Kaca yang tertutupi oleh titik-titik air(uap)diusap pelan oleh seorang pria.Wajahnya memperlihatkan senyum menyeringai begitu kacanya bersih dari embun.
Tawa-tawa renyah begitu menggema ke seisi ruangan bernuansa hitam dan putih.
Dia yang diprediksi mati oleh semua orang ternyata masih hidup hingga kini.Bahkan masih sehat wal Afiat.
"Gue suka darah loh,"monolognya tersenyum menatap ke bayangannya yang dipantulkan oleh cermin.Dia Dafa Nelson,mantan murid Stride Highschool yang digadang-gadang sebagai pelaku pembunuh Pak Arka.
"Ah!!akhirnya gue bisa melakukan apapun tanpa berpikir panjang lagi...GUE BEBAS"teriaknya diakhir kalimat.
"Dafa,"seru Leo si ketua devisa pertama.Dafa pun menoleh menatap kearah lelaki yang sudah memanggil namanya.
"Ada apa?"ketus Dafa kesal karena sudah diganggu.
Leo sedikit meyingkir ke samping,di belakangnya ternyata sudah ada gadis cantik yang memakai dress hitam dengan rambut dicepol.
Dafa seketika te
Demi keamanan murid-murid Stride Highschool akhirnya pelajaran mulai di lakukan secara daring.Tidak ada yang diizinkan keluar rumah kecuali hanya ada kepentingan saja.Safira yang mengetahui hal itu malah tak memperdulikan nya,toh kematian pasti akan menjemput semua makhluk hidup.Mati ya mati aja,lagian udah takdir.Gadis itu sekarang sedang jalan-jalan dengan Anggara menyusuri jalanan dengan sepeda."Gue haus nih,"keluh Safira mengadu pada Anggara.Alhasil membuat pria itu segera mengerem sepedanya."Biar gue beliin minum,Lo tunggu aja di kursi itu,"ujar Anggara menunjuk kursi kosong yang tak jauh dari mereka."Yaudah tapi jangan lama-lama ya."Anggara mengangguk dan mengacak-acak rambut Safira sebelum akhirnya dia pergi.Tapi ini sepertinya akan menjadi pertemuan terakhir mereka.Karena DIA mulai melancarkan aksinya.***Anggara mengucap syukur begitu melihat minimarket.Ia langsung memarkirkan sepedanya.Lak
"Tante,"seru Safira pada ibu Tasya.Karena sudah lelah mencari keberadaan Anggara kesana-kemari akhirnya Safira menyerah dan lebih memilih mendatangi rumah temannya barang kali kan Anggara mengirim sesuatu contohnya pesan teks.Lagian tadi Safira tak membawa ponsel saat jalan-jalan."Eh Safira,ayo masuk dulu."Ibu Tasya mempersilahkannya masuk.Sekian lama tak pernah bermain ke rumah Tasya dan kedatangan nya itu bagaikan kejutan bagi Ibu Tasya,sungguh wanita yang berprofesi sebagai dokter itu sangat bahagia."Tante buatin minum dulu ya,kamu langsung pergi aja ke lantai atas.Mungkin Tasya nya lagi nonton Drakor."Wanita itu segera pergi ke dapur.Tanpa menunggu lebih lama lagi,Safira pun mulai naik kelantai atas.Sepi itulah gambaran kamar Tasya sekarang.Dimana keberadaan pemilik kamar itu?"Tasya,"teriak Safira yang tak mendapat respon dari pemilik nama.Perhatian gadis itu teralihkan oleh pintu balkon yang terbuka.Kakinya berjalan ingin
"woy,"teriak Anggara pada seseorang yang tengah tak sadarkan diri di sel yang bersebelahan dengan nya.Tak butuh waktu lama orang yang ia teriaki itupun tersadar."Lo kenapa disini,"tanya Anggara pada laki-laki yang tak lain adalah Toni."Lo juga kenapa ada disini?"tanya balik Toni."Panjang ceritanya,"ujar Anggara mengusap wajah nya kasar.Toni mengedarkan pandangannya ke sekeliling.Ada banyak juga orang-orang yang di masukkan ke dalam sel sepertinya.Sel itu membentuk sebuah lingkaran dan ditengahnya ada brankar.Awalnya mimik wajah Toni biasa saja tapi begitu pandangannya menangkap beberapa benda tajam ia pun langsung tercekat."Bro apakah ini hari terakhir kita ada di dunia ini?"tanya Toni mendekat ke pembatas sel dirinya dengan sel milik Anggara."Gue nggak tau,tapi kayaknya iya,"jawab Anggara menghela nafas untuk kesekian kalinya.Toni menggeleng cepat,bagaimanapun dia tak ingin mati dengan cara nyeleneh,ia ingin ma
Azka mengecek kondisi wanita di depannya,dan hasilnya benar-benar sudah pulih.Hanya mungkin jangan terlalu banyak gerak agar jahitannya tak robek."Seharusnya Lo gak usah nyembuhin gue,toh nantinya kalian bakalan bunuh kita semua kan?"Azka tak menghiraukan ucapan Tasya itu,ia justru memilih menggembok kembali sel Tasya.Azka dibuat hampir serangan jantung begitu ia berbalik dan sudah ada sesosok berhoodie abu-abu yang berdiri sedikit jauh darinya.Semua mata tahanan di dalam sel pada menyipit,tak terlalu jelas siapa yang datang itu.Hanya ada sedikit cahaya yang menyinarinya.Sesosok itu mulai berjalan dan perlahan-lahan membuka topi yang menutupi wajahnya.Tangannya mengacak rambut yang hanya sebahu dengan pelan.Langkahnya terhenti tak begitu jauh dengan jarak Azka.Anggara seketika berdiri dan berjalan ke pintu sel."Safira,"serunya setelah dengan jelas mengetahui wajah seseorang yang datang tersebut."Saf,lari Lo ngapain sih disini,"
