Share

BAB VI

Violet menghela nafas entah untuk yang ke berapa kalinya. Ditatapnya isi kertas itu berulang kali, berharap isinya dapat berubah hanya dengan tatapan mata. Tapi tentu saja tidak mungkin. 

Kertas itu berisi kontrak yang harus Violet patuhi jika ingin keinginan tidak masuk akalnya El penuhi. Isinya:

1. Pemohon tidak boleh mati dengan cara apapun, kalau peraturan itu dilanggar maka permohonan akan dibatalkan.

2. Pemohon tidak boleh memberi tahu identitas si pengabul atau akan ada denda yang harus pemohon bayar. 

3. Pemohon tidak boleh menceritakan hal-hal tidak masuk akan yang dialami kepada siapapun kecuali ke pengabul.

4. Kontrak berlaku seumur hidup.

5. Bayarannya adalah kebahagiaan sang pemohon.

El menatap kesal Violet yang masih saja memegangi kertas itu dengan wajah ragu, "Isinya tidak akan berubah meskipun kamu tatap seperti itu. Lagipula kamu sudah mengiyakan tadi dan perkataan kamu tidak bisa ditarik kembali."

"Gue mau tanya," Ucap Violet yang sedari tadi hanya diam, "Maksud dari poin nomor 1 apa?" 

El meneguk minuman dihadapannya, "Kalau kamu mati, otomatis permohonan kamu dibatalkan. Yang artinya orang tua kamu akan mati seperti yang seharusnya." Jelasnya.

Violet meneguk ludahnya susah payah. Mendadak kerongkongannya kering mendengar kalimat terakhir yang El ucapkan. Tidak, dia tidak ingin orang tuanya mati. 

"Ini penanya." Ujar El sambil meletakkan pena di meja.

"Katanya gue nggak bakalan bisa mundur karena udah bilang 'iya' tadi. Gunanya gue tanda tangan apa?" Tanya Violet heran. 

"Saya malas menjelaskan panjang lebar," katanya, "Lagipula bukannya manusia suka membuat kontrak kertas seperti ini? Tak ada salahnya mengikuti perkembangan dari zaman ke zaman, menyenangkan bermain seperti ini." Sambung El, sedikit menyeringai.

Violet sendiri selalu merinding melihat seringaian yang El berikan. Apa sebelum kejadian itu, El memang seperti ini?

"Cepatlah tanda tangan. Masih banyak tugas saya sebagai manusia yang harus saya kerjakan, ingat bukan hanya kamu yang seorang siswa disini." 

Violet menghela nafas panjang. Tidak ada gunanya dia berdebat dengan seorang El. Sekali lagi gadis itu meraup oksigen disekelilingnya, seolah hal itu dapat meyakinkan dirinya. 

Saat tangan lentik itu memegang pena, saat itu pula dia kembali bertanya-tanya apa keputusannya sudah benar? Perasaan negatif menggerogoti hatinya, berkata pilihannya salah. Namun disisi lain dia tidak ingin orang tuanya mati. 

Ah, aku sudah sejauh ini! Katanya dalam hati. Memaksa pilihannya adalah yang seharusnya dia pilih. Lalu ditandatangani nya kertas itu, membuat El tersenyum tipis.

"Sudah." Katanya sambil menyerahkan kertas dan pena kepada lelaki dihadapannya.

El berdiri, lalu menyimpan kertas itu di kamarnya. "Ayo, saya antar kamu pulang." Ajaknya saat berada di ruang tamu. 

Violet menggeleng, "Enggak. Saya pulang sendiri aja." 

"Pilihlah salah satu. Lo-gue atau saya-kamu." 

Violet berkedip pelan, menyadari panggilannya yang tak konsisten, gadis itu lalu berkata "Lo-gue..." 

El mengangguk, "baiklah, silahkan pulang." 

