalu memikirkannya. Dia pun berjalan keluar dari kamar dengan langkah ringan dan hati-hati. Baru saja sampai di ruang tamu, dia mendengar ponsel Neva berdering."Sudah larut begini, siapa yang menelepon Bu Neva?" Ewan merasa sedikit penasaran. Dia berjalan ke arah sofa dan melirik layar ponsel. Di sana tertulis panggilan masuk dari nomor tak dikenal.Beberapa saat kemudian, panggilan itu terputus sendiri.Ewan baru saja hendak beranjak pergi, tapi ponsel Neva kembali berdering. Nomornya masih sama seperti sebelumnya."Jangan-jangan ini urusan penting?"Ewan sempat ragu, tapi akhirnya mengangkat telepon itu dan menekan tombol terima. Namun sebelum sempat bicara, suara seorang pria langsung terdengar dari seberang."Neva, akhirnya kamu mau angka