Share

BAB VII

Ruangan ini gelap dan violet seperti sedang duduk di sebuah kotak transparan. Rasanya tidak ada oksigen di dalam kotak ini membuat Violet sulit bernafas.

Tok! Tok!

"Siapapun keluarin gue dari sini!" Teriaknya tak lupa sambil terus memukul kotak yang mengurungnya. Sayangnya di dalam keadaan gelap ini tidak ada yang dapat terlihat oleh Violet. Apa benar hanya dia sendiri di sini?

Tiba-tiba muncul sebuah lampu gantung, membuat atensi Violet mengarah ke sana. Tapi bukannya mendapati hati lega, malah jantungnya nyaris berhenti berdetak ketika melihat jasad kedua orang tua yang tergeletak tak berdaya di bawah cahaya lampu itu. 

Tangan gadis itu bergetar menyentuh dinding transparan kotak, "M-mama...? Papa...?" Berusaha memanggil, namun suaranya sulit untuk keluar. 

Violet semakin panik. Terkurung di dalam kotak sempit ini membuatnya tidak dapat berpikir jernih. "MAMA!! PAPA!!" Teriaknya semakin histeris.

Seakan terbuat dari baja, kotak itu tidak mau pecah seberapa kuat pun Violet pukul. Air mata sudah membanjiri pipi, keringat sudah membasahi baju, tapi gadis itu tidak dapat berbuat apa-apa selain berteriak dan menangis.

Tiba-tiba lampu gantung muncul di sisi lain, membuat Violet kembali menoleh, ada seorang pria yang mengenakan pakaian serba gelap di bawah cahaya itu. 

"TOLONG! TOLONG!" Teriak Violet padanya, membuat pria itu membalikkan badan.

Violet membeku saat mendapati mata merah darah El menatapnya dengan tajam, tak lupa seringaian lebar yang menghiasi wajah. 

"Bukankah ini akan menyenangkan, Violet?" Tanyanya, lalu tertawa keras. Namun tawa itu terlalu mengerikan untuk disebut sebuah 'tawa'. 

"AAAAARRGHH!!!" 

"Violet!"

Violet membuka mata, menatap ke sekelilingnya. Nafasnya terengah-engah. Membuat gadis itu meraup rakus oksigen di sekitarnya, seolah tidak pernah mendapat pasokan oksigen.

Ternyata itu hanya mimpi.

"Kamu kenapa?" Tanya Vina, ibu Violet, dengan raut wajah khawatir.

Violet langsung duduk, memeluk Vina dengan erat. "Ma..." Air mata turun begitu saja. Gadis itu kembali menangis mengingat hal-hal mengerikan yang menimpanya. Tapi tentu saja dia tidak dapat mengatakan itu pada ibunya, dia harus mematuhi kontrak bukan?

"Coba cerita sama mama. Mama enggak bakal tahu kalau kamu enggak cerita."

Violet menggeleng, gadis itu melepas pelukan mereka, "Cuman...cuman mimpi buruk." 

Vina mengangguk saja walau dia sebenarnya masih sangat khawatir. Wanita itu berdiri, "Ya sudah. Kamu siap-siap pergi ke sekolah. Lihatlah, kamu sangat kacau." Lalu wanita itu pergi meninggalkan Violet yang sedang menunduk memperhatikan dirinya.

Benar kata ibunya, dia terlihat kacau. Keringat dingin bercucuran keluar dari tubuhnya, membuat bajunya basah sebagian. Sementara matanya bengkak karena sehabis menangis. Seberapa lama dia menangis?

Gadis itu hanya duduk diam di ujung kasurnya. Meresapi kata-kata El di mimpinya. Mimpi itu sama nyatanya dengan kejadian semalam. 

Apa yang sebenarnya menanti dirinya?

***

Violet berjalan lesu ke kelasnya. Rasanya begitu enggan untuk masuk sekolah hari ini. Inginnya bolos, tapi tentu saja orang tuanya sangat menentang hal itu. 

