Share

Chapter 7

Author: Puan alf
last update Last Updated: 2021-10-07 10:00:00

    "Tuhan! cobaan apa lagi ini?" teriak Gladis dalam batinnya.

    Gladis memang wanita yang bar-bar dan urakan. Bahkan dimata sebagian orang dia bisa dikatakan sebagai wanita yang brengsek dan terkesan murahan, tentu saja karena kelakuannya yang suka main ke club bersama laki-laki, minum-minuman beralkohol dan bahkan tekadang ia juga berjudi.

    Itu semua karena pengaruh saat dia kecil sampai remaja yang tinggal di lingkungan para mafia. Bahkan tidak hanya itu, dia bisa menjadi pembunuh yang terampil karena saat dia tinggal bersama sang ayah dia mempelajari bela diri dan Gladis juga dilatih bagaimana menggunakan berbagai macam senjata. 

    "Tidak apa kita di cap orang lain brengsek, lebih baik menjadi diri sendiri dari pada hidup dari bayang bayang omongan orang lain, dan yang terpenting kamu bisa jaga tubuhmu sendiri sebaik mungkin, karna itu bentuk komitmen dan tanggung jawab terhadap dirimu sendiri," kata ayahnya yang akan selalu diingat Gladis.

    Dan saat ini Arsen memintanya untuk membantu mengganti pakaiannya, tentu saja hal ini membuat dada Gladis berdebar tak beraturan, karena ini pertama kalinya dia membuka baju pria.

    Gladis masih mematung di sisi ranjang Arsen dengan pikirannya sendiri. 'Senakal nakalnya gue, sebangsat bangsatnya gue, belum pernah yang namanya membuka baju cowok.' 

    "Jadi pulang gak? kok malah diem bengong di situ?" kata Arsen memecah keheningan dan lamunan Gladis.

    "Eh, jadi kok jadi," jawabnya setengah kaget.

    Posisi Arsen saat ini duduk di atas ranjangnya, kemudian Gladis mendekat dan membuka kancing baju seragam rumah sakit yang di pakai Arsen. Satu per satu dengan detak jantung sudah seperti habis lari maraton.

    Di tambah Arsen yang selalu menatap Gladis sambil tersenyum dan membelai lembut pipi tirus itu membuatnya jadi merah merona.

    'Tuhan! jangan cabut nyawaku saat ini karena serangan jantung mendadak,' serunya dalam hati.

    Seorang perawat yang tiba-tiba masuk membuat mereka terkejut. "Ehem, maaf mengganggu kemesraan kalian tetapi ada administrasi yang harus di selesaikan dan dokter juga berpesan untuk cek-up serta perawatan paska kecelakaan seperti terapi okupasi jika diperlukan." 

   "Hemm, iya sus, sebentar," jawab Gladis yang buru-buru memakaikan kemeja kepada Arsen.

    "Ya, nona, ditunggu di ruang admin," ucap perawat yang dijawab anggukan oleh Gladis, lalu dia keluar meninggalkan kamar mereka.

    Arsen yang menggenggam tangan gadis blesteran di hadapannya itu sebenarnya sudah penasaran dari tadi. "Bukannya lebih baik kalau kita masih di sini? kenapa buru-buru dan kalau pekerjaan memang gak bisa dikerjakan dari sini?" 

    "Umm, jadi gini, kita di kota Bali ini karena liburan menginap sementara di hotel, kita sebenarnya berdomisili di kota jakarta, aku lupa cerita soal ini kemarin," jawab Gladis menjelaskan.

    "Liburan? dalam rangka apa?" tanya Arsen lagi yang membuat Gladis menghentikan aktifitasnya yang sedang mengemas barang milik Arsen.

    Gladis mendengus kasar dengan batinnya yang mengomel sendiri karena dia harus memutar otak untuk menjawab. 'Please god! orang jenius kalau amnesia tolong deh, kejeniusannya jangan di bawa dong!'

    "Memang liburan harus dalam hal apa gitu? kaya orang susah aja dih, gak kan? kita kesini buat nepatin janji kita dulu kalo universary kamu mau ajak aku liburan dan kebetulan ada proyek juga di sini, dan ya ... disinilah kita sekarang," karang Gladis lagi.

    Arsen nampak percaya dengan jawaban Gladis, dia juga merasa bersalah karena gara-gara kecelakaan itu membuat mereka tidak bisa liburan seperti yang dibayangkan Arsen, "Oh ya, maafkan aku, seharusnya .... " 

    "Ssttt, dah gak usah cerewet!" potong Gladis sambil menutup mulut pria berambut lurus itu.

    Arsen hanya mesem melihat tingkah Gladis yang kembali serius merapikan barang milik Arsen ke dalam tas.

