Share

Duka Mas Fadil

"Ibu meninggal, tolong ngebut dikit, Zi!" Pintaku cemas.

"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un."

Semua orang terdiam dan saling berpandangan. Suasana di dalam mobil menjadi tegang seketika.

"Ibu beneran meninggal?" Tanya Luna seperti tidak percaya.

"Iya, masa Mamah becanda. Ayah yang bilang tadi."

Bumi dan Kia tampak tertunduk sedih. Aku sibuk dengan pikiran ku sendiri.

Takut tidak bisa datang tepat waktu. Takut Mas Fadil menyalahkan aku karena acara liburan ini. Takut tidak sempat menghadiri pemakaman Ibu gara-gara keterlambatan diriku.

Suasana jalanan tiba-tiba macet. Jalanan penuh, pengendara motor dan mobil berdesakan.

Aku semakin gelisah dan takut. Menatap ke luar dengan tatapan liar. Berharap mobil ini bisa terbang melewati jalanan macet ini.

"Aduh, gimana ya, takut nggak keburu. Takut Mas Fadil marah," rutukku dengan wajah cemas.

"Udah, tenangkan diri. Kalo takdirnya harus ketemu dulu sama jenazahnya Ibu pasti bakal ketemu. Tapi kalo sebaliknya, ya ikhlaskan saja," jawab Bapak deng
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status