"Ya... aku memang cemburu." Cheng menatap tajam Davey. Davey hanya terkekeh melihat Cheng. Ia berjalan mendekat sambil tersenyum mengejek. Davey menghempaskan bokongnya sambil meraih ponselnya."Apakah kita harus menceritakan uang dalam koper itu ke ayah?" tanya Davey yang masih fokus melihat layar ponselnya. "Ya... kita harus mengembalikan semuanya. Tapi sebelumnya aku harus mencari barang bukti terlebih dahulu," jawab Luna. Cheng segera masuk ke dalam tubuh Davey. Ia bingung kepada Luna soal kasus uang dalam koper. Menurutnya, kenapa Luna harus mencari barang buktinya? Bukankah Luna bisa menceritakan semua kejahatan tentang Bruno saat mengambil uang itu?"Kenapa kamu masuk lagi ke dalam tubuhku? Biarkan aku sarapan pagi agar bisa menjalankan aktivitas dengan tenang," kesal Davey dalam hati."Aku tidak ingin makan. Aku ingin meminta penjelasan kepada Luna," sahut Cheng.Terpaksa Davey mengalah. Ia memilih diam tanpa bersuara. Kemudian Davey mempersilakan Cheng mengambil raganya da
Luna menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau menyusahkan Bao. Luna merasa kasihan karena Bao masih terlalu muda. Luna menatap Bao sambil melambaikan tangannya supaya turun. "Turunlah. Aku ingin bicara sama kamu," suruh Luna.Bao menurut lalu turun perlahan. Ia sengaja merendahkan dirinya agar Luna bisa menjangkaunya. Bao tersenyum sambil menunggu perintah Luna. "Adik kecil, rubahlah tubuhmu menjadi manusia. Nanti kamu ikut sama aku mencari orang yang memakai baju serba hitam itu. Aku tahu orang itu masih berada disini. Mereka tidak akan pergi jika kami tertangkap." Luna tersenyum dan mengelus-ngelus rambut Bao. Bao menoleh ke arah Cheng. Ia ingin meminta pendapat kepada sang ayah. Cheng segera pergi meninggalkan mereka. Bao bingung dengan keputusan Luna. Ia tidak memiliki jawaban apapun untuk menuruti keinginan Luna."Turutilah apa kata ibumu itu. Ayah sudah memberikan ilmu kepadamu. Kamu bisa merubah dirimu menjadi manusia." Cheng berteriak dan menghilang. Cheng sengaja pergi menin
"Ayah hanya ingin melihat Agam. Pria itu adalah musuh besar keluarga Davey. Agam ingin membunuh kedua ibumu sedari dulu. Tapi dia tidak bisa." Cheng menghela nafasnya dengan kasar. "Apakah aku harus menjadi mata-mata buat pria itu?" Lulu sengaja menawarkan dirinya menjadi mata-mata Agam. "Tidak. Ayah sudah menyuruh pengawal untuk memata-matainya. Ayah sudah tidak lama berkunjung kesini semenjak kedua ibumu sudah melihat ayah," jawab Cheng. Tak lama ada seorang naga berwajah seram datang. Naga itu bernama Tan. Tubuhnya sangat besar sekali. Bahkan ia memiliki dua taring. Kemana-mana Tan selalu membawa kapak. "Tan... aku ingin kamu mengikuti orang itu! Laporkan kepadaku tentang kegiatan orang itu! Aku tidak mau kamu melupakan hal kecil dari orang itu!" titah Cheng. Tan membungkukkan badannya sambil berucap, "Siap Tuan. Saya akan melaksanakan seluruh perintahmu!" "Paman Tan semangat!" seru Lulu yang memberikan semangat. Terlihat jelas mata Tan berbinar. Ia mendapatkan ucapan selama
"Akak, tubuh tuan muda sedang dikuasai oleh Tuan Naga," bisik Mia. Terpaksa Luna mundur sejenak. Ia ingin melihat apa yang dilakukan oleh Cheng. Luna berdiri tepat berada di samping Mia. Cheng kembali memukul pria itu. Matanya yang penuh amarah menandakan haus akan darah. Ia ingin menghabisi nyawa pria itu tanpa banyak bicara. "Apakah kamu sengaja disuruh Agam untuk menghabisi Luna, Mia dan Davey?" Cheng membentak pria itu. Jiwa Davey sengaja tidak ditidurkan sama Cheng. Davey mendengar jelas suara Cheng ketika memanggil Agam. Ia sangat terkejut pengakuan dari Cheng. "Apa itu benar?" tanya Davey. "Ya itu benar. Paman playboy kamu itu sengaja ingin membunuh kamu. Bukannya kamu sudah mengetahui tentang kasus uang itu? Disana ada Agam juga. Agam sengaja ingin menghabisi nyawa kalian demi menduduki jabatan CEO. Tidak hanya mereka saja, ada beberapa orang yang ingin duduk di kursi itu." Cheng menjelaskan peristiwa sesungguhnya di dalam keluarganya. Pria itu sangat terkejut ketika Da
Tangan kekar Dave memukul lengan Davey. Ia kesal terhadap putranya yang ingin meminang Luna dan Mia secara bersamaan. Dave ingin menghajar putranya itu hingga kapok. "Jangan mikirin nikah terus. Pikirin nasib perusahan." Dave sengaja mengingatkan Davey agar fokus pada perusahaan. Davey menganggukkan kepalanya dengan paham. Ia sudah berjanji dalam hati akan mengurus perusahaannya bersama Luna dan Mia. Selain itu ia mencari beberapa pelaku yang ingin menghancurkan perusahaanya. Dave meraih ponselnya lalu membuka aplikasi bank. Ia mentransfer sejumlah uang ke rekening ketiga anaknya itu. Dave meninggalkan mereka sambil tersenyum. "Habiskan uang itu!" Dave berteriak tanpa menoleh ke arah mereka. Ketiga ponsel mereka berbunyi serempak. Mereka mendapatkan notifikasi dari pihak bank. Mata kedua gadis itu membola. Mereka sangat terkejut mendapatkan uang dari Dave sebanyak itu."Apakah ayah mengirimkan uang sebanyak ini ke kita?" tanya Mia. "Dan kita harus menghabiskannya," ucap Luna.
