"siapa kalian?"tanya seorang pria yang melihat ada beberapa orang masuk kedalam tempatnya.Ini bukanlah pelanggan biasanya,cukup asinglah untuknya.Apakah penyusup?
Tidak mereka hanya beberapa anak yang memiliki tujuan yang sama,yaitu mendirikan geng terbesar dan terkuat yang pernah ada.
Ketiganya sama-sama menutupi wajahnya dengan tudung jaket serta masker,jika tidak pasti orang itu akan mengetahui siapa mereka.
Leo memegang tongkat baseball,Martin memegang pisau,Nando memegang gunting ditangannya.Lalu Safira dimana?apakah dia tidak ikut serta dalam kegiatan tersebut?
"Ada apa?"tanya pria yang baru datang,ia beralih menatap ketiga orang yang berdiri tak jauh darinya.
"Penyusup ya?sayang sekali kalian akan mati disini"ujarnya sembari menodongkan senjata api kearah tengah yang dimana itu adalah Leo.
Apakah ketiganya ketar-ketir?oh tentu tidak.
Jleb.
Dengan sigap Safira menusuk pria itu dengan pedangnya.Dia datang dari pintu belaka
Dengan penuh kebosanan Safira terus-menerus menatap kearah depan.Lebih tepatnya menatap ke taman yang ditanami oleh mawar hitam.Bosan sekali,karena yang ditanam oleh ayahnya hanya mawar hitam.Ingin sekali ia mengecat bunga-bunga itu,mungkin warna putih?Suara kegaduhan berhasil membuatnya terusik.Ia berjalan masuk kedalam mansion.Kakinya mencari-cari dimana suara kegaduhan itu berasal.Suara itu terdengar seperti teriakan dan tangisan.Setelah sampai dimana suara itu berasal,iapun menyibakkan beberapa maid yang menghalangi pandangannya.Disana sudah ada ayahnya yang sedang memukuli habis seorang maid dan penjaga mansion.Ia menganalisa raut wajah beberapa maid,ada yang sedih,ada yang takut,ada yang menangis,ada juga yang memilih menahan muntah."Kesalahan apa yang mereka lakukan?"gumam kecil Safira.Ia masih mematung,ia juga tak ada niatan untuk menghentikan aksi gila ayahnya.Sekertaris Jo yang sejak tadi diam dan hanya melihat tuannya, akhirnya memb
Martin berkacak pinggang sembari menunggu seseorang yang masih belum juga menampakkan batang hidungnya.Sudah 6 jam ia menunggu safira datang,ia ingin merayakan ulang tahun gadis itu dengan Leo dan Nando.Tapi Safira tak kunjung datang juga."Ini jadi atau enggak sih,"kesal Nando,matanya tak lepas dari kue ulang tahun yang begitu menggiurkan baginya.Beberapa kali ia menelan ludahnya.Leo juga bingung.Biasanya ketika siang hari Safira akan merayakannya dengan Daniel,dan malamnya akan datang ke markas.Sepertinya gadis itu tak akan merayakannya dengan mereka kali ini.Tanda-tanda kedatangannya saja tak nampak."Kuenya udah nggak enak loh kalau dibiarin terus,"timpal Nando sudah tak tahan lagi."Yaudah mending dimakan aja,kayaknya dia emang nggak datang,"jawab Martin mendudukkan tubuhnya ke sofa.Nando yang mendengarnya langsung mengambil pisau dan membelahnya menjadi beberapa bagian.Iapun segera mengambil salah satu potongan dan memakannya dengan begitu
Begitu sunyi,hanya terdengar suara pendingin ruangan dan suara rintihan dari beberapa orang.Perjuangan yang mereka lakukan benar-benar sia-sia.Meski mereka berteriak dan menangis,tapi Safira tetap tak menghentikan aksi gilanya.Gadis cantik itu dengan tak berperasaan menyiksa ketiga temannya.Anggara dan Toni ia gantung terbalik dengan kedua kaki yang diikat.Sedangkan Tasya meringkuk,tubuhnya yang bagian atas tak tertutupi oleh sehelai benang pun.Dan dipunggung Tasya mengalir deras cairan berwarna merah,disana juga tertulis beberapa huruf dan angka.Kira-kira seperti ini tulisannya 'T2S4'"Menasehatimu benar-benar tak ada gunanya..."Tasya menjeda ucapannya,ia menatap tajam kearah gadis yang tengah berdiri di depannya dengan begitu santai."ternyata kau lebih memilih jalan di jalanmu sendiri,meski itu jalan yang salah.Lanjutkan,aku sudah tak peduli lagi."Safira justru bersmrik.Ia berjongkok dan sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan."Apakah wajahku memperl
