Pagi menyapa dengan sangat cepat. Hari ini adalah hari pertama Syl kerja di kilang plywood ini. Rasanya gugup juga karena Syl tidak terbiasa di tempat yang sedemikian berdebu seperti ini. Syl sudah bangun pagi-pagi sekali bahkan mendahului Mak Nem. Apalagi Dewi yang setiap hari selalu bangun mepet waktu.
"Weh, rajin amat!"
Syl menoleh dan melihat ke arah Dewi yang berantakan. Dia terkekeh sejenak sebelum melanjutkan untuk menggunakan cream pelembab kulitnya. Dia menggunakan ini agar kulitnya tidak gatal-gatal meskipun terkena debu dari triplek. Syl juga berencana untuk menggunakan suncream. Meskipun dja tahu bahwa dia tidak bekerja di bawah sinar matahari.
"Sarapan gak?" tanya Dewi.
Gadis satu ini benar-benar mandi dengan sangat cepat. Apalagi dia juga berpakaian dengan sangat cepat. Bisa dibilang bahwa Dewi melakukan aktifitas paginya hanya lima belas menit. Namun, Syl bisa mengakui bahwa Dewi terlihat rapih meskipun bangun paling akhir.
"Aku sarapan roti tawar biasanya, Kak. Gak kebiasaan makan nasi. Mules," ucap Syl sambil menolak ajakan Dewi. Syl ingin Dewi sarapan berdua dengan Dayat saja. Semenjak Syl datang, Syl merasa tidak enak harus makan bersama Dayat juga.
"Gakpapa. Ayo ikut ke kantin aja. Nanti aku dimarahin abangmu karena dikira lupa bangunin," gurau Dewi.
Syl terkekeh pelan sebelum memutuskan untuk mengangguk. Dia mengambil roti tawar selai kacang yang tadi sudah dia buat dan memasukkannya ke dalam tempat makan. Tidak mungkin dia akan membawa roti tawar begitu saja ke mana-mana. Dia juga membawa kotak susu besar rasa cokelat. Sebenarnya, Syl suka rasa stoberi. Sayangnya, Dayat dan Dewi tidak terlalu suka. Jadi, dia memilih mengalah dan membeli susu rasa cokelat. Bagaimanapun dia juga suka rasa cokelat ini. Ngomong-ngomong soal Dayat, sejak sarapan bersama untuk pertama kalinya, lelaki jangkung itu sudah mengumumkan secara sepihak bahwa dia adalah adiknya. Hal ini semakin membuat para bujangan itu mendengus kesal. Dengan adanya Dewi saja mereka tidak berani mendekat, apalagi ditambah gengsters seperti Dayat?
***
"Sudah tahu di line mana?" tanya Dayat.
"Enggak tahu. Kemarin masih pada ribut. Tapi Ibu Mess nolak kalau aku ditempatin di elektrical," jawab Syl sambil mengunyah roti tawar di mulutnya. Adegan ini membuat beberapa bujang merasa hampir mimisan.
"Betul sih kata Bu Mess, kamu jangan di eletrical. Gak aman!" ucap Dayat sambil melirik ke arah bujang-bujang yang hampir ngences.
Dewi hanya terkekeh saat melihat betapa Dayat lebih protektif daripada dirinya. Padahal, dia dan Dayat benar-benar tidak ada hubungan darah apapun dengan Syl. Namun, mereka merasa bahwa Syl perlu dilindungi. Apalagi saat mereka melihat mata memuja dari para bujangan lapuk itu.
"Menurut Abang, aku bakalan ditempatin di mana?" tanya Syl.
Syl bertanya pada Dayat karena memang dia mungkin saja tahu. Dari seragam yang dia gunakan saat ini, Syl tahu bahwa jabatan Dayat bukan pegawai biasa. Lalu dari Mak Nem, Syl tahu bahwa Dayat adalah seorang Foreman. Dia adalah tangan kanan supervisor. Contohnya di core, Supervisor lebih fokus ke bagian line repair alias penambalan. Jadi, di mesin biasanya ada QC dan Foreman ini.
"Paling mentok di core atau dryers. Gak mungkin langsung di QC apa office," jawab Dayat. Lelaki itu sudah selesai makan. Sekarang dia sedang menatap segelas susu cokelat yang tadi dibawa oleh Syl. Dewi hanya bisa terkekeh melihat kerutan di kening Dayat, tapi lelaki itu tidak berani mengatakan apapun.
