Share

Meyakinkan

Author: TheCalm
last update Last Updated: 2022-05-17 21:02:41

Setelah beberapa saat memandang wajah istrinya, Nizam cepat sekali mengambil Zidan yang ada di dalam pelukannya. "Kamu ini, Dik. Kebiasaan nekad!" gertak Nizam pelan. "Jangan dibiasakan seperti ketika kamu lajang, kamu dulu bisa lari, bisa silat. Sekarang itu kamu bawa anak dan tas!" tambahnya sembari mendelik ke arah Zeira yang mesem dan sekarang tangannya bergelayut pada Nizam. Lalu, mereka pun naik ke atas lantai dua di mana kamar mess Nizam berada di sana.

Pandangan Zeira pada ke sekeliling ruangan. Melihat tidak ada apa-apa untuk dikonsumsi, Zeira bergegas mengambil indomie serta telur yang ada di atas meja. Dia pun membuatkannya untuk mereka santap berdua. Sedangkan Nizam setelah menaruh Zidan di atas tempat tidur, dia langsung menyegarkan diri agar secepatnya bisa mengobrol bersama istri tercintanya. Tepatnya, supaya leluasa membeberkan keputusannya untuk pergi ke Belanda.

Zeira menaruh dua mangkuk indomie campur telur di atas meja lantai. Sedangkan matanya melirik ke arah suaminya yang duduk di depannya setelah selesai menunaikan shalat isya yang terlewati karena sibuknya mengantar barang untuk pelanggannya. "Jadi ke Belanda? Bulan besok?" investigasinya seolah ingin meyakinkan pada suaminya ini bahwa dirinya memiliki anak serta istri.

Nizam tidak menjawab apa-apa, akan tetapi tangannya menggeser semangkuk indomie lalu memakannya dengan lahap.

"Alhamdulillah," tahmid ke luar dari mulut Zeira bersamaan oleh Nizam pula setelah dua mangkuk mie selesai disantap.

Sekarang suasana menjadi sunyi.

Sedangkan pandangan Zeira tertuju pada Nizam tanpa mengulang pertanyaan yang sudah bermain-main di dalam sel otaknya. Memang, Zeira memiliki watak yang tak bisa mengulang-ulang perkataan apalagi pertanyaan. Nizam menyeringai senyuman tipis melihat reaksi istrinya ini, kemudian berbicara pelan dengan tangan menopang pada dagunya, "Abang ini kan orang susah, Dik. Jadi, ya ikhtiar dalam segala hal."

"Abang lupa punya Zidan?" jawab Zeira singkat.

Nizam melebarkan seringaiannya. "Abang bekerja demi Zidan dan Adik!"

"Kita tidak bisa seperti ini terus, Dik!" tambahnya sembari menyemburkan napas ke luar dari mulutnya.

Zeira menunduk. Kemudian berbicara, "Kalau begitu Zeira kerja saja, Zidan bersama keluarga Abang di Padang."

Nizam bangun dari tempat duduknya dan merebahkan badannya di dekat Zidan. "Masa, Dik. Orang tua Abang sudah susah payah membesarkan Abang, lalu Abang tega menyuruhnya sekarang membesarkan cucunya?" jawabnya. "Lagi, Adik ini tidak bisakah hidup mandiri. Nanti hasil kerja Abang, Adik kelola uangnya dengan baik." Tambahnya membuat Zeira mengangkat wajahnya.

"Abang, sekarang saja kita berjauhan Jakarta- Tasikmalaya tetangga udah menganggap Zeira Janda! Apalagi nanti?" Zeira mengeraskan bicaranya.

"Tetangga tahu apa, Dik? Mana ada yang mau berjauhan dengan keluarga tercinta?" Nizam menggertak. "Sudah tidur!" tambahnya.

