Share

BAB 5: Harapan

Hayes membuka pintu kamarnya dan melangkah masuk, berdiri di depan ranjangnya, pria itu berbalik melihat Alice yang kini sudah berdiri di belakang pintu kamar.

Hayes langsung merasakan sesuatu yang menyesakan dada. Hayes harus mengucapkan selamat tinggal pada masa mudanya yang cerah, kini dia sudah menikah dengan gadis menyebalkan, gadis yang akan membuat harinya menjadi suram karena harus sering melihat wajahnya.

Pernikahan ini akan berlangsung dua bulan, Hayes harus bersabar demi posisi penerus yang harus jatuh ke tangan dia.

“Kau sudah tahu kan jika ayahku sudah membelimu dan sudah memberikan banyak uang untuk ibumu,” ucap Hayes seraya melepas kasar dasi dan jassnya, tatapannya yang tajam tidak berhenti memperhatikan penampilan norak Alice yang sangat mengganggu.

Alice mengangguk pelan tanpa suara.

“Gara-garamu, sekarang aku harus berbagi kamar dengan orang yang sangat aku benci, karena kini kau sudah dibeli, jadi bersikap penurutlah seperti peliharaan.”

Samar Alice tersenyum menyembunyikan rasa sakit di dalam hatinya atas kata-kata Hayes.

“Jangan pernah berharap karena sekarang kau berstatus isteriku dan kita tinggal satu kamar, kau bisa bersikap tidak tahu diri seperti ibumu. Kau akan tidur di sofa selama dua bulan ini, jangan menyentuh barang-barang pribadiku, jangan mengajakku berbicara jika bukan aku yang memulai,” peringat Hayes dengan rentetan perintahnya.

Bola mata Alice bergerak melirik ke arah kursi panjang di depan jendela. Sofa itu terlihat empuk dan nyaman, tidak seperti lantai beralaskan karpet lusuh yang ada di ruang bawah tanah.

“Aku mengerti,” jawab Alice tersenyum senang penuh rasa syukur karena Hayes tidak memerintahkannya tidur di lantai.

Hayes mendengus kesal, dia sudah banyak berbicara kasar, ternyata Alice tidak terpancing dan masih belum menunjukan sisi buruknya seperti Giselle.

‘Kau lihat saja nanti, akan aku tunggu seberapa lama kau mampu menunjukan topeng kepura-puraanmu yang so polos itu’ batin Hayes.

“Kemasi barang-barang murahanmu di lemari itu, jangan membuat berantakan,” titah Hayes seraya menunjuk sebuah lemari kecil yang menyatu dengan cermin.

“Aku mengerti.”

“Apapun yang terjadi, jangan pernah menunjukan jika memiliki masalah di hadapan orang lain, terutama ayahku,” perintah Hayes lagi.

“Aku mengerti,” jawab Alice dengan kata-kata yang sama untuk yang ketiga kalinya.

“Saat ada di luar, aku tidak ingin siapapun tahu kau isteriku.”

“Aku mengerti.” Sekali lagi Alice menyetujui segala syarat yang telah diminta Hayes tanpa tawar menawar.

Hayes melempar dasi dan jassnya ke ranjang, lalu pergi ke tertidur untuk menenangkan diri dari kenyataan menyebalkan yang sulit untuk diterima.

Hayes masih tidak menyangka harus terjebak pernikahan dengan anak dari selingkuhan ayahnya. Damian tidak hanya berhasil menyakiti hati Hayes, dia juga berhasil menoreh luka lebih dalam di hati ibunya yang kini tengah sakit.

Hayes tidak akan pernah membiarkan kegilaan ini berlangsung lebih lama lagi, dia bersumpah akan membalas segala hal buruk yang terjadi pada ibunya setalah menduduki posisi pewaris.

Melihat Hayes yang sudah mulai tertidur, Alice melangkah ke sofa dan duduk di lantai, gadis itu memilih merapikan pakaiannya yang hanya sekoper kecil, pakaian lusuh bekas beberapa pelayan yang mau berbaik memberikannya.

