Apa mau kamu?" tanyanya dengan tatapan tajam.
"Empat puluh persen gajimu adalah milik anak-anak. Semua aset yang kita miliki sekarang juga atas nama anak-anak. Kamu juga wajib memberiku nafkah selama masa iddah dari setengah gaji kamu dan kamu juga harus membayar denda sebuah sepeda motor baru untuk aku pakai antar jemput anak-anak ke sekolah," jawabku tidak kalah tajam menatapnya manik cokelat nya.
"Gila kamu, uang dari mana aku beli motor? udah aja rampok sekalian," ucap lelaki itu terlihat geram.
Sudah sepantasnya aku mendapatkan kendaraan sebagai pengganti dari mobil yang kami pakai selama ini. Dulu, kami lah yang berada di mobil itu. Mas Fadil mengantar segala keperluan kami. Akan tetapi, sekarang wanita iblis itu yang berada di dalam mobil, menyingkirkan kami dan menggantinya dengan angkutan umum.
"Siapa yang merampok? Perempuan iblis itu yang ngambil hak anak-anak. Menghancurkan masa depan mereka!" hardikku denga
Hari itu Mas Fadil kembali bersikap baik kepadaku. Ia mulai menyadari sifat asli Melati. Namun, lelaki itu masih terlihat mencintai dan mengharapkan Melati."Tolong tandatangani ini!" pintanya seraya menyodorkan sebuah berkas pengambilan unit perumahan."Buat apa?" tanyaku penasaran."Buat Melati, Kasihan dia belum punya tempat tinggal," sahutnya dengan tersenyum kecut.Aku memandang nanar berkas yang ada di hadapan. Setelab pinjaman ke Bank gagal, Sekarang mengajukan pengambilan rumah KPR. Betapa berniatnya suamiku untuk memenangkan hati Melati, miris.Ajukan saja semuanya, Aku yakin Allah tidak akan meridhai. Tidak sadarkah Mas Fadil bahwa rezeki yang ia dapat saat ini adalah rezeki anak dan istri sahnya. Bukan milik sang pelakor."Buatkan juga surat keterangan belum punya rumah dari Desa. Aku butuh sekarang," ucapnya tanpa sungkan.Aku menatap pria yang masih menjadi suamiku itu lekat. Berd
Sudah seminggu ini Mas Fadil pulang ke rumah. Sepertinya, hubungan dengan Melati semakin merenggang. Namun, lelaki itu masih tetap berusaha untuk menenangkan hati melati. Buktinya, ia masih suka memata-matai media sosial dan kerap membahas namanya.Malam itu, ia kembali memainkan gawai dan tampak asyik berbalas pesan dengan seseorang.'Mungkinkah itu Melati? Apa mereka sudah baikan lagi?" pikirku di dalam hati.Selang beberapa menit, Mas Fadil pun pergi ke kamar mandi dengan tergesa. Ia meninggalkan gawainya begitu saja, tanpa dikunci. Aku segera mengambil gawai tersebut dan langsung masuk ke aplikasi berwarna hijau. Terlihat deretan chat dengan Melati dan chat dengan beberapa perempuan yang tidak kukenal.Ada satu percakapan yang membuatku tertarik. Chat dengan perempuan bernama Lina. Mereka tampak asyik berchat ria, hampir setiap saat. Mulai dari bercanda hingga menanyakan makan dan lain sebagainya. Aku mulai curiga, apa mungkin
Malam itu, aku tengah sibuk membereskan beberapa baju yang akan dibawa ke rumah kontrakan Mas Fadil bersama si kecil. Sedangkan dua anakku yang lain, akan dititipkan di rumah ibu.Memang berat meninggalkan kedua anakku yang masih butuh perhatian dan masih sekolah. Namun, demi masa depan mereka, aku harus mengikuti Mas Fadil agar bisa mengambil hatinya kembali."Nggak usah banyak-banyak, secukup nya saja," ujar Mas Fadil seraya menatapku lekat."Iya, Mas," jawabku sambil mengangguk.Lelaki itu pun kembali mnemainkan gawainya. Ia tampak asyik masyuk dengan dunia yang ada di layar benda pipih itu'Ini adalah perjuangan terakhirku, Jjka sampai hari raya idul fitri, Mas Fadil tidak kembali seutuhnya. Aku akan menyerah, mungkin dia bukan takdirku lagi,' gumamku didalam hati sambil menatapnya lekat.Malam itu, aku pergi ke rumah ibu untuk berpamitan dan menitipkan kedua anakku."Bu nitip
Keesokan harinyaMas Fadil sudah berangkat kerja sejak pagi. Aku tinggal bersama Fariz di kontrakan.Pagi itu, aku sengaja berselancar di beberapa media sosial. Untuk bisa menang, aku harus mengenali musuh yang ada di hadapan. Pencariaku pun terhenti pada sebuah akun bernama Melati."Apakah ini akun perempuan iblis itu?" tanyaku di dalam hati.Netraku membeliak saat mekihat sosok perempuan yang muncul di beranda akun tersebut. Wanita itu terlihat cantik, menarik dan memesona dibeberapa foto. Akan tetapi, tampak sesuai umur dengan beberapa kerutan wajah, di foto lainnya.Sorot matanya tajam menyimpan sejuta rahasia. Tingginya di bawah tinggi badanku. Ia memiliki kulit putih terlihat dari postingan foto seksi tanpa hijab. sosok wanita penggoda lebih tepatnya. Itulah gambaran Melati di mataku.Entah apa yang membuat Fadil bertekuk lutut kepadanya. Sifat dan perilaku Melati jauh dari sosok wanita idaman