Zeira membereskan mangkuk kotor, lalu mencucinya. Setelah beres dia pun naik ke tempat tidur. Di atas tempat tidur, tangan Nizam meraih lembut tangan kiri Zeira di mana tersemat cincin kawinnya. Merasa kalau jari manisnya kosong, Nizam menarik tangan kanannya itu pun masih kosong. Dia pun beranjak dan duduk, "Cincin nikah dijual untuk ke sini?" tebaknya.

Zeira mengangguk. Lalu, menjawab, "Tadinya mau ke Sukabumi. Tapi, karena Abang memutuskan untuk pergi ke Belanda jadi Adik berputar haluan begitu sampai di Terminal. Abang juga tahu sendiri dari mana Adik punya uang, karena harta adik satu-satunya adalah ini."

Nizam tidak berkata-kata lain selain menatap istrinya dan mengusap rambutnya yang panjang nan wangi ini. Mengerti kenapa kalau Zeira enggan ditinggalkan olehnya, karena dia memang butuh sosok pendamping yang harus ada setiap saat. Ya, wanita itu kuat karena ada yang mendampingi. Hati wanita sangat sensitif daripada lelaki, atau saja kedua makhluk berbeda jenis kelamin pada dasarnya tidak ingin berjauhan dengan pasangannya, terkecuali keadaan yang memaksa.

Akhirnya mereka pun tertidur nyenyak hingga adzan subuh berkumandang, kendati tidur pukul 24:30. Zeira berusaha bangkit dari tempat tidur karena Zidan sudah terbangun dari pukul 04:15 dan meminta dibersihkan pampers-nya. Sementara Nizam cepat sekali pergi ke mesjid untuk sholat subuh berjama'ah.

Antara Nizam dan Zeira memang cocok dalam hal ini, mereka kompak serta tidak malas.

***

Angin pagi di kota Blok M memang tidak sesegar di Tasikmalaya, tapi setidaknya masih segar dan membuat kepala damai tenang sejahtera. Pukul 06: 15, Zeira sudah ke luar untuk membelikan sarapan. Sekembalinya dari membeli sarapan, Nizam berbicara, "Dik, Abang janji kalau sudah bekerja di Belanda akan tebus cincin kawin kita." Nizam mengutarakan itu karena dirinya melihat tanda bukti gadai yang Zeira letakan di saku tas pakaian Zidan, ketika itu Nizam tak sengaja menemukannya waktu dia sedang mencari pampers.

"Masih yakin mau pergi ke sana, Bang?" lagi-lagi Zeira bertanya.

"Yakin! Jangan kolokan, biar Abang semangat dan tidak sedih."

"Insya Allah, Bang."

"Nah, begitu! Hari ini Abang mau ke agensi untuk medikal. Uang yang adik punya jangan boros, takutnya gaji Abang bulan ini dipotong karena abang akan banyak absen."

Penuturan Nizam membuat Zeira semakin yakin kalau suaminya tidak bisa dibujuk untuk tidak pergi. "Insya Allah cukup, Bang. Hanya nanti pas bayar sewa rumah saja adik minta tolong Abang yang bayarkan," lirih Zeira.

"Ya sudah, sampai Abang pergi, adik di sini saja. Agar setidaknya kita bersama untuk beberapa saat." Ujar Nizam sembari memakai pakaian hitam putih dan dimasukan seragam kerjanya ke dalam tas ransel agar bisa dipakai untuk kerja.

"Assalamu'alaikum!" pamit Nizam sambil mencubit gemas pipi chubby Zidan dan memandang mesra wajah Zeira.

"W*'alaikumsalam....." Cepat sekali Zeira meraih tangan Nizam lalu menciumnya. "Hati-hati Abang, wish you always good luck!"

Kata-kata Zeira menggelitik kuping Nizam, kata-kata inilah yang membuat Nizam menikahihnya persis setelah dia wisuda.