   "I love you," tiga kata sederhana mengalir begitu saja membuat wanita cantik di hadapannya terkekeh geli.

    "Ih, apaan coba kaya bocah aja."

    "Aku cuma jadi bocah kalo sama kamu aja kok, tapi bener gak sih, kamu cinta sama aku dari dulu?"

    "Aku rasa bukan hanya dulu tapi sekarangpun aku mencintaimu" gombal Gladis yang membuatnya geli sendiri, tetapi tidak di pungkiri memang itu yang dia rasakan.

    Setelah menyelesaikan adminitrasi Lalu mereka bergegas meninggalkan rumah sakit dan kembali ke hotel.

    Sementara itu suasana di hotel sudah ricuh karena mendapat mandat untuk memindahkan barang dari kamar Gladis ke kamar Arsen. Serta didekorasi ulang seperti orang sedang bulan madu dan tentu saja membuat para karyawan hotel terheran, terutama karyawan wanita.

    Karena mereka hafal betul kalau Arsen ke sini pasti karena ada urusan bisnis, dan bisa di pastikan juga, karyawan yang sedang cuti saja jadi ikut masuk hanya untuk sekedar melihat Arsen.

    "Kau tau siapa wanita yang akan bersama tuan Arsen?" tanya salah seorang karyawati hotel yang mulai bergosip.

    "Tidak, tuan Arsen belum pernah membawa seorang wanita dari mana pun," jawab salah seorang karyawati lain yang ikut nimbrung.

    "Oh aku iri dengan wanita yang beruntung mendapatkan tuan Arsen yang cool dan macho serta menawan dan kharismatik itu." 

    Reska yang melihat barang barang Gladis di pindahkan ke kamar lain merasa heran dan bingung. Dia menghampiri karyawan yang tengah bertugas memindahkan barang tersebut.

    "Ini siapa yang nyuruh pindahin barang di kamar ini?" 

    "Maaf tuan kami hanya di suruh manajer hotel ini" jawabnya.

    'Ini gak bisa di biarin, aku harus tanya sama orangnya langsung' guman Reska.

    Lalu dia langsung menelfon Gladis tetapi tidak ada respons, kemudian pesan masuk dari Gladis Mebuat Reska semakin penasaran dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

    [Gak usah telfon terus, gue gak ilang dan gue bakal balik ke hotel hari ini]

    "Ini anak emang ya, seneng banget buat orang jengkel sendiri, ngeselin banget, udah yang satu suka bikin teka teki yang ini ngeselin, duh punya temen kek gini amat yak," Reska merasa kesal sendiri.

    Selang beberapa jam. Sesampainya di hotel, mereka lalu bergegas menuju ke kamar Arsen yang sudah di dekor sedemikian rupa, tetapi saat di lobi hotel, Gladis jadi bahan pembicaraan para karyawan hotel.

    "Eh liat tu, ternyata dia cewek yang bersama tuan Arsen," omong salah satu karyawan hotel sambil melirik ke arah Gladis.

    "Kalo gak salah itu assistennya bos Reska, kok bisa sama tuan Arsen, jangan jangan ada politik dibalik ini." 

    "Tuan Arsen juga berbeda dari biasanya, duh kalo orang ganteng mau di apain juga tetep ganteng, auranya emang beda." 

    Gladis tak ambil pusing dengan sorotan mata para karyawan, karena dia tau pasti jadi bahan gosip orang di sekitarnya terutama para wanita. Karena penampilan Arsen yang terlihat cool walau dia hanya memakai kaos lengan panjang dan ripped jeans, berbeda sekali dengan Arsen yang selalu menawan dengan setelan jas.

     Dia lebih khawatir dengan 2 pria yang harus dihindarinya, sambil memperhatikan sekiar Gladis bergumam, 'Jangan sampai gue ketahuan Reska atau Kevin di sini, apa lagi kalau lagi sama Arsen kek gini, bisa jadi gue kaya tersangka yang lagi di wawancarai wartawan.' 

    Dan benar saja dia melihat Reska keluar dari pintu lift.

    Gladis mulai panik, 'shit! baru aja ngebatin eh, dia nongol beneran,' teriaknya dalam hati.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • A girl is a gun   Chapter 76

    Kevin membuka lebar pintu ruang rapat yang masih ricuh. Terlihat Melinda hanya menunduk saat dimaki oleh salah satu pemegang saham. Sejurus kemudian semua mata yang ada disana melihat kearah Arsen. Tak terkecuali Melinda yang langsung tersentak melihat Arsen berdiri di ambang pintu. "A-arsen?" gumamnya. Begitu bos arogan itu masuk dan memposisikan dirinya di hadapan semua orang. Dengan wajah serius, dia memandangi orang-orang yang beraada di hadapannya, beberapa saat kemudian, ia melihat beberapa lembar kertas berisi laporan bulanan. Tiba-tiba saja Arsen meminta maaf. "Kepada direktur dan pemegang saham yang terhormat! Saya sangat menyesal atas apa yang terjadi hari ini dengan permintaan maaf yang tulus." Arsen lalu membungkuk di hadapan semuanya. Hal tersebut membuat semua orang yang mengetahui sifat aslinya terheran-heran, termasuk Kevin dan Melinda. Bagaimana bisa seorang Arsen A

