Share

BAB 5: Harapan

Author: Asayake
last update Last Updated: 2023-07-17 21:35:12

Hayes membuka pintu kamarnya dan melangkah masuk, berdiri di depan ranjangnya, pria itu berbalik melihat Alice yang kini sudah berdiri di belakang pintu kamar.

Hayes langsung merasakan sesuatu yang menyesakan dada. Hayes harus mengucapkan selamat tinggal pada masa mudanya yang cerah, kini dia sudah menikah dengan gadis menyebalkan, gadis yang akan membuat harinya menjadi suram karena harus sering melihat wajahnya.

Pernikahan ini akan berlangsung dua bulan, Hayes harus bersabar demi posisi penerus yang harus jatuh ke tangan dia.

“Kau sudah tahu kan jika ayahku sudah membelimu dan sudah memberikan banyak uang untuk ibumu,” ucap Hayes seraya melepas kasar dasi dan jassnya, tatapannya yang tajam tidak berhenti memperhatikan penampilan norak Alice yang sangat mengganggu.

Alice mengangguk pelan tanpa suara.

“Gara-garamu, sekarang aku harus berbagi kamar dengan orang yang sangat aku benci, karena kini kau sudah dibeli, jadi bersikap penurutlah seperti peliharaan.”

Samar Alice tersenyum menyembunyikan rasa sakit di dalam hatinya atas kata-kata Hayes.

“Jangan pernah berharap karena sekarang kau berstatus isteriku dan kita tinggal satu kamar, kau bisa bersikap tidak tahu diri seperti ibumu. Kau akan tidur di sofa selama dua bulan ini, jangan menyentuh barang-barang pribadiku, jangan mengajakku berbicara jika bukan aku yang memulai,” peringat Hayes dengan rentetan perintahnya.

Bola mata Alice bergerak melirik ke arah kursi panjang di depan jendela. Sofa itu terlihat empuk dan nyaman, tidak seperti lantai beralaskan karpet lusuh yang ada di ruang bawah tanah.

“Aku mengerti,” jawab Alice tersenyum senang penuh rasa syukur karena Hayes tidak memerintahkannya tidur di lantai.

Hayes mendengus kesal, dia sudah banyak berbicara kasar, ternyata Alice tidak terpancing dan masih belum menunjukan sisi buruknya seperti Giselle.

‘Kau lihat saja nanti, akan aku tunggu seberapa lama kau mampu menunjukan topeng kepura-puraanmu yang so polos itu’ batin Hayes.

“Kemasi barang-barang murahanmu di lemari itu, jangan membuat berantakan,” titah Hayes seraya menunjuk sebuah lemari kecil yang menyatu dengan cermin.

“Aku mengerti.”

“Apapun yang terjadi, jangan pernah menunjukan jika memiliki masalah di hadapan orang lain, terutama ayahku,” perintah Hayes lagi.

“Aku mengerti,” jawab Alice dengan kata-kata yang sama untuk yang ketiga kalinya.

“Saat ada di luar, aku tidak ingin siapapun tahu kau isteriku.”

“Aku mengerti.” Sekali lagi Alice menyetujui segala syarat yang telah diminta Hayes tanpa tawar menawar.

Hayes melempar dasi dan jassnya ke ranjang, lalu pergi ke tertidur untuk menenangkan diri dari kenyataan menyebalkan yang sulit untuk diterima.

Hayes masih tidak menyangka harus terjebak pernikahan dengan anak dari selingkuhan ayahnya. Damian tidak hanya berhasil menyakiti hati Hayes, dia juga berhasil menoreh luka lebih dalam di hati ibunya yang kini tengah sakit.

Hayes tidak akan pernah membiarkan kegilaan ini berlangsung lebih lama lagi, dia bersumpah akan membalas segala hal buruk yang terjadi pada ibunya setalah menduduki posisi pewaris.

