Share

Chapter 3

"Mereka benar-benar licik. Demi melunasi hutangnya dengan tega menukar seorang gadis polos agar hutang mereka lunas," ujar Pria itu, "Sungguh malang sekali nasibmu gadis polos. Kau harus tersiksa olehku,".

Pria berjubah hitam itu tersenyum menyeringai.

"Aku harus kembali ke Mansion jika tidak ayah akan selalu menerorku untuk cepat-cepat membunuh musuhnya. Aku tidak menyukai hal-hal yang terlalu cepat," ujar Pria itu.

Tak lama kemudian ia masuk ke dalam mobil lalu pergi.

***

~ Mansion ~

Pria itu berjalan dengan angkuhnya menuju lift, ia mengabaikan ucapan selamat sore dari para pelayannya.

Sebelum masuk ke dalam lift pria itu berbalik menatap para pelayan.

"Siapkan satu kamar yang ada di ruang bawah tanah, akan ada penghuni baru di Mansion ini," ujar Pria itu.

"Baik Tuan,".

Para pelayan itu menunduk lalu pria itu pun masuk ke dalam lift.

"Segera siapkan kamarnya atau dia akan marah besar nantinya. Kalian tahu bukan saat dia marah seperti apa," ujar Kepala pelayan, "Kalian bisa mati ditangannya,".

Para pelayan pun pergi.

***

Di sisi lain...

Allena telah sampai di Villa satu-satunya peninggalan kedua orang tuanya.

Tanpa Allena sadari, mata-mata pria berjubah hitam itu sedang mengintainya.

***

"Ketua. Kapan kita akan menculik gadis itu dan membawanya kepada Tuan Avardo?".

"Kita culik gadis itu saat malam,".

"Baiklah ketua,".

***

Allena pun masuk ke dalam Villa, dia meletakan tas miliknya di sofa.

"Hari ini penuh dengan ujian. Tapi Allena, kau tidak boleh menyerah," ujar Allena. Ia tersenyum dan mencoba menguatkan dirinya.

Allena menatap jam dinding dihadapannya dan tersenyum.

"Sudah sore, alangkah baiknya aku cepat mandi," ujar Allena.

Allena pun pergi.

***

Tak terasa, malam telah tiba. Allena sedang membuat bubur instan untuk makan malamnya.

"Buburnya sudah siap untuk dinikmati," ujar Allena.

Allena pun menikmati buburnya dengan sangat bahagia, tanpa ia sadari bahwa malam ini adalah malam terakhir berada di Villa milik kedua orang tuanya.

Tak terasa, malam semakin larut. Allena juga sudah selesai makan malam.

"Sebaiknya aku segera tidur karena sudah malam," ujar Allena.

Allena pun pergi ke kamarnya, dan tak lupa ia mematikan lampunya.

***

"Lampu sudah dimatikan. Ketua,".

"Baik. Kita lakukan sekarang!".

Mereka pun memakai topeng penutup wajah.

***

"Kalian cari kamar gadis itu. Aku akan memantau situasi disekitar,".

"Baik ketua,".

Mereka pun pergi dan hanya tersisa ketua dari mata-mata itu.

***

Pria yang merupakan kedua dari mata-mata itu menelpon tuannya.

~ Via Call ~

"Halo Tuan," ujar Pria itu.

"Apa kau dan anak buahmu sudah menjalankan tugas dariku?" tanya Pria berjubah hitam.

"Sudah Tuan. Kami akan membawa gadis itu kepada anda," balas Pria itu.

"Bawa gadis itu ke Mansionku. Ingat, aku tidak suka jika kalian gagal," ujar Pria berjubah hitam.

"Percayalah Tuan. Kami tidak akan gagal," ujar Pria itu.

"Baiklah. Aku memberi kalian kepercayaan besar dan jangan mengecewakan," ujar Pria berjubah hitam.

"Baik Tuan," ujar Pria itu.

Tut...

~ Via Call Off ~

***

Pria itu pun memasukkan ponselnya ke dalam saku kemejanya. 

Jack Alergon, ia adalah mata-mata terbaik dan terkenal dengan kecepatan dan kecerdikkannya dalam menculik orang.

Jack adalah pria yang dingin dan tidak tersentuh, ia akan menyiksa tawanannya jika melawan.

Jack adalah pria yang penuh mister dan usianya masih 21 tahun.

***

Tak lama kemudian anak buah Jack datang dengan membawa Allena yang sudah pingsan karena obat tidur.

"Ketua. Saya sudah berhasil membawa gadis ini,".

