Share

Hari Pernikahan

Penulis: Yoru Akira
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-20 20:16:58

Tubuh Reinhart membeku. Ucapan sang kepala pelayan membuatnya menyadari satu hal. Bahwa ia dikirim ke istana ini untuk menjadi istri sang kaisar.

Haha ... rasanya ia ingin tertawa sekaligus kabur di saat yang bersamaan. Bagaimana bisa ia berada di tempat ini dan harus menjadi istri kaisar?

Dewa, penyihir, sang pengendali waktu, atau apa pun itu, pasti melakukan kesalahan. Bisa-bisanya Ia menjebak manusia yang tak tahu apa-apa seperti Kim Nara ke dalam perempuan bernama Reinhart.

'Untuk menjadi istri sang Kaisar?' ulangnya tak percaya dalam hati.

Sungguh, ini benar-benar situasi yang tak bisa ia pahami. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Jelas, ia tak bisa kabur begitu saja dari istana ini.

"Nona, air hangat sudah siap. Anda mau mandi sekarang?" pertanyaan kepala pelayan itu membuat Kim Nara tertegun.

Tak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya sebagai Reinhart.

Kalau saja pertanyaan itu diajukan sebagai Kim Nara, tentu ia ingin pergi dari dunia ini dan kembali untuk membalas dendam kepada manusia-manusia hina yang sudah membunuhnya.

Cih, mengingat hal itu, tangan Kim Nara mengepal. Ia kembali diliputi perasaan kesal sekaligus dendam.

"Nona Reinhart?" Suara Nyonya Clottie terdengar lagi.

Membuyarkan lamunan Kim Nara yang kini harus membiasakan diri sebagai Reinhart.

Perempuan itu menghela napas panjang. Tiba-tiba menjadi istri sang kaisar tentu bukanlah hal mudah. Apalagi, ia sama sekali tak tahu tentang keberadaan dunia ini. Namun, jika ini memang tugas yang harus diselesaikan agar bisa kembali ke dunianya dan membalas perbuatan para bedebah yang telah membunuhnya, tentu tak ada hal lain yang bisa ia lakukan. Kecuali menyelesaikan tugas ini sampai akhir.

"Saya akan segera membantu Anda bersiap."

"Baik, Nyonya Clottie. Aku serahkan semuanya padamu," ucap Reinhart dengan berat hati.

Dengan sigap, Nyonya Clottie membantu Reinhart untuk bersiap. Wanita yang menginjak usia lima puluh tahun itu, menyiapkan air hangat dibantu para pelayan istana.

Nyonya Clottie juga yang menyiapkan gaun yang akan dikenakan Reinhart hari ini di upacara pernikahannya dengan sang kaisar.

Meski merasa tak nyaman, tak ada yang bisa dilakukan Kim Nara selain menerima perlakuan Nyonya Clottie. Lagipula ia adalah Reinhart sekarang. Lebih dari itu, apa yang bisa dilakukan di dunia antah berantah yang bahkan tak ia kenal batas wilayahnya ini?

Mungkin menerima takdirnya sebagai istri sang kaisar akan lebih baik ketimbang tersesat di hutan belantara yang tak pernah ia tahu di mana ujungnya. Sungguh, itu terdengar lebih baik ketimbang ia mati diterkam oleh hewan buas atau makhluk mengeringkan lainnya.

Siapa yang tahu hewan buas atau makhluk mengerikan apa yang berkeliaran di luar istana megah ini? Ia bahkan tidak tahu apakah di dunia ini ada makhluk magis atau semacamnya atau tidak.

Lagipula, Kaisar Caspian terlihat cukup baik. Hanya wajahnya saja yang tampak dingin dan kejam. Sekalipun ia tak bisa memungkiri bahwa raut muka pria itu sangat tampan seandainya sedikit senyum membingkai wajahnya. Ekspresi muka yang datar itu membuat sang kaisar terlihat tak berperasaan.

Meski begitu, sang kaisar terlihat sedikit lebih baik dibandingkan ksatria yang berada di sampingnya.

Sungguh Reinhart seakan perlu mewaspadai ksatria dengan bekas luka di wajahnya itu. Dari wajah dan sikapnya saja sudah terlihat begitu menyeramkan. Reinhart bergidik ngeri.

Itulah yang dipikirkan Reinhart sekarang. Toh, jika sang kaisar memang kejam, mana mungkin pria itu memberikan kamar dan pakaian yang hangat untuknya setelah keluar dari ruangan gelap tadi malam?

