Share

Part 1: Pangeran Suku Harmoni.

"Aku tidak mau menikah," sahut Higiri kepada ibunya, sang ratu suku Harmoni. 

Sang ratu hanya tertawa, "Usiamu sudah dua puluh tahun, perlukah ibumu ini mencarikan seorang putri dari suku lain? Dunia Musik ini penuh gadis cantik, dari seluruh sukunya. Tentu saja kamu belum bertemu mereka semua!" 

"Tidak, aku tidak mau. Aku sudah mempunyai seorang wanita yang sudah sangat lama bersemayam dan menetap di hatiku, dan aku tidak mau menikah kecuali dengan dirinya." 

"Siapa? Kau tidak pernah membawakan satupun gadis kepada kami. Tidak pernah satupun! Mungkin hanya alasanmu agar menunda pernikahan? Kamu harus tahu, sebagai pangeran, kamu harus menikah dan meneruskan aliansi antar suku. Tentu tidak bisa sembarang gadis kau pilih. Dia haruslah seorang putri dari salah satu suku yang ada di Dunia Musik ini. Ibumu ini, akan membicarakan jadwal pertemuan dengan para putri di seluruh dunia musik ini, jadi sebaiknya jangan kau ada pikiran menunda pernikahan lagi!" 

Higiri hanya membalas lemas perkataan ibunya. Ia lalu melirik pengawal pribadinya, Ardee, sambil mengeluh, "Jika ibu tahu seseorang yang sangat aku cinta, ada di luar dunia musik ini, apakah dia akan marah? Apakah ayah juga akan marah? Aku menunggunya sudah sangat lama, aku juga tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak, huft, berat sekali rasanya menjadi seorang pangeran!"

"Tuan muda, memangnya kau masih memikirkan perempuan sepuluh tahun lalu itu? Namun itu sudah sangat jauh, sepuluh tahun, tentu sudah terlalu lama, mungkin dia sudah melupakan Anda. Sebaiknya coba Anda pikirkan lagi, Tuan Muda, wanita mana yang tahan menunggu sampai sepuluh, ya, sepuluh tahun lamanya, Tuan," balas Ardee.

Higiri terdiam, hanya bisa termenung sambil melirik tirai jendela istananya. 

Higiri, adalah pangeran dari suku Harmoni. Usianya dua puluh tahun, mempunyai bola mata berwarna merah darah, dengan rambut hitam-kemerah-merahan. Sangat tampan dan gentle, begitulah kepribadiannya. Dia tidak pernah membuat masalah karena sadar diri bahwa ia adalah seorang pangeran. Ayahnya adalah Raja Akira, sudah bertahta di kerajaan suku Harmoni selama lebih dari enam puluh tahun. Ibunya adalah Ratu Kiara, seorang putri dari suku Piano dulunya, sebelum menikah dengan ayahnya. Ayah dan ibunya menikah di usia muda, ketika mereka berusia lima belas tahun. Mereka menantikan seorang putra penerus kerajaan suku Harmoni selama hampir dua puluh tahun lamanya, dan barulah lahir seorang pangeran, ya, seorang anak tunggal.

Dan sekarang, Higiri sendiri belum menikah sama sekali, terus mencari alasan untuk menghindari pernikahan. Jauh di dalam hatinya, ada seorang perempuan yang tinggal di dunia manusia yang ia temui sekitar sepuluh tahun lalu, tentu saja Higiri masih mengingat namanya, namun entah apakah gadis kecil tersebut masih ingat kepadanya atau tidak. Higiri hanya mengingat, dan membayangkan fisik gadis kecil itu. 

"Tuan muda, tuan, halo? Tuan?" Ardee berusaha menyadarkan sang pangeran yang nampaknya bengong sedari tadi. 

"Oh ya, ada apa?" balas Higiri yang baru sadar setelah berkali-kali Ardee berusaha memanggilnya. 

"Sudah saatnya makan siang bersama Yang Mulia Raja dan Ratu, ada baiknya kita segera menuju ke ruang makan" balas Ardee. 

"Oh, tentu," balas Higiri sambil merapikan bajunya, serta rambutnya. 

Sesampainya di ruang makan, Yang Mulia Raja menyambut anaknya sambil tersenyum, namun senyum yang penuh maksud tersembunyi. 