  • A girl is a gun   Chapter 75

    Tanpa bosa-basi lagi, mereka berdua segera pergi ke kantor. Sementara keadaan di kantor sedang ricuh karena rapat bulanan para pemegang yang mulai curiga karena hasil pembagian profit tidak sesuai dengan uang yang masuk. Mereka menanyakan kemana Arsen sebenarnya. [Arsen sudah kembali! Bersiap-siaplah] Isi pesan singkat di ponsel Melinda dan CFO perusahaan saat mereka masih rapat dari seseorang. Begitu membaca pesan tersebut, wajah gadis bermata sipit itu langsung berubah menjadi pucat pasi. Obrolan orang-orang disekitarnya seolah-olah hanya angin lalu. Dengan badan gemetar, CFO perusahaan beringsut keluar dari suasana ruangan yang masih ricuh. Melinda duduk mematung dengan tatapan mata kosong. Pikirannya menjadi kosong seperti terhipnotis. Salah satu pemegang saham meninggikan nada bicaranya, menuduh Arsen dalang dibalik semua kerugian yang terjadi. Karena memang faktanya, semua kesenja

  • A girl is a gun   Chapter 74

    Saat Gladis menciumnya, ketika mereka menghabiskan malam bersama. Memberi perhatian untuknya, mencubit tangannya waktu terasa sakit, momen dimana pertama kali Arsen bertemu Gladis di Rumah sakit sampai Arsen mengingat tentang benturan keras saat dirinya di dalam mobil. Seketika itu juga, Arsen langsung tersadar dan sudah berada di Rumah sakit. Sebelumnya, saat pekerjaannya hampir selesai, Gladis ditelepon seseorang dengan nomor yang tak dikenal. Gladis menyipitkan mata saat melihatnya. Awalnya dia ragu untuk menerima telepon dari nomor rumahan tersebut. "H-halo ...." "Halo selamat siang, ini dari rumah sakit ... Apa benar ini Gladis? Nomor anda tersimpan di kontak darurat milik pasien atas nama Arsen Adyatama." Deg! Benar perasaan Gladis yang sedang tidak nyaman dan gelisah dari tadi. Pihak rumah sakit memberi tahu jika Arsen mengalami kecelakaan jatuh dari tangga dengan kondi

  • A girl is a gun   Chapter 73

    "Kirimkan lokasinnya sekarang! aku akan segera menuju kesana!" ucap Kevin saat ditelepon oleh orang yang dia sewa. Melinda sangat heran saat melihat gelagat Kevin yang sangat gugup. Dia berusaha mengejar Kevin sambil berteriak, "Kevin tunggu!" Sayangnya, Kevin tidak menggubris suara Melinda karena dia juga diberi tau jika Arsen dalam bahaya. Gadis bermata sipit itu terus mengejarnya sampai ke basement parkiran mobil. Dengan cepat, sebelum Kevin masuk kedalam mobil, dia menarik lengan pria tersebut. "Tunggu! Ada apa?" "M-maaf nona, saya buru-buru!" Kevin melepas genggaman Melinda dan masuk kedalam mobil. Tanpa menoleh lagi ke arah melinda, dia langsung menancap gas. Sementara Arsen masih menganalisa keadaan sekitar. Berusaha mencari celah jalan keluar. Sadar, orang-orang yang mengikuti tau bahwa Arsen mengetahui jika sedang diikuti. Mereka semakin me

  • A girl is a gun   Chapter 72

    Begitu Arsen duduk, dia berkata dengan wajah serius, "Jawab aku dengan jujur!" Gladis mengerutkan dahinya dengan mulut sedikit terbuka. Dia tidak mengerti kenapa tiba-tiba Arsen berbicara seperti itu. Bahkan bukan ucapan selamat malam ataupun sekedar say hay. "Mengapa kamu bisa secantik ini?" Pertanyaan Arsen disambut gelak tawa oleh Gladis. Gadis cantik itu sudah berfikir yang tidak-tidak. "Apaan sih? receh banget." Gladis melirik ke arah pengunjung restoran lain. Mereka saling curi-curi pandang terhadap Arsen, namun sayang yang diperhatikan hanya memandang satu wanita di depannya. "Kamu juga. Bisa gak sih? tampannya disimpan aja!" Gladis membalas ucpan Arsen. Tak berselang lama, makanan yang dipesan sudah siap tersaji. Mereka berdua menikmati makanan itu. Saat sedang makan, Arsen melihat ada pasangan lain yang sedang suap-suapan dengan mesranya. Sejurus