"Udah selesai? Balik ke asrama dulu ya, Syl belum pakai sepatu."
Dewi setuju untuk balik ke asrama dulu. Dia sendiri juga belum pakai sepatu karena tidak ingin Syl kembali seorang diri. Dewi juga lupa memberitahu Syl bahwa mereka bisa langsung pergi ke dalam setelah sarapan. Di kilang ini, ada orang yang bekerja sebagai pencuci piring. Setiap piring sudah ada namanya masing-masing. Kerennya, mereka bisa hapal di mana letak loker masing-masing pekerja.
***
Syl berdiri gugup di office bagian atas. Dia berdiri di samping Wulan dan beberapa orang lainnya. Mereka ternyata datang di hari yang sama. Hanya saja, Syl dan Wulan datang terlalu malam. Jadi, mereka tidak tahu bahwa ada anak baru lain selain mereka berdua.
"Sari, Nafwah, kalian ke Dryer ya. Wulan, kamu ke glue. Lalu untuk Syl, kamu di sini dulu," ucap seorang Kakak cantik yang bertugas di office bagian atas.
Syl hanya bisa menghela napas saat melihat teman-teman sesama karyawan baru itu pergi. Mereka sudah mendapat posisi masing-masing. Hanya tinggal Syl seorang diri di sini. Sebenarnya, Syl tidak perlu takut tentang apapun. Dia pasti akan mendapatkan bagian di manapun. Hanya saja, orang-orang atas ini belum menemukan titik terang. Kepala bagian Elektrical menginginkan Syl untuk bergabung di departemennya. Sayangnya, Ibu Mess menolak dengan tegas. Jika wanita itu benar-benar menolak, semua lelaki yang ada tidak bisa berbuat apa-apa.
***
Syl berjalan di belakang lelaki setengah baya. Dia tahu bahwa dia bernama Sumar. Seorang supervisor yang bertanggung jawab di salah satu departemen produksi. Tepatnya di line core. Akhirnya Syl tahu di mana dia ditempatkan. Sayangnya, Syl malah semakin gugup. Dia benar-benar tidak nyaman setelah kejadian di mana anak-anak core bergosip sambil sesekali melirik ke arahnya.
"Kumpul dulu meeting!"
Kata-kata itu segera membuat orang-orang yang sedang duduk akhirnya bangkit. Mereka berbaris dengan sagat rapih. Meskipun mereka sangat tertib, banyak orang yang tahu bahwa mereka sangat antusias. Hal ini disebabkan oleh bergabungnya Syl dengan line produksi mereka. Syl sendiri juga melihat beberapa orang yang dia kenal. Antaranya adalah June dan Mun.
"Syl berdiri di sini dulu. Oke semua, dari apa yang saya tulis di papan ini, kalian sudah tahu, kan? Untuk mesin masih jalan seperti kemarin. Untuk repair, awal waktu kalian kerjakan 2.9 dan 2.5 dulu. Setelah istirahat baru tukar 3.3. Paham?"
"Paham!"
Setelah meeting yang sangat singkat ini, semua orang menyebar ke tempat masing-masing. Sedangkan Syl hanya dengan hampa berdiri di sana. Menunggu Pak Sumar memberikan tempat untuknya. Dan orang itu malah sedang asyik mengobrol dengan kepala mekanik. Syl sendiri tidak ambil pusing tentang hal ini, tapi dia hampir tertawa setelah melihat ekspresi Tanto yang sedikit tertekan. Bagaimana bisa orang itu memasang tampang kesal seperti itu?
"Apa?" tanya Tanto tanpa suara. Hanya bibirnya saja yang membuka dan menutup. Sedangkan Syl hanya menggeleng dan kembali menahan tawa. Dan sayangnya, ekspresi Syl tertangkap basah oleh Kepala Mekanik.
"Bukannya dengerin konsultasi pihak mesin malah godain anak baru!"