Melihat Hayes yang sudah mulai tertidur, Alice melangkah ke sofa dan duduk di lantai, gadis itu memilih merapikan pakaiannya yang hanya sekoper kecil, pakaian lusuh bekas beberapa pelayan yang mau berbaik memberikannya.

Apapun yang terjadi, Alice tidak akan mengeluh, bertahan menjadi isteri Hayes selama dua bulan sangatlah singkat, dia sudah melewati banyak tantangan lebih dari dua puluh tahun lamanya, ini bukan apa-apa.

***

Waktu berjalan dengan cepat, Alice hanya duduk di depan jendela memandangi langit yang cerah. Sangat jarang dia memiliki kesempatan untuk melakukan hal yang sederhana, termasuk memandangi langit dengan leluasa.

Tangan kurus Alice meremas permukaan sweater, ada sesak yang dirasakan hatinya mengingat di usianya yang ke dua puluh tahun, dia baru memiliki kesempatan untuk berada di tempat lain untuk yang pertama kalinya.

Saking tidak tahu apa-apa tentang kehidupan, kini Alice tidak tahu dengan apa yang harus dilakukan. Jangankan melakukan sesuatu, berinteraksi dengan seseorang saja, Alice selalu merasa berdebar karena takut dimarahi dan dipukul.

Alice menopang dagunya, gadis itu menghela napasnya dengan berat, pikirannya berkelana, bertanya-tanya kepada dirinya sendiri mengenai apa yang dilakukan orang-orang dalam menjalani hari-hari mereka.

Apakah bisa jika dia bekerja dan mendapatkan uang karena jika keluar rumah ini, Alice butuh uang.

Tapi siapa yang mau mempekerjakan orang yang buta hurup dan tidak bisa melakukan apapun?

Apakah Alice bisa meminta tolong kepada Damian untuk diajari membaca? Bagaimana reaksi Damian dan orang-orang disekitar jika mereka tahu Alice buta hurup? Apakah mereka akan semakin mencelanya?

Bibir Alice menekan sedih, tanpa sadar dia mengusap lengannya yang terluka karena puntung rokok.

Beruntung saja Athur memberinya obat, Alice bisa mengobati lukanya sendiri secara diam-diam ketika sedang berada di kamar mandi.

Suara pergerakan Hayes yang sudah kembali bangun terdengar, pria itu beranjak dari ranjang dan melangkah pergi ke kamar mandi tanpa mempedulikan keberadaan Alice yang berada satu ruangan dengannya.

Alice bersyukur, Hayes memilih untuk mendiamkannya dan hanya mencelanya, setidaknya pria itu tidak memukulinya seperti Giselle dan Xavier, ayah tirinya.

Suara ketukan di pintu terdengar.

Alice beranjak dan membukanya. Seorang pelayan wanita paruh baya berkacamata berdiri di hadapannya dan membungkuk memberi hormat. “Perkenalkan, nama saya Mery, salah satu pelayan di rumah ini. Saya datang ke sini untuk mneyampaikan pesan dari tuan Damian, beliau meminta saya mengantar Anda untuk menyapa nyonya.

Alice menelan salivanya dengan kesulitan. “Apakah sekarang?”

“Benar, tuan Damian berpesan seperti itu, beliau akan menyusul dan sekarang tengah menerima panggilan terlebih dahulu,” jelas Mery.

“Baiklah.”

“Ikut saya,” pinta Mery sebelum berbalik.

Dengan patuh pada Alice pergi mengkikuti langkah Mery yang memandunya sambil memberitahu beberapa ruangan yang dilewati.