"Bukannya menjawab dengan baik malah ketus. Apakah kalian tidak pernah diajari menjamu tamu dengan baik?" tanya Luna menyindir Imah. Sindiran Luna mampu membuat Imah dan Ina mundur. Memang tidak seharusnya kedua pelayan itu menyerang orang bertamu. Namun Agam sengaja membuat para pelayannya menjadi ketus. Karena Agam memang berpesan kepada mereka agar tidak memperbolehkan Davey dan keluarganya masuk ke dalam mansionnya."Dimana Paman Agam?" tanya Davey yang berpura-pura sopan. Namun dirinya sangat geram. "Kenapa kamu mencariku?" Agam melihat Davey dengan penuh kebencian dari lantai atas. Davey tidak nyaman jika berbicara mendongak. Sedari dulu Davey diajarkan tata cara berbicara bersama orang lain dengan baik. Bahkan dirinya selalu mengingat ajaran yang sudah tertanam di dalam otaknya."Lebih baik kamu turun saja dari atas." Cheng berteriak supaya Agam turun. "Kenapa kamu menyuruhku turun ke bawah? Bukankah kita tidak pernah berbicara sepatah kata pun kalau sedang berjumpa?" ledek
"Darius sedang tidur di apartemennya. Semalam dia menjadi hacker dadakan untuk mencari barang bukti." Rio menyalakan mobilnya."Barang bukti apa? Apa maksudmu?" Davey bingung dengan Rio."Apakah dia sedang mencari uang lima juta dolar?" tanya Mia."Ada seseorang yang ingin membunuh Nyonya Alina. Pelaku utamanya sudah ketemu. Dia sudah mendekam dalam penjara. Tinggal cari barang buktinya melalui internet. Soalnya sang pelaku utama adalah pembunuh bayaran yang disuruh menghabisi nyawa Nyonya Alina dalam waktu sekejap." Rio menjalankan mobilnya sambil tengok kanan tengok kiri. Mereka terkejut dengan laporan Rio. Selama ini mereka tidak mengetahui kalau Alina sedang dalam bahaya. Padahal hampir setiap hari mereka saling memantau satu sama lain dan bertukar pikiran. "Pasti yang nyuruh orang terdekat," celetuk Cheng. "Dia nggak mau mengakui. Kalaupun mengaku dia akan mati," sahut Rio."Mengakui atau tidak mengakui sama saja. Rata-rata para penghuni Torres memiliki sifat serakah melebihi
"Terpaksa aku membangunnya lagi. Aku tidak menjadi masalah kalau organisasi itu terbentuk lagi. Yang menjadi masalah adalah ahli waris selanjutnya. Kamu tahu sendiri, kalau yang menusuk kita itu adalah orang terdekat. Mereka sangat kuat dan ingin menggulingkan aku." Dave mendekati Alina."Apakah kamu mengajak mereka semua?" Alina memegang dada Dave. "Mau bagaimana lagi. Jika tidak membangun organisasi itu, mereka tidak akan kuat menjadi pengurus perusahaan. Kamu tenang saja. Malam ini aku akan berkoordinasi dengan semuanya," jawab Dave. Mendengar hal itu Alina menjadi sedih. Semua keputusan ada di tangan sang suami. Ia tidak boleh egois menuruti keinginannya. Mau tidak mau Dave membangun organisasi bawah tanahnya kembali. Sebagai seorang ibu, Alina sangat khawatir. Ia tidak akan bisa melihat anak-anaknya menderita seperti itu. Bahkan nyawa mereka menjadi taruhannya. Andai saja jika keluarga Torres Group rukun, Alina tidak akan bersedih seperti ini."Kamu tenang saja. Kita akan memb