"Anakku, Higiri! Aku sudah mendengar dari ibumu bahwa sudah waktunya kau berhenti memikirkan cara untuk mengundur pernikahanmu. Lihatlah usia orang tuamu yang sudah sangat tua ini, kau mau kami berapa lama lagi menahan untuk menunggu seorang menantu dan seorang cucu yang tampan? Aku sudah memerintahkan para prajurit pengantar surat, untuk mengirimkan undangan kepada seluruh gadis perawan, terutama seluruh putri-putri yang berada di Dunia Musik ini, dari suku manapun! Bahkan kau harusnya tahu, bahwa suku asal ibumu, banyak sekali wanita cantik disana!" 

Sekali lagi, Higiri nampaknya kesal mendengar celotehan ayahnya, namun kali ini dia berusaha menahannya dan hanya tersenyum kecil. Ia duduk di kursi makannya yang mewah dan berkelap-kelip, sambil mendesah sedikit, lalu menjawab ayahnya, "Aku tidak ingin menikah. Apakah dia seorang gadis atau seorang putri sekalipun, manapun yang ayah dan ibu kenalkan padaku, silakan. Namun tidak akan ada yang aku jadikan istri. Aku hanya akan menganggap mereka tamu saja," balas Higiri. 

Makanan mulai dihidangkan satu persatu oleh para pelayan, namun, sang Raja nampak tidak senang. Ia melihat Higiri yang dengan santai mulai merogoh beberapa makanan yang sudah tersedia di depan matanya. 

"Apakah ada seseorang di luar?" sahut sang Raja. 

"Tentu, ada, Yang Mulia Raja,” jawab Ardee yang sedang menjaga di luar pintu ruang makan, ia lalu bergegas menuju ke dalam ruang makan dan berlutut di hadapan sang raja. 

"Berbicaralah pada kami, raja dan ratumu. Siapa gadis itu? Bukankah selama ini Higiri dan kau selalu berdua? Pasti ada yang ia bicarakan dan tidak ingin kamu ketahui, namun karena ini masalah krusial, aku ingin kau segera menjawab, siapa gadis yang ada di dalam pikiran dan hati anakku ini sampai-sampai ia menolak tawaran seluruh putri perawan dari semua suku yang ada di Dunia Musik ini?” tanya sang raja sambal memasang wajah serius. 

Namun, Ketika Ardee hendak menjawab, Higiri justru membalas ayahnya, "Aku tidak yakin dia akan mengingatku, ayah. Tidak perlu memaksa Ardee menjawabnya karena ia sendiri tidak tahu siapa gadis itu. Sudah sangat lama sekali, aku pun tidak tahu apakah ia masih mengingatku atau tidak”

Mendengar ini, sang Raja mulai emosi dan memukul meja makannya. Namun Higiri justru dengan santai memulai santapnya, sementara ibunya mulai gelisah. 

"Gadis itu saja tidak bisa kau jelaskan dengan mulutmu sendiri. Apa itu hanya khayalanmu saja? Kau seorang pangeran dan pasti kau tahu suatu saat harus menggantikan aku sebagai Raja suku Harmoni. Jika memang itu khayalan, buang saja! Ingat, pernikahan adalah aliansi antar suku dan jangan lupa itu! Tidak ada yang boleh kau nikahi, selain para gadis bangsawan atau kedudukannya setara dengan putri kerajaan!" 

Raja yang marah lalu memutuskan tidak ikut makan bersama, kemudian berdiri dan berbalik menuju ruang kerjanya bersama pengawal pribadinya. 

Sang Ratu semakin gelisah, mulai menggigit bibirnya dan kali ini, ia menegur Higiri, "Jelaskan sendiri kepada ayahmu, ibu tidak bisa melindungimu lagi, kau sudah dewasa. 3 hari lagi para putri kerajaan dan gadis-gadis bangsawan akan memasuki istana ini, sebaiknya kau bersiap. Jangan membuat ayah dan ibumu kecewa, kami sudah lama menantikan dirimu, jangan membuat kami menunggu lebih lama untuk melihatmu menikah dan memberikan seorang penerus," lalu sang Ratu sendiri juga meninggalkan meja makan, mengikuti jejak sang raja. 

Sejenak, Higiri mendesah lagi, dan melanjutkan santapannya dengan santai. Ardee sangat gelisah, "Tuan Muda, apa yang akan Anda lakukan?"

Higiri lalu menghentikan kegiatan makannya, lalu mendesah lagi sambil berkata, “Aku sepertinya harus ke Dunia Manusia, aku harus kembali, sepertinya."

M.D.Samantha

revisi pertama, harap di acc. ada penambahan dan perubahan alur cerita sedikit, serta koreksi penulisan.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status