"Kerja bagus, masukkan gadis itu ke mobil. Kita akan menuju Mansionnya," ujar Jack.

"Baiklah. Ketua,".

Mereka pun pergi.

***

Di tempat lain...

~ Mansion ~

Pria berjubah hitam itu tampak sangat senang menerima kabar dari mata-matanya, bahwa mereka telah berhasil menculik gadis penebus hutang itu.

"Kerja bagus. Jack," ujar Pria berjubah hitam itu.

Pria berjubah hitam itu tersenyum menyeringai, lalu pergi untuk menyambut gadis polos itu dan tidak lupa ia membawa amplop hitam berisi uang senilai 1 M.

***

Pria berjubah hitam itu dengan santai berdiri didekat kolam sambil menunggu kedatangan Allena.

"Aku akan menikahi dia dan setelah itu menyiksanya," ujar Pria berjubah hitam.

Tak lama kemudian datanglah mobil milik Jack.

"Akhirnya mereka sampai juga," ujar Pria itu.

Mobil milik Jack pun berhenti dihadapannya lalu tak lama kemudian pemilik mobil itu turun.

"Selamat malam. Tuan," ujar Jack.

"Malam juga, Jack. Aku senang kau berhasil," ujar Pria berjubah hitam.

Jack hanya tersenyum tipis.

Pria berjubah hitam itu mengambil amplop coklat dan memberikannya pada Jack.

"Bonus untukmu. Jack," ujar Pria berjubah hitam itu.

"Terimakasih. Tuan," ujar Jack.

Pria berjubah hitam itu membuka pintu mobil Jack dan membawa Allena masuk ke dalam Mansion.

Setelah pria berjubah hitam itu pergi, Jack membuka amplop itu. Ia terkejut bahwa di dalamnya berisi uang senilai

1 M.

"Luar biasa. Menculik satu gadis saja aku sudah diberi bonus sebanyak ini," ujar Jack dengan senyum tipis.

Jack mendekati anak buahnya.

"Ayo pergi," ujar Jack.

Jack pun masuk ke dalam mobilnya lalu mereka pun pergi.

***

~ Ruang Misterius ~

Pria berjubah hitam itu menelusuri lorong-lorong ruangan misterius itu hingga sampailah ia di kamar tujuannya.

***

Pria berjubah hitam itu membuka pintu kamar dan masuk ke dalam.

~ Kamar ~

Pria berjubah hitam itu membaringkan tubuh Allena di tempat tidur dengan kasar.

"Hidupmu pasti akan tersiksa gadis malang," ujar Pria berjubah hitam.

Pria berjubah hitam mengikat kedua kaki dan tangan gadis itu dengan besi.

"Aku ingin melihat, apakah kamu bisa bertahan di dalam sini tanpa makan dan minum," ujar Pria berjubah hitam.

Pria berjubah hitam itu tersenyum menyeringai dan menghidupkan pendingin ruangan.

"Sebaiknya aku pergi," ujar Pria berjubah hitam itu.

Pria berjubah hitam itu pergi dan tidak lupa ia mengunci pintu kamarnya.

***

Di sisi lain...

~ Cafe Green ~

Melani, Alex, dan Celine sedang bersenang-senang.

"Mel," ujar Celine.

"Ya Cel," sahut Melani.

"Aku sangat bahagia," ujar Celine.

"Aku juga sangat bahagia," ujar Melani.

"Akhirnya hutang kita lunas," ujar Celine.

"Kau benar Cel. Pasti hidup Allena akan hancur ditangan pria itu," ujar Melani.

"Aku bahagia sayangku Mel," ujar Alex.

"Ah Alex. Kau sangat manis," ujar Melani.

Melani mendekati Alex dan menciumnya dengan lembut.

"Ah kalian membuatku iri," ujar Celine.

"Makanya cari cowok. Jangan jomblo mulu," ujar Alex.

Melani tertawa terbahak-bahak mendengarkan perkataan kekasihnya.

"Kalian menyebalkan," ujar Celine.

Celine mendengus kesal karena ulah Alex.

Tak lama kemudian Alya bersama sahabatnya datang.

"Aku tidak menyangka bahwa kalian akan melakukan hal serendah itu pada Allena," ujar Alya.

"Tidak perlu ikut campur dengan urusan kami. Lebih baik kau pergi Alya," ujar Alex.

"Aku tidak akan pergi sebelum kalian memberitahuku keberadaan Allena," ujar Alya.

"Kau benar-benar keras kepala ya," ujar Alex.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status