Ah, meski keberadaannya dalam ruangan tersebut masih meninggalkan tanda tanya. Memang wajar calon istri sang kaisar diperlakukan seperti budak?

'Itu tak penting sekarang!' tegas suara dalam benaknya.

Setidaknya yang ia terima lebih baik bagi dirinya sekarang. Kamar dan pakaian yang hangat yang ia kenakan sudah lebih dari cukup untuk bertahan hidup di dunia yang sama sekali tak ia kenal.

Hal yang paling penting, ia memiliki cukup waktu untuk mencari cara agar bisa kembali ke dunianya sendiri tanpa kurang suatu apa pun dan secepat yang ia bisa.

Untuk itu, ia harus mendapatkan tempat berteduh sebelum dirinya benar-benar bisa kembali dari dunia ini.

Meski begitu, ada hal yang mengganggu pikiran Reinhart. Terutama tentang ingatan yang muncul tiba-tiba dari pemilik tubuh sebelumnya.

'Apakah rumor itu benar?' pikirnya dalam hati. Namun, ia segera mengesampingkan pikiran tersebut mengingat hari ini merupakan hari pernikahannya dengan sang kaisar.

Salah satu tugas yang diberikan agar ia bisa kembali ke dunia asalnya. Tak peduli rumor itu benar atau tidak, yang penting ini merupakan tugas yang harus diselesaikan.

'Ya, benar. Itu semua hanya rumor. Rumor bisa saja salah. Kalaupun benar, aku harus mencari cara agar tetap selamat sebelum 99 hari ke depan.' Reinhart berbisik dalam hati. Memantapkan diri.

Perempuan itu bahkan terlalu fokus hingga tak menyadari bahwa Nyonya Clottie sedang memperhatikannya yang sedang melamun.

"Ada hal yang mengganggu Anda, Nona?" tanya Nyonya Clottie membuyarkan lamunan Reinhart.

"Ah ...." Perempuan itu menoleh. Ia mendapati wajah Nyonya Clottie tampak cemas.

"Tidak, Nyonya Clottie."

Wanita paruh baya itu terlihat ragu-ragu sebelum melanjutkan kalimatnya.

"A-apa Anda ... mendengar sesuatu saat selama perjalanan menuju Demir?" tanya Nyonya Clottie.

Sepasang alis Reinhart berkerut. Merasa aneh dengan pertanyaan yang diajukan oleh wanita itu.

"Memang hal apa yang seharusnya kudengar, Nyonya Clottie?"

Wanita itu menggelengkan kepala. Wajahnya tampak bersalah dan seakan tak ingin melanjutkan pembicaraan mereka.

"Tidak, Nona. Kita harus menuju kuil sekarang. Pendeta Agung sudah menunggu untuk menikahkan Anda dengan Kaisar Caspian."

Ucapan Nyonya Clottie membuat jantung Reinhart berdebar semakin kencang. Separuh tubuhnya gemetar ketika wanita paruh baya itu menggandeng tangannya keluar dari kamar.

Sepanjang selasar yang membawa keduanya menuju Kuil Pendeta Agung, para pelayan yang kebetulan bersimpangan dengan mereka menunjukkan raut muka datar. Hampir tanpa ekspresi.

Meski begitu, Reinhart masih bisa mendengar beberapa di antaranya berbincang dengan suara pelan.

"Apa mungkin kejadian yang sama bakal terulang?"

"Sstt ... jangan bicarakan itu lagi. Ingat pesan, Nyonya Clottie."

"Tapi, kalau sampai kejadian itu terulang, Nona Blanchett benar-benar sial."

"Sstt ... sudah kubilang, jangan sebutkan hal itu sekarang! Kau mau kehilangan lidahmu?"

"Aku ... hanya kasihan pada Nona muda itu. Dia seperti seekor burung yang baru saja dilepaskan ke alam liar. Tubuhnya terlalu lemah dan ringkih."

"Ck, kau benar-benar. Hentikan sekarang juga sebelum kau benar-benar kehilangan lidahmu!"

Mendengar percakapan kedua pelayan itu, terbersit pertanyaan dalam benak Reinhart. Ia hendak bertanya kepada sang kepala pelayan, sebelum wanita paruh baya itu lebih dulu menyampaikan apa yang dipikirkan.