To Be Continued...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Yeni Sipayung
berarti kakak adik dong klo satu bapak ...
goodnovel comment avatar
Fitria Pangumpia
...️...️...️...️...️...️...️...️
goodnovel comment avatar
Mersiana Handayani Njurumbatu
anak dari selingkuhan ayahnya?? makaudnya gmn, apa alice dan Hayes 1 ayah? apa alice anak damian, krna dsebut giselle ibu nya alice itu selingkuh an nya si damian.. bingung deh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • 60 Hari Pernikahan Kontrak dengan Pewaris   Esktra Part 14

    Satu menit..Dua menit..Tiga menit telah berlalu, masih tidak ada yang berbicara di antara mereka berdua, keduanya terjebak dalam diam, memandangi lautan yang terlihat lebih tenang dari biasanya.Tangan Alice terkepal meremas permukaan pakaiannya, jika tidak ada yang memulai pembicaraan, Alice akan terjebak lebih lama disini.Beberapa kali Alice menarik napasnya untuk mengumpulkan sebuah keberanian untuk memulai percakapan. “Bagaimana kabar Anda?” tanya Alice.Claud menggenggam kuat ujung tongkatnya, wajahnya bergerak ke sisi untuk melihat keberadaan Alice, bola mata Claud bergerak turun melirik perut Alice yang cukup besar meski usia kandungannya masih muda. Tubuh Alice yang pulih masih cukup terlihat sangat kecil, pasti akan sulit untuknya bergerak saat usia kandungannya mulai menginjak lima bulan.“Berapa usiamu?” Claud balik bertanya.Pandangan mereka saling bertemu, Alice tenggelam dalam sorot mata Claud Borsman yang pekat. Alice sudah terbiasa hidup dikelilingi orang-orang yan

  • 60 Hari Pernikahan Kontrak dengan Pewaris   Esktra Part 13

    Tangisan Eniko kian kencang, hatinya terguncang hebat oleh kata-kata yang tidak pernah sekalipun dia harapkan akan terucap dari mulut Theodor. Hidup Eniko berubah hanya dalam semalam, hatinya hancur seolah dunia disekitarnya runtuh tinggal debu. Eniko tidak pernah seputus asa ini dalam hidupnya hingga dia tidak dapat melihat masa depan lagi.Eniko malu bila terus egois mengikuti kata hatinya untuk tetap mengejar Theodor. Pria itu pantas mendapatkan wanita yang sebanding dengannya, Eniko tidak ingin keberadaannya membuat Theodor malu.“Menangislah sampai semua sesak didadamu berkurang,” nasihat Theodor terdengar sedikit canggung. Ini untuk pertama kalinya dia melihat Eniko menangis, memeluknya lebih dulu dan ini untuk pertama kalinya.Menyadari situasi yang kini tengah tidak begitu baik, perawat yang mengurus Eniko memilih mundur secara perlahan dan pergi meninggalkan ruangan untuk memberi mereka waktu luang.Ruangan itu kini hanya terdengar tangisan dan pelukan hangat Theodor yang sec

  • 60 Hari Pernikahan Kontrak dengan Pewaris   Ekstra Part 12

    Theodor mengusapkan telapak tangannya pada sisi celana, menyingkirkan keringat dingin yang mengganggunya. Dia gugup tanpa asalan, beberapa kali dia harus menarik napasnya agar mendapatkan sedikit ketenangan sebelum mengetuk pintu dan memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan tempat Eniko dirawat.Dua langkah Theodor memasuki ruangan, pandangan Theodor langsung tertuju pada Eniko yang tengah duduk di ranjangnya, wanita itu memandangi jendela di depannya.Theodor melangkah dengan hati-hati sampai pada akhirnya Eniko menengok ke arahnya dan mereka terjebak dalam diam saling memandang satu sama lainnya.Napas Theodor tertahan di dada, melihat sisi wajah Eniko yang bengkak dan memiliki lebam cukup pekat hingga menghabiskan separuh wajah cantiknya, tangannya tepasang infusan dan dia mengenakan pakaian pasien.Mungkin butuh waktu beberapa hari agar lebam itu menghilang dari wajahnya.Dengan langkah yang berat Theodor mendekat dan berdiri di sisi Eniko yang tidak dapat mengalihkan pandan