~Jatuh cintaku padamu bukan karena parasmu yang membuai hati, tapi perhatian dan ketulusanmu membuat jiwa serta naluriku menginginkanmu menjadi permaisuriku~

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • 7 Ramadhan Tanpamu   The Endings Won't End You

    "Kenapa harus pakai SAYANG?" Zeira menyeringai begitu saja tanpa mempedulikan perasaan Zehab. "Ya sudah, kemanapun itu, jika Kamu suka dan Aku bersamamu, Aku pun pasti suka!" Tambah Zeira santai dengan punggungnya disandarkan pada sandaran jok mobil. "I love you, Zeira. Kamu perlu tahu itu!" Ujar Zehab disertai tangan men-starter mobil, dengan kecepatan sedang mobil pun melaju menuju ke tempat Zehab rencanakan untuk memberikan kejutan pada Zeira. Tempat itu adalah sebuah fantasi pikiran Zeira yang sering dikatakan olehnya ketika mereka sedang bersama. Zehab yang sudah jatuh cinta pada Zeira mencari tempat yang sesuai dengan fantasinya itu. Kalau laki-laki telah bertekad membahagiakan wanita yang dicintainya pasti akan berusaha untuk bisa mewujudkan impiannya. Dan, Zehab adalah lelaki selalu bekerja keras untuk itu. Perjalanan yang ditempuh memang lumayan cukup lama, oleh karena itu rengekan manja Zeira yang bertanya lagi dan lagi, "Kapan sampai?" Membuat Zehab gemas dibuatnya. Di

  • 7 Ramadhan Tanpamu   Ingin Meminta Kepastian

    Kendati Rudi telah memahami ada dalang di belakang penembakan beberapa tahun silam. Akhirnya, kasus yang belum terungkap ini pun akan segera diketahui olehnya. "Ini orangnya! Dia dalang semuanya. Dia ingin Zeira meninggalkan dunia selama - lamanya, itu dilakukan demi keponakannya." Penuturan disertai memberikan beberapa bukti yang masih tersimpan rapi di dalam telepon genggamnya. "Munandar sekarang pindah ke Belanda, artinya kalian harus berhubungan dengan kepolisian di sana untuk menangkapnya!" Azyumardi turut berbicara dengan mata melirik ke arah ibunya. Aminah paham dengan lirikan itu, kalau dirinya memang sangat tidak percaya kalau besannya bisa berbuat sejahat itu. Rudi pun langsung memberikan laporan pada atasannya agar kasus penembakan pada Zeira, kendati yang kena adalah Afifah, ibu mertuanya. Suasana seketika menjadi riuh ketika Pemuda yang menjaga gerbang datang dengan tergesa-gesa. "Nyonya, Tuan, di luar ada Tuan besar bersama pengawalnya." Azyumardi langsung mendeka

  • 7 Ramadhan Tanpamu   Zidan, Cucu Nenek!

    Pembicaraan pun langsung dihentikan diiringi oleh dimatikan handphone secara spontan.Kemudian, Neni menatap wajah Ujang sangat tajam seakan merasakan bagaimana perasaan Nizam sebagai seorang ayah yang ingin bersama anak-anaknya. 'Masa iya aku harus ke Padang?' ucap Neni dalam hati.Melihat adiknya melamun, Rudi menepuk lembut pipinya. "Kenapa lagi?" tanyanya. Neni menoleh, lalu menarik napasnya sangat panjang kemudian dikeluarkan. "Aa temani Neni ke Padang untuk mengambil Queena besok pagi!" Pintanya tanpa berbasa-basi lagi. "Ayo, kita ajak Zidan sekalian." Lirih Rudi sembari meraih lengan Zidan yang sedang bermain-main di depannya. "Mau ketemu nenek sama kakek, nggak?" tanya Rudi dengan mata menatap wajah polos Zidan."Nggak!" ketus sekali Zidan menjawab, dan langsung disela oleh Neni, "Zidan, sayang...tidak boleh begitu." Zidan menjawab kembali, "Nenek, juga kakek 'kan maunya Zidan berpisah sama mama dulu. Terus hingga Zidan tinggal di hutan...." Rupanya peristiwa dulu masih tersim

  • 7 Ramadhan Tanpamu   I Hate Shit Words!