"Anda tak perlu khawatir, Nona Blanchett. Mereka hanya pelayan yang suka bergosip. Ke depan, saya akan pastikan tak akan ada hal seperti ini lagi."

"Ah ... baik, Nyonya Clottie."

Nyonya Clottie menepuk punggung tangan Reinhart. Sekarang mereka sudah berdiri di depan pintu Kuil Pendeta Agung.

Dua orang ksatria menjaga pintu berdampingan di samping kiri dan kanan. Salah satunya berseru sebelum membuka pintu besar dan tinggi di belakang mereka.

"Nona Reinhart Bellatrix Blanchett, telah tiba."

Sebelum pintu benar-benar terbuka, Nyonya Clottie berbisik kepada Reinhart yang terlihat semakin tegang.

"Jangan khawatir, Nona. Ini hari pernikahan Anda. Anda harus menunjukkan senyuman terbaik kepada semua orang!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ayu Nur Khafizah
Masih mengikuti alur ceritanya semoga makin menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • 99 Hari Bersama Kaisar Tiran   Apa, Kita Pernah Bertemu? [Epilog]

    Sepasang mata perempuan itu terasa berat. Perlu tenaga ekstra untuk membuatnya terbuka. Butuh waktu pula untuk membuatnya terbiasa dengan cahaya yang tiba-tiba masuk ke dalam retina matanya. Suara alat-alat yang berdengung serta menempel di tubuhnya, menjadi pemandangan pertama yang tertangkap indra pendengarannya. Gerak tangannya yang lemah tapi intens, cukup menyita perhatian seorang perempuan muda serta pemuda yang terlihat dua atau tiga tahun lebih tua, yang duduk di samping kanan serta kiri tempat tidur pasien. "Nuna!" seru pemuda itu pertama kali saat menyadari gerakan si perempuan. "Eonni! Kamu sudah sadar?" Si perempuan muda ikut berseru. Lantas berlari keluar kamar untuk memanggil dokter. Perempuan itu tak lagi peduli ketika kakak laki-lakinya berusaha menghentikannya. Tak lama kemudian, seorang dokter bersama dua orang perawat kembali masuk ke dalam ruangan dan memeriksa kondisi sang pasien. "Selamat siang, Nona. Apa Anda bisa mendengar suara saya?" tanya dokter itu s

  • 99 Hari Bersama Kaisar Tiran   Perpisahan

    Tujuh tahun kemudian... "Hidup Yang Mulia Kaisar William! Hidup Matahari Agung Kekaisaran Demir!""Hidup, Yang Mulia!""Hidup, Yang Mulia Kaisar!"Sorakan orang-orang terdengar menggema di seluruh Alun-alun Ibukota Demir setelah Pendeta Agung mengucapkan sumpah janji kekaisaran diikuti oleh sang putra mahkota yang kini telah resmi dilantik menjadi kaisar menggantikan ayahnya. Seluruh rakyat Kekaisaran Demir bersuka cita. Mereka memenuhi alun-alun ibukota tanpa peduli golongan dan kasta. Semua membaur tanpa ada sekat untuk merayakan pelantikan sang kaisar. Sementara, pemuda yang baru berusia lima belas tahun itu, tampak tersenyum lepas ketika menyambut sorakan meriah seluruh rakyatnya. Ia sama sekali berbeda dengan sang ayah yang sejak muda sudah menunjukkan sifat arogansinya. Pemuda yang kini mengenakan pakaian kebesaran Kekaisaran Demir itu, terlihat lebih hangat dan disukai oleh semua orang. "Hidup Yang Mulia Kaisar William!" seruan rakyat Demir masih terus berkumandang hingga

  • 99 Hari Bersama Kaisar Tiran   Kebebasan Sang Pengendali Waktu

    Dari semua peristiwa yang terjadi sampai saat ini, tak ada hal yang lebih mengecewakan kecuali pengkhianatan yang dilakukan oleh Putra Duke Aidin. Tuan Muda Alfonso. Sejak kedatangannya ke dunia ini, Reinhart mendengar kabar bahwa putra sang duke berada jauh di luar negeri untuk mengenyam pendidikan. Keluarga itu pun, dikabarkan tak pernah mau terlibat dalam urusan politik keluarga kaisar.Tak ada niat bagi garis keturunan Duke Aidin untuk merebut takhta dari kaisar terdahulu ataupun sekarang. Namun, kemunculan para ksatria dengan lambang harimau putih yang berkeliaran di depan kamar Reinhart pada malam itu, membuatnya terus berpikir sepanjang waktu. Terlebih ketika mengetahui fakta bahwa simbol tersebut adalah milik keluarga Duke Aidin. Sikap Madame Marianna yang begitu baik padanya, juga sikap hangat sang tuan duke, membuat Reinhart hampir terlena. Namun, ia tak bisa menutup mata saat mengetahui kebenaran tersebut. Ia mencari bukti dan dapat menemukannya berkat bantuan Iselt. B