Violet berdiri. Lalu meraba saku celananya, hendak memesan ojek online sebelum keluar. Gadis itu panik mencari ponsel dan dompet di sekitarnya. Namun nihil. Tidak ada!

"Sebab itulah saya mau mengantar kamu. Ayo!" 

Violet menggigit bibirnya, malu. Ternyata dia terlalu panik sampai-sampai lupa membawa dompet dan ponsel yang seharusnya dia bawa kalau pergi keluar. Gadis itu hanya pasrah mengikuti El ke tempat parkir di gedung apartemen tersebut. 

"Masuk!" Suruh El dingin, ketika mereka sudah sampai di parkiran mobil. 

Awalnya Violet tertegun melihat mobil mewah milik El. Darimana anak sekolahan seperti dia dapat tinggal di apartemen mewah dan punya mobil yang tak kalah mewah juga? Tapi lamunannya buyar saat El membunyikan klakson untuk menyuruhnya masuk. Menyebalkan!

***

Di perjalanan, mereka tak banyak bicara. Tapi canggung tidak menyelimuti perjalanan mereka, melainkan rasa nyaman. Ntahlah, bagaimana Violet harus menjelaskan hal ini?

Kerumunan yang terbentuk di depan pekarangan rumah membuat Violet merasa panik. Apa saja yang terjadi selama dirinya pergi?

Gadis itu langsung turun sesaat mobil yang ia tumpangi berhenti, tanpa mengucapkan terima kasih kepada sang pengemudi. Dengan panik menghampiri kerumunan itu lalu bertanya, "Ada apa?" Berulang kali dengan wajah pucat dan tubuh gemetar.

Perasaan lega menyelimuti dirinya saat melihat kedua orang tuanya yang terduduk lemas di teras.

"Mama! Papa!" Teriaknya sambil berlari ke arah sepasang suami istri itu, lalu memeluk mereka erat.

"Kalian nggak apa-apa? Enggak ada yang luka kan?" Tanyanya khawatir yang dibalas gelengan pelan oleh orang tuanya. 

"Kami nggak apa-apa kok, sayang. Jangan panik, ah." Ujar sang ibu, berusaha menenangkan. "Benar, Vio. Kami nggak apa-apa." Sambung sang ayah.

Air mata mulai memaksa untuk turun kala mengingat kejadian semalam. Violet tidak tahu apa pilihannya membuat kontrak dengan El adalah hal yang tepat atau tidak. Tapi hati yang lega luar biasa melihat orang tuanya selamat, membuatnya terus berkata pilihannya sangat tepat. 

"Sebenarnya mereka kenapa?" Tanya Violet, lagi. Melihat beberapa pria yang terlihat babak belur dan diikat oleh teman-teman sekelasnya, sepertinya benar-benar ada sesuatu yang tidak beres. 

"Mereka perampok." Jawab Erik, ayah Violet. 

"Sudah, Vio. Kami nggak apa-apa. Jangan menangis, dong. Kami nggak suka lihat kamu menangis." 

Violet menyeka air matanya kasar. "Untung kalian nggak apa-apa." Gumamnya terus, membuat hati ibu dan ayahnya sedih. 

"Sudah-sudah. Sekarang kami tidak apa-apa." Lalu ayahnya memeluk dirinya dan sang ibu. 

Ya, ini adalah pilihan yang tepat. Lihatlah, pengorbanan kecilnya berdampak sangat besar untuk dirinya dan keluarganya. Tidak apa-apa dia mengorbankan kebahagiaannya. Tidak apa-apa.

"Ingatlah. Bayarannya akan dimulai besok." 

Violet melepaskan pelukan kedua orangtuanya. Melihat ke kanan dan ke kiri. Suara apa itu barusan? Suara itu seperti bisikan. Menyeramkan, sampai membuat bulu kuduknya berdiri. 

Di sisi lain, El sedang menatap Violet dengan seringaian lebar. "Ini bakalan menyenangkan, Violet." Gumamnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status