    Pertanyaan Zehab membuat Zeira mengerlingkan sudut matanya. "Hidup ini tak harus terlalu banyak pertimbangan...." "Lepaskan dan lupakan masa lalu yang menurut kita tidak harus ada!!" "Kita nikmati saat ini?" Tangan Zehab diulurkan tepat di depan Zeira, sesaat setelah dirinya berbicara. Zeira yang sedang menikmati hangatnya kopi jahe pun menatap lekat kedua bola mata indah dan mendamaikan di hadapannya. Cangkir kopi ditaruhnya pelan sedangkan pandangannya tetap terpaut pada wajah Zehab. "Aku ingin mencoba...." Jawaban datar namun penuh kepastian. Perlahan Zeira meraih uluran tangan Zehab dan langsung disambut olehnya mesra. Mereka berhadap-hadapan. "Buatlah dirimu senyaman mungkin, dan biarkan dirimu bebas. Aku milikmu...." Bisikan Zehab di kuping Zeira dengan tangan membuka perlahan hijab yang membalut kepalanya. "Kamu sangat cantik...." ucap Zehab begitu penutup kepala itu terlepas. Zeira tersenyum tipis dan lekat sekali menikmati wajah tampan Zehad. Seiring dengan itu hati kecil

  • 7 Ramadhan Tanpamu   Aku Ceraikan!!!

    Tiba-tiba saja para awak media mendatangi ke arah mobil dimana mereka bertiga berada. Seketika suasana sangat ramai dan membuat Azyumardi mengisyaratkan Dahlan untuk pergi. Melihat reaksi istrinya seperti itu kemarahan Syahrizal mencuat, dia sakit hati dan merasa kalau dirinya terdzolimi karena perselingkuhan tersebut.Di dalam keriuhan para awak media yang selalu aktif mencari-cari informasi orang-orang ternama dan menurutnya patut diupdate kehidupannya."Aku ceraikan!""Aku ceraikan!!""Aku ceraikan!!!"Suara menggema Syahrizal menghentikan aktivitas para awak media hingga mereka semua bergeming dan cekatan sekali merekamnya.Suara lantang Syahrizal pun kembali terdengar dengan menyebutkan kembali kata-kata yang sama diakhiri menyebutkan nama lengkap istrinya, Azyumardi binti Adityawarman. Sontak saja itu membuat Azyumardi termangu tanpa reaksi. Dia sadar pada tindakannya, dan, baru sekarang. Tubuhnya lemas tak berdaya seolah kekuatannya dicabut seketika karena apa yang ditakutkanny

  • 7 Ramadhan Tanpamu   Jangan Bermain-main Dengan Takdir!

    Melihat reaksi lelaki di atasnya seperti tidak berkutik Azyumardi langsung menjatuhkan tubuhnya ke bawah lantai dengan cepat namun pelan. Sekarang posisinya berganti hingga membuat Dahlan tersadar dari bergemingnya. Matanya berkedip lambat. Kemudian, menatap tegas ke wajah cantik Azyu. Bibirnya hendak berbicara akan tetapi handphone milik Syahrizal yang ditaruh di atas bufet berdering nyaring. Sontak saja membuat kedua manusia tengah melakukan senggama tersebut bergegas berdiri dan membetulkan pakaiannya masing-masing. TREK! Pintu ruangan ada yang membuka. "Ehem!" Deheman kepura-puraan dari Syahrizal sambil langsung masuk dan berbicara, "Sayang, Abang lupa handphone Abang...." Itu langsung dijawab Azyumardi agak salah tingkah, "Oh, ya ...tadi berdering!" Serta dengan gesit berjalan ke arah bufet dan tangan kirinya meraih handphone milik suaminya sementara tangan kanannya membetulkan rambutnya yang acak-acakan. "Terima kasih, Sayang...." ucap Syahrizal dengan lembutnya mengambil hand

  • 7 Ramadhan Tanpamu   Aku Telah Melahirkan Anakmu....