Sekertaris Jo memberi hormat pada Tuannya dengan cara membungkukkan badannya.Laki-laki itu terlihat berkeringat dingin,mulutnya komat-kamit seolah ingin mengatakan sesuatu yang sangat sulit untuk ia katakan.Matanya terpejam sejenak,dan menghembuskan nafas yang panjang."tuan,"serunya yang langsung mendapat kode diam dari Daniel."Dimana anak itu?"tanya Daniel yang awalnya menatap ke layar komputer kini beralih ke sekertaris pribadinya.Sekertaris Jo menggeleng."saya pikir dia masih belum pulang,"jawabnya menunduk takut jika tuannya akan marah seperti biasanya.Dan benar saja Tuannya itu malah marah besar.Semua barang yang ada di depannya di jatuhkan tanpa sisa,Daniel bahkan menendang kursi kebesarannya.Ekspresi wajahnya benar-benar menyiratkan kemarahan,kulit wajah yang mulanya berwarna putih bersih kini menjadi merah padam.Tangannya terkepal kuat seolah laki-laki itu tengah menahan gejolak kekesalan dalam dirinya,mungkin dia akan meluapkan semuan
Cetas.Cetas.Cetas.Suara tebasan cambuk menggema di seluruh ruangan yang hanya diisi oleh empat orang termasuk sang pencambuk juga.Safira menyeringai melihat wajah mangsanya yang memperlihatkan ekspresi kekecewaan.Anggara,Toni dan juga Tasya merasakan sakit dipunggungnya masing-masing.Ketiganya hanya bisa pasrah.Bagaimana tidak pasrah tangan mereka saja diikat dengan tali.Meski begitu hanya ada satu diantara ketiganya yang masih tersenyum lebar,yaitu Anggara.Padahal pria itu sudah mendapat cambukan lebih banyak dari kedua temannya yang lain,dan terlebih baju belakangnya sudah mengeluarkan banyak cairan merah."Bagaimana?gue baru beli pecut ini loh,sayang dong kalau rasanya nggak bikin sakit,"ujar Safira sembari duduk di kursi yang menghadap langsung ketiganya."Apakah kita pernah melakukan kesalahan?sampai Lo harus ngelakuin hal seperti ini?"tanya Toni mencari kepastian dari sahabatnya itu.Jika pun ketiganya melakukan kesalahan,mereka pas
Dafa dan Safira berada diruangan yang sama.Entah mengapa ruangan itu berhawa mencekam dan sedikit gerah.Mereka saling melayangkan tatapan,tatapan yang seolah menyiratkan ingin saling membunuh satu sama lain."Siapa yang nyuruh Lo buat bunuh mereka?"Safira memain-mainkan korek apinya.Menyala dan dimatikan sampai berulang kali."Gue nggak pernah nyuruh Lo buat culik dan bunuh mereka loh.Lo dapat perintah ini dari siapa?"Dafa sudah diselamatkan dari kejaran polisi oleh Safira.Bahkan Safira memberikan apartemen yang terbilang cukup luas.Makan juga udah disediain.Tapi kenapa Dafa justru bertindak tanpa perintah dari Tuannya.Hal itu yang membuat Safira marah.Bisa-bisanya Dafa yang akan dijadikan mata-mata dan tangan kiri Safira malah berbuat seperti ini.Hilang sudah kepercayaan Safira pada laki-laki itu.Safira menodongkan pistol yang sudah di isi oleh peluru di depan kepala Dafa."Kalau ke datangan Lo disini cuman jadi beban lebih baik mati saja.Lo itu sebenar
Bola mata berwarna kecoklatan itu nampak kosong menatap kolam renang yang dalamnya sekitar 45 meter dibawah tanah.Sangat dalam kan?tentu,bahkan dasar kolam renangnya saja tak nampak,hanya ada kegelapan.Dipinggiran ada tangga yang langsung menuntun siapa saja yang ingin turun kebawah,tapi ingat harus memakai tabung oksigen agar tak mati karena kehabisan nafas.Kolamnya berbentuk bulat,airnya?jangan ditanya karena sangat bersih.Dan di dalam tak ada ikan maupun hewan berbahaya lainnya.Byurrrr.Jika malaikat maut punya hak untuk mencabut nyawa siapa saja tanpa menunggu perintah Tuhannya,mungkin malaikat maut akan memilih gadis bernama Safira itu.Bahkan gadis itu tak membawa tabung oksigen maupun kacamata untuk masuk kedalam kolam renang.Sungguh Safira sangat nekat dan ugal-ugalan.Dengan sangat lihai Safira menyelam masuk,ia berenang layaknya seekor ikan yang memang hidupnya diperairan.Gadis itu semakin masuk kedalam,bahkan tubuhnya sudah tak terliha