Safira memilih menyulut rokok untuk mengalihkan pandangannya.Matanya menatap kedepan,tapi isi kepalanya berkeliaran kemana-mana.Ia terus memikirkan GIGATAS.Apakah dengan anggota yang tak sampai 300 bisa mengalahkan Monster Black Rose yang jumlahnya bejibun,ditambah MBR juga sangat kuat-kuat.Bagaimana dengan ayahnya?apakah ada lawan yang bisa mengimbangi permainan ayahnya?Dia?mustahil,ia kalah jauh dengan kegesitan ayahnya.Martin?mustahil juga,karena Martin lebih berbakat dalam mengecoh lawannya,bagaimana kalau mereka diadukan baku hantam,pasti Martin akan kalah langsung.Leo?pria itu pandai bergelut dan pria itu juga pandai merakit bom,tapi pria itu tak bisa mengendalikan emosi,dan emosi terkadang berdampak buruk bagi rencana yang sudah dipikirkan matang-matang.Nando,Bayu,dan Azka.Mereka masih belum mengetahui apa yang menjadi kelemahan Daniel.Ketiganya juga pasti akan kalah melawan pria itu,meskipun mereka juga menggabungkan seluruh kekuatan dan tenaga tapi Daniel te
Saat Fitri sedang asik menonton TV dengan ditemani sebuah camilan,ia dikagetkan dengan pintu yang dibuka oleh seseorang.Matanya segera menoleh kearah pintu tersebut.Masuklah Safira dengan beberapa paper bag ditangannya."Maafkan aku,"tutur Safira sembari menaruh paper bagnya tepat di depan meja Fitri."Kak fir,"serunya menatap punggung Safira yang berjalan hendak ke dapur."Ada apa?"tanya Safira membalikkan badannya."Tidak apa-apa,"ujar Fitri melanjutkan menonton acara kesukaannya.Terdengar helaan nafas dari Safira,mungkin dia tak lega dengan jawaban gadis yang tinggal di apartemennya.Sudah lama Fitri tinggal di apartemen Safira.Karena Safira sendirilah yang memaksa Fitri untuk tinggal di sana.Ini juga sudah menjadi hal lumrah di zaman sekarang untuk anak-anak Stride Highschool.Kebanyakan anak Stride Highschool akan tinggal bersama di rumah teman-temannya,karena semakin banyak pembunuhan berantai di kota dan jangan lupakan teror pembunuha
Safira tercengang.Mulutnya terbuka cukup lebar dengan tangan kanan yang menutupinya,matanya juga ikut membulat.Entah apa yang sedang ia lihat sekarang,intinya ia sampai dibuat tercengo.Gadis itu tak memahami situasi di tempatnya berada.Ia tahu apa yang terjadi,tapi ia masih tak percaya dan memahaminya dengan begitu jelas.Jadi,tolonglah untuk membantunya memahami situasi itu.Mendadak ia memegangi perutnya,dan matanya beralih langsung ke perut yang terlapisi oleh Hoodie berwarna putih bersih.Ia mengelus-elusnya pelan,lalu ia bergumam,pelan sangat pelan,dan hanya dia yang mendengar gumamannya."ku rasa ini semua salahmu."Hanya beberapa sederet kata itu yang menunjukkan bahwa semua kejadian disana adalah karena ulah perutnya."Pak,saya menemukan satu tangkai bunga mawar hitam.Hanya ini yang saya dapatkan,maafkan saya,"ujar seorang pria dengan seragam polisi yang menambah kesan tampan dan gagah dalam dirinya.Ia menyerahkan setangkai bunga itu,sebelumnya ia sudah mem
Setelah pulang dari menemui ayahnya di laut,Safira memilih pulang ke mansion.Bukan ke markas maupun apartemennya.Saat ingin menaiki anak tangga,ia melihat kilatan orang yang tak asing di memori ingatannya.Iapun mengejar orang itu hanya untuk memastikan apakah itu benar orang yang ia tebak."Tunggu,"katanya sembari memegang pundak remaja yang masih memunggunginya."Kenapa kau bisa dimansionku?...apa kau memang sudah bosan hidup di dunia ini?"lanjutnya, walaupun remaja itu tak berbalik menghadap ke arahnya,tapi ia tahu bahwa laki-laki didepannya adalah Dafa.Dari rambut, style,dan jangan lupakan dengan tinggi badannya.Safira menarik kearah baju milik remaja didepannya setelah remaja itu berbalik menghadapnya.Benar,dia adalah Dafa.Laki-laki yang sudah ditolong olehnya dari kejaran polisi.Ia tersentak saat mendapat perlakuan kasar dari Dafa,remaja itu malah melepas tangannya dengan begitu kasar seolah yang sedang dihadapinya bukanlah seorang wanita."
13 Oktober 2019Malam ini adalah malam yang sangat indah bagi anak-anak Stride Highschool,dimana mereka bisa bebas memperlihatkan bakat-bakat yang mereka pendam.Dari mulai tari,menyanyi, teater,sulap,melawak,dan yang terakhir tentunya pantomim,mereka dengan senang hati menampilkan kehebatannya diatas panggung.Satu persatu mereka naik keatas panggung sesuai dengan nomor yang sudah ditentukan.Pastinya setelah mereka turun dari atas panggung akan dihadiahi tepuk tangan dari anak-anak Stride Highschool yang memilih menjadi penonton.Hingga tinggallah satu anak yang akan menampilkan pantomim diatas panggung,dia adalah bendaharanya OSIS STRIDE.Siapa lagi kalau bukan Toni.Laki-laki itu dengan sangat pedenya naik keatas panggung,wajahnya sudah dihiasi oleh make up berwarna putih dan ia memakai baju bergaris-garis layaknya pantomim pada umumnya.Diiringi musik laki-laki itu dengan sangat baik melakukan berbagai gerakan.Bahkan ada adegan yang membuat penon