Kehadiran Melati dan beberapa wanita di kehidupan Mas Fadil membuatnya semakin lalai. Bukan saja lalai terhadap ibadah, tapi juga melalaikan tugasnya di pekerjaan.Entah berapa jam waktu yang ia curi dari jam bekerja hanya untuk berjalan-jalan dan memadu kasih dengan Melati.Aku sudah tidak tinggal di kontrakan Mas Fadil lagi. Iya memulangkan dan tidak mengizinkan untuk tinggal di sana.Hari itu adalah hari Jumat. Biasanya Mas Fadil akan pulang ke rumah selepas bekerja. Aku segera menghubungi untuk menanyakan kepulangannya. Setelah menunggu beberapa lama. Lelaki itu tidak juga membalas pesanku. Barulah, aku tahu lelaki itu pergi ke cintabumi lewat lewat status di media sosialnya. Ia membagikan perjalannya dengan riang gembira.Tidak seperti biasanya, Mas Fadil yang terkenal disiplin dan rajin. Membolos kerja pada hari Jumat. Lelaki itu rela mengabaikan pekerjaan demi untuk bertemu dengan kekasih gelapnya. Aku ha
Seperti biasanya, setiap akhir tahun para karyawan mendapatkan bonus dari perusahaan. Biasanya Mas Fadil mendapatkan dua kali lipat dari gaji pokoknya.Hari itu, Adi mengirimkan pesan bahwa bonus akhir tahun sudah cair dan ia mendapatkan tiga kali dari gaji pokoknya. Sepertinya, tidak jauh berbeda dengan yang didapatkan oleh Mas Fadil.Aku gelisah di dalam rumah. Membayangkan semua uang bonus akhir tahun dipakai oleh Mas Fadil bersenang-senang dengan Melati.Lalu, bagaimana dengan kami? Bagaimana dengan hutang yang semakin menumpuk karena uang jatah bulanan yang diberikan Mas Fadil selalu kurang. Aku terpaksa berhutang kesana kemari untuk menutupi kekurangannya.Aku termenung seorang diri. Gelisah menatap layar gawai beberapa kali, tapi, tidak juga ada pesan yang datang dari suamiku itu. Sepertinya, ia lupa bahwa ada anak dan istri yang harus diberikan haknya.Malam pun berlalu dengan kegelisahan dan kekhawatiran akan jatah bi
Setelah tragedi kalung itu, Melati lebih menunjukkan bahwa ia telah menguasai Fadil. hampir seluruh waktu di hari libur Mas Fadil tersita bersamanya. Lelaki yang masih menjadi suamiku itu pulang hanya beberapa jam saja dalam satu minggu.Wanita itu telah menguatkan tali jeratannya. Ia mengikat kuat, Mas Fadil sehingga tidak bisa lepas darinya. Namun, aku tidak mau kalah oleh seorang pelakor yang hanya bisa merebut milik orang lain. aku memutar otakku agar Mas Fadil bisa pulang ke rumah. Aku masih memiliki Allah yang akan selalu menuntunku.Dering gawai membuyarkan lamunanku. Terlihat notif pesan dari Mas Fadil.[Aku akan mengirimkan gugatan perceraian ke pengadilan. Tolong siapkan berkas-berkas yang aku minta]Isi pesannya berhasil menyayat kembali hati ini, terasa perih. Namun hati ini seolah sudah kebal dengan rasa sakit. Walaupun masih terasa sakit, tapi kali ini sakit itu dibarengi dengan rasa panas di dalam dada.
Hingar bingar suara petasan dan terompet terdengar di segala penjuru. kerlip kembang api menghias hampir seluas cakrawala.Hampir semua orang merayakan malam pergantian tahun dengan suka cita. Berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga dan sanak saudara.Namun, di rumahku mendung masih bergelayut. Seolah enggan pergi dari hidup kami. Ketiga anakku tampak murung di depan televisi. Tidak seperti tahun-tahun kemarin yang ceria dan semarak dengan kehadiran Mas Fadil."Mah, Ayah nggak pulang?" tanya Kia dengan mimik sedih."Sudahlah, jangan nanyain Ayah terus!" hardikku kesal.Entah kenapa hari itu, emosiku seperti naik ke ubun-ubun saat mendengar nama Mas Fadil. Dadaku terasa panas dan sesak. Apalagi saat melihat postingan Melati.Wanita iblis itu memposting kebersamaannya bersama Mas Fadil di sebuah taman. Beserta teman dan keluarganya. Hati ini perih bagai tersayat sembilu.Aku dan anak-anak yan