Tanto yang tidak bisa menghindar akhirnya menerima sebuah jeweran di kupingnya. Dia menjerit sekali dan memilih untuk meringis saja. Sedangkan Pak Sumar hanya menggelengkan kepala. Dia tahu bahwa anak barunya ini bisa membuat banyak orang hilang fokus. Makanya dia memilih untuk membuat dia memasuki tahap percobaan di core. Jika itu berjalan dengan baik, maka itu akan meringankan bebannya. Namun jika tidak, dia hanya perlu memasangkan gadis ini dengan Andera.
***
Bekerja di bagaian repair core benar-benar tidak semudah yang dibayangkan. Syl benar-benar merasa punggungnya sakit. Belum lagi partner kerjanya yang sangat cerewet. Dan hampir tiap saat seperti sengaja untuk membuat masalah dengannya. Untungnya, Syl buka orang yang gampang menangis. Jadi, dia hanya bisa bertahan sambil melakukan yang terbaik.
"Gimana kerjaan?"
Sebuah suara yang akrab terdengar saat Syl sedang menyendok nasi dengan dongkol. Syl menoleh dan melihat bahwa June sudah duduk di sampingnya. Dia tersenyum dengan lembut sambil memberikan perkedel ke piring Syl. Tindakan ini membuat orang-orang di kantin produksi menjerit histeris.
"Kenapa dikasih ke aku?" tanya Syl bingung. Wajahnya kini memerah.
"Gakpapa. Aku gak suka perkedel kentang. Dan kamu suka banget. Jadi aku kasih ke kamu aja deh bagianku."
Syl terkekeh pelan sebelum mengucapkan terima kasih. Rasa dongkol di hatinya seketika menguap. Ini bukan karena Syl ada rasa dengan June, Syl hanya merasa bahwa June adalah orang yang enak diajak berteman. Namun, Syl juga tahu bahwa berteman dengan June akan membawa masalah. June berbeda dengan Dayat. Meski Dayat juga masuk ke 10 besar the most handsome, tapi Dayat tidak sewelcome June. Namun, meskipun June sangat welcome dan ramah, dia juga tidak pernah memperlakukan wanita seperti saat ini.
"Gimana kerjaan?" tanya June sekali lagi.
"Hahaha, terlalu susah. Aku gak bakat tambal-menambal kayaknya," ucap Syl sambil terkekeh. Jika June bertanya sepuluh menit yang lalu, pasti Syl tidak akan menjawab sesantai ini.
"Siapa Partnernya?"
"Kak Ina kalau gak salah namanya," jawab Syl.
"Ina memang tegas, tapi dia baik kok. Tahan aja, nanti lama-lama kamu juga terbiasa. Ini baru hari pertama kerja. Jadi masih kagok."
Syl mengangguk dengan yakin. Yah, untungnya rasa dongkol di hatinya menghilang begitu saja. Jika tidak, Syl tidak yakin bagaimana menjalani sisa waktu hari ini. Saat Syl memakan makan siangnya dengan riang, June akhirnya menoleh ke samping. Dia merasa ada seseorang yang menatap Syl dengan fokus. Bukan tatapan yang tergila-gila, tapi tatapan yang sepertinya sama seperti tatapan miliknya untuk Syl. Sayangnya, dia tidak menemukan orang yang menatap itu. Meskipun dia sadar bahwa bukan hanya satu orang yang memberikan tatapan serupa.