  • A girl is a gun   Chapter 71

    Pada akhirnya pria tua itu menandatangani satu berkas berisi perjanjian pembagian profit keuntungan. Dia membubuhkan tanda tangannya di atas materai. Melinda selalu memasang senyum ramahnya. sampai pada akhirnya, pria tua itu pergi dan Melinda langsung menelpon CFO perusahan. "Mangsa lama kembali memakan kail yang terpasang," ucapnya sambil mengangkat sebelah sudut bibirnya. Sementara itu, Gladis dan Jenni sedang istirahat di kantor. Mereka membicarakan tentang perkembangan kerja sama antara Anthem dan Adyatama. Saat di tengah-tengah obrolan, Jenni teringat tentang ucapan teman lamanya waktu reuni tempo hari. Kata tunangan yang terlintas dibenaknya. Ingin sekali ia memberitahukan hal tersebut kepada Gladis. Namun melihat kedekatan sahabatnya itu dengan Arsen, membuatnya tak tega untuk mengungkapkan kebenarannya. Gladis melihat cara memandang Jenni tidak seperti biasanya, membuat dirinya penas

  • A girl is a gun   Chapter 70

    "Jangan terlalu percaya kepadaku! Aku tak sebaik dugaanmu, aku takut suatu saat nanti kamu akan terluka dan membenciku .... Selamat pagi." Setelah berbicara seperti itu, Arsen mendaratkan satu kecupan di jidat Gladis. Sedangkan Gladis sendiri tertegun karena saat sedang mendengarkan ucapan Arsen tiba-tiba ia dicium. Pagi itu, dia bersiap pergi bekerja seperti biasanya. Beberapa saat kemudian, Jenni datang untuk menjemput Gladis. Mereka bersiap untuk berangkat bersama. Di jalan Jenni bertanya kepada Gladis tentang keberangkatannya besok dan tentu saja, tentang steve yang besok harus berangkat ke luar negeri. "Dia bilangnya besok, tp kemarin pagi dia langsung berangkat. Gak tau deh kenapa?" "What?! Eh, tapi kok loe bisa tau?" "Tadi bokap call pake nomornya dia." Jenni terbelalak tak percaya. Dia benar-benar kecewa karena Steve tidak be

  • A girl is a gun   Chapter 69

    Arsen mengerutkan dahinya. Memahami setiap kata yang diucapkan oleh Mateo. Semuanya memang benar, tapi apa yang harus ia katakan dengan jujur? Semua membuatnya bingung. "Maksud tuan?" "Kau butuh uang berapa?" Arsen semakin bingung dengan ucapan pria paruh baya tersebut. Dirinya tidak membutuhkan uang. Selama ini kebutuhannya selalu dicukupi oleh Gladis. Sejenak Arsen memalingkan pandangannya, tidak berani menatap layar ponsel yang berada di hadapannya. "Maksud anda? Ah, maaf tuan, saya tidak mengerti. Tapi ... Saya hanya ingin bersamanya!" "Sudahlah, katakan kepadaku berapa banyak yang kau inginkan jika meninggalkan putriku!" Arsen menoleh kebelakang, melihat pintu kamar yang Gladis tempati. Masih tertutup rapat tandanya gadis yang sedang dibicarakan masih tertidur. Tidak ingin Gladis mendengar pembicaraan dengan ayahnya, Arsen memut

  • A girl is a gun   Chapter 68

    Melinda gelagapan dengan pertanyaan CFO tersebut. Dia tidak menyangka akan diragukan oleh partnernya. Sejauh ini dirinya sendiri juga tidak memikirkannya. Karena perbuatannya tidak ada yang mencurigai sampai pada rapat pemegang saham waktu lalu. "Jika aku terseret masalah, maka aku juga akan membawamu!" CFO itu mengancam Melinda. Dengan mata terbuka lebar dan alis yang hampir menyatu, melinda menjawab dengan ketus ucapannya. Dia meyakinkan jika mereka tidak akan terkena masalah jika CFO tersebut tidak berbuat yang aneh-aneh. Pagi hari, suasana di hotel tempat Reska dan Jenni menginap sangat tenang. Tetapi berbanding terbalik dengan kondisi kamar yang mereka huni. Kedua sahabat itu masih saja menyalahkan satu sama lain tentang kejadian yang mereka lalui, walaupun itu hal sepele. Seperti saat ini, ketika ingin pulang dan berangkat kerja, Reska ingin menumpang dengan Jenni karena dia

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status