Apapun yang terjadi, Alice tidak akan mengeluh, bertahan menjadi isteri Hayes selama dua bulan sangatlah singkat, dia sudah melewati banyak tantangan lebih dari dua puluh tahun lamanya, ini bukan apa-apa.

***

Waktu berjalan dengan cepat, Alice hanya duduk di depan jendela memandangi langit yang cerah. Sangat jarang dia memiliki kesempatan untuk melakukan hal yang sederhana, termasuk memandangi langit dengan leluasa.

Tangan kurus Alice meremas permukaan sweater, ada sesak yang dirasakan hatinya mengingat di usianya yang ke dua puluh tahun, dia baru memiliki kesempatan untuk berada di tempat lain untuk yang pertama kalinya.

Saking tidak tahu apa-apa tentang kehidupan, kini Alice tidak tahu dengan apa yang harus dilakukan. Jangankan melakukan sesuatu, berinteraksi dengan seseorang saja, Alice selalu merasa berdebar karena takut dimarahi dan dipukul.

Alice menopang dagunya, gadis itu menghela napasnya dengan berat, pikirannya berkelana, bertanya-tanya kepada dirinya sendiri mengenai apa yang dilakukan orang-orang dalam menjalani hari-hari mereka.

Apakah bisa jika dia bekerja dan mendapatkan uang karena jika keluar rumah ini, Alice butuh uang.

Tapi siapa yang mau mempekerjakan orang yang buta hurup dan tidak bisa melakukan apapun?

Apakah Alice bisa meminta tolong kepada Damian untuk diajari membaca? Bagaimana reaksi Damian dan orang-orang disekitar jika mereka tahu Alice buta hurup? Apakah mereka akan semakin mencelanya?

Bibir Alice menekan sedih, tanpa sadar dia mengusap lengannya yang terluka karena puntung rokok.

Beruntung saja Athur memberinya obat, Alice bisa mengobati lukanya sendiri secara diam-diam ketika sedang berada di kamar mandi.

Suara pergerakan Hayes yang sudah kembali bangun terdengar, pria itu beranjak dari ranjang dan melangkah pergi ke kamar mandi tanpa mempedulikan keberadaan Alice yang berada satu ruangan dengannya.

Alice bersyukur, Hayes memilih untuk mendiamkannya dan hanya mencelanya, setidaknya pria itu tidak memukulinya seperti Giselle dan Xavier, ayah tirinya.

Suara ketukan di pintu terdengar.

Alice beranjak dan membukanya. Seorang pelayan wanita paruh baya berkacamata berdiri di hadapannya dan membungkuk memberi hormat. “Perkenalkan, nama saya Mery, salah satu pelayan di rumah ini. Saya datang ke sini untuk mneyampaikan pesan dari tuan Damian, beliau meminta saya mengantar Anda untuk menyapa nyonya.

Alice menelan salivanya dengan kesulitan. “Apakah sekarang?”

“Benar, tuan Damian berpesan seperti itu, beliau akan menyusul dan sekarang tengah menerima panggilan terlebih dahulu,” jelas Mery.

“Baiklah.”

“Ikut saya,” pinta Mery sebelum berbalik.

Dengan patuh pada Alice pergi mengkikuti langkah Mery yang memandunya sambil memberitahu beberapa ruangan yang dilewati.

To Be Continued...

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Fitria Pangumpia
...️...️...️...️...️...️...️...️
goodnovel comment avatar
Mersiana Handayani Njurumbatu
anak dari selingkuhan ayahnya?? makaudnya gmn, apa alice dan Hayes 1 ayah? apa alice anak damian, krna dsebut giselle ibu nya alice itu selingkuh an nya si damian.. bingung deh
goodnovel comment avatar
Marya Ita Susana
kasian Alice , bagaimanapun dia juga tidak berharap untuk dilahirkan . Kenapa ibunya sangat membencinya dan tidak ada sedikitpun belas kasian dalam hatinya untuk anak yang dilahirkannya, sekalipun itu dari hasil yang tidak diharapkan, semoga dalam pernikahannya ini ada perubahan lebih baik.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status