Syl menatap sekelilingnya dengan kebencian. Apa sih yang sebenarnya diinginkan oleh gadis-gadis ini? Sudah tiga hari dia kerja di sini dan repair miliknya juga sudah memenuhi standar, mengapa mereka masih mencoba memojokkannya? Apakah ini semacam peloncoan bagi anak baru?"Itu masih ada bolong di sudut segitiga atasnya."Suara yang sangat sinis itu membuat Syl akhirnya ditarik kembali dari alam kemarahan. Dia tidak bisa untuk begitu saja marah tanpa alasan yang jelas. Jika seperti ini, orang yang akan palijg bersalah adalah Syl. Jadi, Syl memutuskan untuk tetap diam. Dia ingin melihat apa lagi yang akan mereka lakukan."Makanya kerja jangan mojok aja. Repair kayak gini aja gak pernah bisa. Baru dateng aja udah kegatelan deketin semua cowok. Mana nemplok banget sama June dan Anto!"Syl melirik sumber suara yang memfitnahnya itu. Dan setelah mengetahui sumbernya, Syl tertawa pelan tanpa bisa dicegah. Hal ini benar-benae membuat semua orang merasa aneh. Biasanya
Mak Nem hanya bisa menghela napas saat melihat kaki Syl yang dibalut. Untungnya, kakinya hanya terkilir. Bila kakinya retak, akan lama untuk sembuh. Bukannya, Mak Nem enggan untuk mengurus Syl, hanya saja Syl baru saja masuk kerja belum genap seminggu. Dan dia sudah harus absen selama seminggu juga."Apakah kakimu masih sakit?" tanya Mak Nem.Ini sudah hari ketiga sejak Syl kembali ke asrama dengan digendong oleh Andera. Mak Nem mengenal dengan betul bagaimana sifat asli Andera. Meski anak lelaki itu selalu bersifat dingin dan sepertinya enggan berhubungan dengan orang lain, dia tetap akan sopan dan ramah kepada orang yang lebih tua. Menurut Mak Nem, Andera bisa dibilang anak yang lebih ramah dan sopan dari pada June. Sang Casanova yang terkenal welcome dengan siapa saja."Sudah bisa jalan sedikit-sedikit. Mungkin pas hari kelima udah bisa ngambil nasi sendiri," gurau Syl.Mak Nem hanya bisa menepuk pundak Syl dengan gemas. Menurut Mak Nem, Syl adalah gadis y
Tanto berjalan tergesa ke arah kantin saat dia ingat bahwa Syl tertatih-tatih ke arah sana sepuluh menit yang lalu. Saat dia melihatnya, Tanto baru saja berniat untuk mandi. Jadi, dia tidak bisa mengejarnya begitu saja. Hal inilah yang membuat Tanto ingin memaki dirinya sendiri. Andai Tanto mandi lebih awal, dia pasti akan bisa segera mengejar gadis itu."Mau ke mana?" tanya salah satu teman sekamar Tanto."Kantin!"Tanto sama sekali tidak berniat menunggu temannya itu. Dia melihat ke arah jam tangannya. Sial! Para bujang lapuk shift malam pasti sudah sampai di security gate. Jika mereka tahu Syl sarapan sendirian, Tanto bisa melihat apa yang akan mereka lakukan. Hal ini membuat Tanto merasa tidak nyaman. Apalagi Dewi bilang bahwa Syl tidak suka ditatap seperti itu. Makanya, selama ini Tanto berusaha untuk memandangnya dengan biasa saja. Hanya dia yang tahu bagaimana jantungnya berdetak setiap saat."Syl di kantin sama Andera!""Gila, Andera yang alergi
Hari pertama Syl masuk kerja bisa dibilang adalah hari sial. Syl benar-benar tidak habis pikir bahwa rekan kerjanya akan menjadi orang yang sepicik ini. Tidak tahu apa yang menjadi alasan mereka, tapi mereka menjadi semakin sering untuk membuat masalah. Contohnya seperti saat ini, Syl sedang repair core 2.9. Core ini sudah diberi perintah agar repairnya sedikit lebih rapih. Kalau bisa di-repair sesedikit mungkin. Jadi, Ina dan Syl hanya bisa untuk memilih dan memilah core. Ina berpikir bahwa dia harus mengasingkan terlebih dahulu core dengan mata kayu ataupun lapuk terlalu banyak. Seharusnya, Syl bisa bekerja lebih santai. Hanya saja, selalu ada saja yang menimpanya."Kenapa kamu menabrakku begitu?"Syl memandang ke arah salah satu rekan kerjanya yang sepertinya berniat numpang lewat. Namun, entah mengapa dia malah seperti mendorong Syl. Dan itu menyebabkan air di dalam kaleng akhirnya tumpah di atas core. Menyebabkan setumpuk tinggi core menjadi kembali basah. Ina yang