  • 99 Hari Bersama Kaisar Tiran   Sorot Kecewa

    "Marquis Michael, Anda ditangkap karena dianggap telah membelot, mengkhianati kekaisaran, dan merencanakan kudeta pada, Kaisar Caspian!"Dengan ini pula, status kebangsawanan Anda dicopot dan semua harta benda Anda menjadi rampasan!" seru ksatria Kekaisaran Demir saat hendak membekuk Marquis Michael yang mencoba melarikan diri. Pria itu ditangkap saat bersiap kabur ketika ksatria istana Kekaisaran Demir mencapai gerbang kastilnya. Ia sempat berontak dan mencoba melawan. Termasuk berteriak jika penangkapan terhadap dirinya hanyalah salah sasaran. "Kalian tidak bisa menangkapku!" teriak Marquis Michael tidak terima ketika dilumpuhkan. "Apa buktinya jika aku telah melakukan kesalahan?!" seru pria itu tak juga menyadari kesalahannya. "Menghasut Kaisar, bersekongkol dengan Lady Rosemary, merencanakan kudeta, menjebak Permaisuri Ariadne hingga berusaha mencelakai Tuan Putri Reinhart! Itu semua daftar kesalahan yang sudah Anda lakukan, Marquis!""Itu bukan bukti bahwa aku sudah melakukan

  • 99 Hari Bersama Kaisar Tiran   Tangkap Para Pengkhianat!

    Reinhart tampak puas dengan hasil akhir dari peristiwa yang menimpa dirinya akhir-akhir ini. Ia lolos dari hukuman gantung yang sebelumnya diserukan oleh sang kaisar di depan seluruh rakyat Demir. Ia benar-benar merasa lega, saat melihat reaksi sang kaisar ketika Iselt selesai membacakan permintaan terakhir yang sebenarnya wasiat dari permaisuri sebelumnya. Bagaimanapun ia tak memiliki kepercayaan diri penuh ketika mengatakan pada sang kaisar, terkait pesan terakhir yang ingin disampaikan. Perbuatannya terbilang nekat, meski berakhir sesuai harapan. "Terima kasih, Rein," ucap sang kaisar malam itu. Wajah pria itu tak juga membaik meski telah bertemu dengan buah hatinya. Garis penyesalan masih tergurat jelas di wajahnya. "Sebaiknya Anda tak perlu melakukan itu, Yang Mulia. Justru saya yang harusnya mengatakan terima kasih, karena sudah memercayai saya.""Seharusnya aku memang percaya padamu sejak awal," ucap Caspian terdengar sangat menyesal. Ia bahkan tak sanggup mendekati Reinha

  • 99 Hari Bersama Kaisar Tiran   Yang Bertemu Kembali

    "Ya, Yang Mulia. Pelayan Permaisuri Ariadne yang berhasil lolos pada hari penghukuman itu, berhasil melarikan diri bersama putra Anda dan buku catatan di tangan Iselt. "Perlu Anda ketahui Yang Mulia, ibu Iselt lah pelayan Permaisuri Ariadne yang setia itu."Wajah Caspian tampak semakin hancur begitu mendengar ucapan Reinhart. Ia menatap sang perempuan dengan sorot penuh luka. "Berapa lama kamu mengetahui hal ini, Rein?" tanya pria itu dengan getar suara semakin hebat. Ia tak peduli lagi dengan harga dirinya sebagai kaisar sebuah kekaisaran yang besar nan agung. Caspian bahkan mendorong Rosemary menjauh ketika perempuan itu hendak membangunkannya dari posisinya saat ini. "Dua hari lalu. Selama ini, catatan Permaisuri Ariadne dilindungi sihir yang cukup kuat. Saya tidak bisa membacanya sampai bagian terakhir. "Lalu, Tuan Julius Randle menunjukkan salah satu sihir hitam yang bisa digunakan untuk menghancurkan sihir yang paling kuno sekalipun. "Sihir hitam yang sesungguhnya bukan be

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status