  • 60 Hari Pernikahan Kontrak dengan Pewaris   Ekstra Part 11

    “Mengapa Ayah membawanya kesini? Ayah tahu kan jika aku sangat membencinya.”“Aku juga tidak memiliki alasan apapun untuk dikatakan,” jawab Damian pelan.Damian tidak mengerti dengan alasan Claud yang mau datang menemui Alice, tidak seperti biasanya dia tertarik pada hal yang tidak menguntungkan. Anehnya, ada sesuatu yang tidak biasa dari Claud Borsman tunjukan, sepanjang perjalanan menuju Emilia Island, Claud hanya menanyakan kesehatan Hayes dan Alice, dia tidak membahas bisnis apapun.Hayes menghisap rokoknya, kepulan asap terlihat bergerak keluar dari mulutnya. Suasana hati Hayes telah dirusak oleh keberadaan Claud Borsman. “Jangan pernah coba-coba untuk mendamaikan aku dengannya, sekeras apapun Ayah berusaha, itu tidak akan berhasil,” peringat Hayes.“Aku tidak akan pernah memaksamu untuk memaafkan kesalahannya Hayes,” jawab Damian dengan nada menggantung. Dalam satu tarikan napas panjangnya Damian kembali berkata, “Hayes, selama ini, sebelum kau mengetahui kebenaran siapa diri

  • 60 Hari Pernikahan Kontrak dengan Pewaris   Ekstra Part 10

    Wajah Claud Borsman berubah pucat, terkejut oleh sesuatu pertanyaan yang tidak pernah dia sangka. Claud Borsman terdiam membungkam kehilangan kata-kata untuk menjawab.Terlahir dari kelas bangsawan membuat Claud Borsman tebiasa dilayani dalam setiap hal, terbiasa menerima rasa hormat dari orang lain yang membangun jiwa angkuh di dalam dirinya.Keangkuhan itu membuat Claud Borsman tidak pernah meminta maaf dan bebas bertindak semaunya tanpa peduli itu benar atau salah, Claud Borsman tumbuh tanpa rasa penyesalan disetiap tindakan yang diambilnya karena dia menganggap setiap manusia yang terlibat dalam hidupnya sebatas objek sesaat.Claud Borsman sendiri tidak pernah tersinggung dengan kritikan tajam siapapun, dia terus berjalan di jalan yang menurutnya benar tidak peduli dengan halangan siapapun, karena siapapun yang berani menghalangi jalannya, Claud Borsman akan menyingkirkannya.Sekarang Hayes menutut maaf darinya?Apakah Claud Borsman bisa melakukannya? Apakah permintaan maaf akan s

  • 60 Hari Pernikahan Kontrak dengan Pewaris   Ekstra Part 9

    “Sepertinya paman Damian sudah datang,” gumam Athur melihat sebuah mobil khusus telah terparkir di depan salah satu parkiran khusus resort.Athur menepikan mobilnya ke sisi. “Aku harus pergi memeriksa restaurant dulu.”Alice mengangguk dengan senyuman, gadis itu bergeser dan melangkah keluar ketika pintu disisinya sudah dibukakan oleh Hayes. Sementara Athur memutar balik mobilnya dan pergi meninggalkan tempat.Alice dan Hayes memasuki resort, sempat Hayes menanyakan kedatangan Damian dan menanyakan keberadaannya saat ini kepada seseorang yang menyambut.Resort yang dibangun sekitar satu tahun lalu itu akan segera diresmikan dalam waktu dekat karena pembangunan yang masih berjalan membutuhkan waktu satu tahun lagi.Jarang sekali mereka datang ke tempat ini meski sudah beberapa kamar yang tersedia, Alice dan Hayes lebih suka menghabiskan waktu mereka berdua di paviliun menjalani kehidupan yang sederhana. Hayes sesekali datang ke tempat ini untuk melakukan pertemuan dengan beberapa rekan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status