Saat masuk ke dalam kelas, suara ribut murid-murid di dalam yang menyambut Violet. Tidak ingin menegur seperti yang biasa dia lakukan, gadis itu terus saja melangkah ke tempat duduknya yang sedang dilempar dan ditendang oleh Bobi. Ya, bersama teman-temannya yang lain tentunya.

"Bobi!" Teriak Violet lesu, karena tenaganya sudah habis diserap oleh mimpi buruk tadi.

Bobi tidak mendengar panggilan Violet. Pria itu masih saja asyik melempar kursi bersama teman-temannya sambil tertawa terbahak-bahak. 

Sampai-sampai kursi itu hancur. Terbagi menjadi beberapa bagian karena pakunya patah.

"Lo apa-apaan, sih!" Teriak Violet, marah, sambil meratapi bangkunya yang sudah tidak bisa diduduki.

Bobi malah cengengesan, "Eh, neng Vio." Sapanya tanpa ada rasa bersalah.

Ingin marah. Tapi sungguh, Violet tidak sanggup kalau harus marah-marah pagi ini. "Lo-- Lo sehari aja nggak bikin masalah enggak bisa? Tolong Bobi. Gue capek!" Violet emosi. Dan Bobi tahu ada yang berbeda dari sepupunya hari ini. 

"Lo kenapa, sih? Ada masalah apa?" 

"Udahlah! Gue mau ambil kursi ke gudang." 

Kini Bobi benar-benar merasa bersalah. Apalagi melihat mata gadis itu bengkak, "Biar gue aja." Cicitnya.

Violet enggan menjawab Bobi. Gadis itu pergi begitu saja ke gudang, sungguh suasana hatinya buruk. Tapi mengapa pria itu enggan mengerti? Dirinya sedang lelah, apa Bobi tidak paham?

Sapaan ramah dari adik kelas maupun orang-orang yang mengenalnya, tak Violet hiraukan. Dirinya sedang tidak ingin berbasa-basi ria. Sedang tidak ingin menebar senyum palsu saat ini. 

Berhenti berjalan, gadis itu mengusap air mata yang baru saja keluar. Menyedihkan! Belum apa-apa dirinya sudah ingin menangis. Memalukan! Memalukan karena dirinya hampir menangis di lorong sekolah dan mungkin akan disaksikan oleh beberapa orang-orang. 

Sesampainya di depan pintu gudang yang sepi, barulah gadis itu menangis sejadi-jadinya. Bertanya mengapa harus dirinya yang mengalami hal gila ini. Bertanya mengapa harus dirinya yang diberi pilihan sedemikian sulitnya. Mengapa? Diantara jutaan manusia di bumi, mengapa harus dirinya?

Untunglah gudang ini sepi, jadi dia bisa menangis dengan bebas. Tanpa perlu ada air mata yang ia tahan karena malu akan dilihat. 

Puas menangis seorang diri, gadis itu membuka pintu gudang untuk mengambil sebuah kursi yang akan dia duduki selama proses pembelajaran. 

Namun tubuhnya langsung melemas seketika, tubuh gadis itu merosot ke tanah saat mendapati sebuah jasad menggantung yang menyambutnya di gudang itu. 

"KYAAAAAAA!!!" Teriaknya beberapa saat setelah membeku. Seolah otaknya sedang memproses keadaan. 

Tubuh gadis itu bergetar hebat. "A-Andre..." Panggilnya kala mengenali jasad itu. Dia adalah Andre, teman sekelasnya yang pendiam. Andre tidak punya teman, tidak pula anak yang berprestasi, dia hanya anak biasa-biasa saja. Tapi mengapa?

Suara langkah kaki terdengar. Membuat Violet menoleh ke samping.

"Andre, begini cara kamu untuk membayar rupanya." 

A-apa? 

Seberapa banyak korban yang sudah terjebak oleh kelakuan bejat El? 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nona Panda
Cerita Anak" hahahah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status