    "Iya...sudah setahun...." Jawab Nizam.Azyumardi semakin menyudutkan dirinya sebagai wanita yang penuh dosa. Benar adanya setelah menjauhkan dirinya dengan Dahlan, Azyu sangat berbeda dari biasanya. Dia sering marah-marah tak jelas pada Syahrizal dan suka menghindar jika diajak berhubungan intim. Bahkan sering tidur di rumah orang tuanya. Sangat diterima oleh dirinya kalau kehidupannya tidaklah sedang baik-baik saja kendati belum ada yang mengetahui jika dirinya tengah menyembunyikan dosa besar."Teta?" Nizam agak meninggikan suaranya karena dirinya tak mendengar suara Azyumardi. "Iya Nizam, Zeira memang pantas bahagia. Dia wanita baik-baik dan terhormat. Kamu kembalilah padanya, Bundo dan Ayah pun setuju." Penuturan Azyumardi yang sendu juga pelan membuat Nizam berdecih kasar. Lalu dia pun mengakhiri pembicaraannya begitu saja.Nizam bukan hanya ingin membawa Queena ke Belanda, dia pun akan mengajak Zidan. Kendati harus mengambil hati putranya itu terlebih dahulu. *** Dahlan sama se

  • 7 Ramadhan Tanpamu   I Love You....

    Rontaan kecil itu tak dihiraukan oleh Dahlan. Dia pun mengerti kalau itu hanya reaksi tak serius, karena diketahui jika benar-benar berontak Azyumardi akan berlari ke arah pintu apartemen atau teriak. "Kita nikmati saja malam ini, Aku yakin Kamu akan ketagihan." Bisikan pelan dari Dahlan itu seolah perwakilan isi hati dan keinginannya Azyumardi. Ya, persetan dengan statusnya sebagai istri orang penting di Indonesia. Jikalah tak terpenuhi hasrat tempat tidurnya. Malam ini, Azyumardi merelakan mahkotanya disentuh oleh Dahlan. Bukan hanya itu, dia pun menikmatinya dan memintanya berkali-kali tanpa ada rontaan ataupun berkeinginan untuk minta tolong apalagi kabur. "Kamu kesepian? Kamu tak mendapatkan ini semua dari suamimu?" Dahlan mempreteli kehidupan ranjang Azyumardi sembari mengelus rambut panjangnya. Azyumardi hanya menggelengkan kepalanya, lalu tertidur di atas dada Dahlan. Malam pun telah berganti pagi. Karenanya, Dahlan pun bergegas bangun dan menyiapkan sarapan yang sebelumnya

  • 7 Ramadhan Tanpamu   Setahun Yang Lalu

    Tidak begitu lama suara Azyumardi pun terdengar jelas di ujung sana. "Queena di sini... dan Teta pun sudah melahirkan seorang putra." -Setahun Yang Lalu- Aminah dan Adityawarman langsung datang ke Sukabumi begitu dikabarkan oleh Azyumardi bahwa Queena ada di sana. Juga, bermaksud akan mengajak Zeira juga Zidan untuk tinggal bersama mereka di Padang. Mereka telah membuka diri serta menerima Zeira. Sayangnya, setelah sampai di Sukabumi Zeira sudah tidak ada dan Zidan tidak ingin ikut dengan mereka seolah anak kecil ini telah merekam semua kejadian masa lampau. "Zidan tidak mau bersama Nenek dan Kakek!" Teriakannya itu membuat Adityawarman terdiam sejenak hingga dan mengingat bagaimana dirinya mengorbankan Zidan ccucunya demi harta. Air mata bapak tua ini mengalir tak terbendung lagi karena menyesal kesempatannya dulu sempat bersama Zidan disia-siakan begitu saja. Sementara Azyumardi tengah merangkai sebuah drama agar rahasianya tidak terbongkar. -Flashback on- Malam yang sepi di an

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status