Syl memandang seorang Kakak Perempuan yang memakai seragam yang beda dari miliknya. Kakak perempuan itu tersenyum lembut sebelum memeriksa jatuhan core yang begitu lebar-lebar. Andera yang tukar mesin dengan Faiz juga berada di samping Kakak Perempuan itu. Sedangkan Faiz terlihat berjalan mendekat ke arah mereka. Andera yang melihat Faiz datang hanya bisa menghela napas gusar sebelum kembali ke mesinnya sendiri."Yah, merajuk," ucap Faiz sambil terkekeh. "Syl, ini Kak Maria. Kalau ada bahan besar-besar begini jatuh banyak, kamu panggil kakak ini. Jangan diem aja. Atau lapor ke aku biar aku yang jalan-jalan."Syl mengangguk dan tersenyum ke arah Maria. Dia melihat bahwa Maria tidak sama seperti anak-anak di bagian repair. Maria memiliki wajah yang menyejukkan. Senyumnya sangat manis, apalagi saat perempuan ini sedang terkekeh."And merajuk?" tanya Maria. Tangannya masih mengukur ketebalan core di setiap sisi."Iya. Padahal bahannya bagus."Maria terkekeh
Andera menatap sejenak ke punggung penyampah barunya. Saat ini, dia melihat ke arah Syl yang sedang duduk di besi penyangga ban berjalan. Sesekali dia juga berbicara dengan Bang Rahman, operator yang menjaga mesin pencacah sampah. Bang Rahman sendiri terbilang damah. Dia juga sudah memiliki seorang istri seperti Faiz. Dan sifatnya yang super membuatnya bisa dekat dengan siapapun. Andera juga bisa melihat Syl dengan nyaman mengobrol dengannya."Gimana kerja di sini?"Andera bisa dengan samar-samar mendengar percakapan dari mereka berdua. Dia juga tahu bahwa sebenarnya Syl tertipu oleh agent yang membawanya. Dan Syl gak berani untuk pulang karena takut untuk ditertawakan oleh ibunya. Andera tahu bahwa Syl pergi ke sini karena tidak ada tempat untuk kembali. Dan ini benar-benar sangat nekad. Andaikan Syl bertemu dangan pabrik yang buruk, dia akan sangat sengsara."Syl, naik ke sini!"Setelah Bang Rahman sibuk dengan mesin pencacah sampahnya, Andera akhirnya
Faiz menatap June yang masih betah berada di mesin sembilan. Dia bingung harus berbuat apa, jadinya dia menatap Maria untuk meminta bantuan. Bagaimanapun juga, Maria adalah seorang perempuan. Dan dia pasti tahu apa yang harus dilakukan. Jadi, Faiz ingin dia membantunya mengatasi krisis ini. Jika hal ini tidak ditangani dengan cepat, Faiz takut bahwa akan ada perpecahan antara Andera dan June. Meskipun Faiz tahu bahwa cepat atau lambat akan ada gesekan antara keduanya, Faiz tidak ingin hal ini begitu cepat terjadi. Untuk Faiz, Andera dan Faiz sudah seperti adiknya sendiri. Jadi, Faiz ingin meminimalkan dampak yang akan dibawa oleh Syl kepada mereka."Syl!"Maria akhirnya membuka suara. Hal ini membuat semua orang—selain Faiz— yang berada di dekat Maria merasa bingung. Terutama untuk para mekanik yang sedang memperbaiki mesin sepuluh."Kak Maria manggil Syl?" tanya Syl.Saat Maria memanggil namanya, Syl langsung bergegas untuk turun dari m
Sinar matahari di ufuk barat mulai memancarkan warna jingganya yang begitu indah. Meskipun begitu, tidak ada yang sempat untuk mengaguminya. Para pekerja migran yang berada di pabrik yang sama dengan Syl sedang sibuk membereskan tempat kerjanya. Seperti halnya Andera di mesin sembilan, dia sedang sibuk menyapu bagian bawah mesin sembilan. Sedangkan yang sedang mengoperasikan mesin adalah Faiz. Mesin milik Faiz sendiri belun selesai diservis. Menurut Tanto, mungkin masih perlu waktu lama untuk memperbaikinya."Syl pergi ke mana sama Maria?" tanya Andera sambil mulai mengangkat sampah yang sudah dia kumpulkan."Enggak tahu. Kayaknya ke office atas. Abis huru-hara mesinnya Hari trus enggak kelihatan lagi mereka berdua," jawab Faiz sambil mengendikkan bahu.Andera juga cuma bisa menghela napas tanpa daya. Memang, saat huru-hara masalah bahan core milih Hari—saat itu pukul tiga sore—Maria dan Syl masih terlihat di antara kelompok besar itu. Namun, setelah