Share

FOUR

Pagi menyapa dengan sangat cepat. Hari ini adalah hari pertama Syl kerja di kilang plywood ini. Rasanya gugup juga karena Syl tidak terbiasa di tempat yang sedemikian berdebu seperti ini. Syl sudah bangun pagi-pagi sekali bahkan mendahului Mak Nem. Apalagi Dewi yang setiap hari selalu bangun mepet waktu.

"Weh, rajin amat!"

Syl menoleh dan melihat ke arah Dewi yang berantakan. Dia terkekeh sejenak sebelum melanjutkan untuk menggunakan cream pelembab kulitnya. Dia menggunakan ini agar kulitnya tidak gatal-gatal meskipun terkena debu dari triplek. Syl juga berencana untuk menggunakan suncream. Meskipun dja tahu bahwa dia tidak bekerja di bawah sinar matahari.

"Sarapan gak?" tanya Dewi.

Gadis satu ini benar-benar mandi dengan sangat cepat. Apalagi dia juga berpakaian dengan sangat cepat. Bisa dibilang bahwa Dewi melakukan aktifitas paginya hanya lima belas menit. Namun, Syl bisa mengakui bahwa Dewi terlihat rapih meskipun bangun paling akhir.

"Aku sarapan roti tawar biasanya, Kak. Gak kebiasaan makan nasi. Mules," ucap Syl sambil menolak ajakan Dewi. Syl ingin Dewi sarapan berdua dengan Dayat saja. Semenjak Syl datang, Syl merasa tidak enak harus makan bersama Dayat juga.

"Gakpapa. Ayo ikut ke kantin aja. Nanti aku dimarahin abangmu karena dikira lupa bangunin," gurau Dewi.

Syl terkekeh pelan sebelum memutuskan untuk mengangguk. Dia mengambil roti tawar selai kacang yang tadi sudah dia buat dan memasukkannya ke dalam tempat makan. Tidak mungkin dia akan membawa roti tawar begitu saja ke mana-mana. Dia juga membawa kotak susu besar rasa cokelat. Sebenarnya, Syl suka rasa stoberi. Sayangnya, Dayat dan Dewi tidak terlalu suka. Jadi, dia memilih mengalah dan membeli susu rasa cokelat. Bagaimanapun dia juga suka rasa cokelat ini. Ngomong-ngomong soal Dayat, sejak sarapan bersama untuk pertama kalinya, lelaki jangkung itu sudah mengumumkan secara sepihak bahwa dia adalah adiknya. Hal ini semakin membuat para bujangan itu mendengus kesal. Dengan adanya Dewi saja mereka tidak berani mendekat, apalagi ditambah gengsters seperti Dayat?

***

"Sudah tahu di line mana?" tanya Dayat.

"Enggak tahu. Kemarin masih pada ribut. Tapi Ibu Mess nolak kalau aku ditempatin di elektrical," jawab Syl sambil mengunyah roti tawar di mulutnya. Adegan ini membuat beberapa bujang merasa hampir mimisan.

"Betul sih kata Bu Mess, kamu jangan di eletrical. Gak aman!" ucap Dayat sambil melirik ke arah bujang-bujang yang hampir ngences.

Dewi hanya terkekeh saat melihat betapa Dayat lebih protektif daripada dirinya. Padahal, dia dan Dayat benar-benar tidak ada hubungan darah apapun dengan Syl. Namun, mereka merasa bahwa Syl perlu dilindungi. Apalagi saat mereka melihat mata memuja dari para bujangan lapuk itu.

"Menurut Abang, aku bakalan ditempatin di mana?" tanya Syl.

Syl bertanya pada Dayat karena memang dia mungkin saja tahu. Dari seragam yang dia gunakan saat ini, Syl tahu bahwa jabatan Dayat bukan pegawai biasa. Lalu dari Mak Nem, Syl tahu bahwa Dayat adalah seorang Foreman. Dia adalah tangan kanan supervisor. Contohnya di core, Supervisor lebih fokus ke bagian line repair alias penambalan. Jadi, di mesin biasanya ada QC dan Foreman ini.

"Paling mentok di core atau dryers. Gak mungkin langsung di QC apa office," jawab Dayat. Lelaki itu sudah selesai makan. Sekarang dia sedang menatap segelas susu cokelat yang tadi dibawa oleh Syl. Dewi hanya bisa terkekeh melihat kerutan di kening Dayat, tapi lelaki itu tidak berani mengatakan apapun.

"Udah selesai? Balik ke asrama dulu ya, Syl belum pakai sepatu."

Dewi setuju untuk balik ke asrama dulu. Dia sendiri juga belum pakai sepatu karena tidak ingin Syl kembali seorang diri. Dewi juga lupa memberitahu Syl bahwa mereka bisa langsung pergi ke dalam setelah sarapan. Di kilang ini, ada orang yang bekerja sebagai pencuci piring. Setiap piring sudah ada namanya masing-masing. Kerennya, mereka bisa hapal di mana letak loker masing-masing pekerja.

***

Syl berdiri gugup di office bagian atas. Dia berdiri di samping Wulan dan beberapa orang lainnya. Mereka ternyata datang di hari yang sama. Hanya saja, Syl dan Wulan datang terlalu malam. Jadi, mereka tidak tahu bahwa ada anak baru lain selain mereka berdua.

"Sari, Nafwah, kalian ke Dryer ya. Wulan, kamu ke glue. Lalu untuk Syl, kamu di sini dulu," ucap seorang Kakak cantik yang bertugas di office bagian atas.

Syl hanya bisa menghela napas saat melihat teman-teman sesama karyawan baru itu pergi. Mereka sudah mendapat posisi masing-masing. Hanya tinggal Syl seorang diri di sini. Sebenarnya, Syl tidak perlu takut tentang apapun. Dia pasti akan mendapatkan bagian di manapun. Hanya saja, orang-orang atas ini belum menemukan titik terang. Kepala bagian Elektrical menginginkan Syl untuk bergabung di departemennya. Sayangnya, Ibu Mess menolak dengan tegas. Jika wanita itu benar-benar menolak, semua lelaki yang ada tidak bisa berbuat apa-apa.

***

Syl berjalan di belakang lelaki setengah baya. Dia tahu bahwa dia bernama Sumar. Seorang supervisor yang bertanggung jawab di salah satu departemen produksi. Tepatnya di line core. Akhirnya Syl tahu di mana dia ditempatkan. Sayangnya, Syl malah semakin gugup. Dia benar-benar tidak nyaman setelah kejadian di mana anak-anak core bergosip sambil sesekali melirik ke arahnya.

"Kumpul dulu meeting!"

Kata-kata itu segera membuat orang-orang yang sedang duduk akhirnya bangkit. Mereka berbaris dengan sagat rapih. Meskipun mereka sangat tertib, banyak orang yang tahu bahwa mereka sangat antusias. Hal ini disebabkan oleh bergabungnya Syl dengan line produksi mereka. Syl sendiri juga melihat beberapa orang yang dia kenal. Antaranya adalah June dan Mun.

"Syl berdiri di sini dulu. Oke semua, dari apa yang saya tulis di papan ini, kalian sudah tahu, kan? Untuk mesin masih jalan seperti kemarin. Untuk repair, awal waktu kalian kerjakan 2.9 dan 2.5 dulu. Setelah istirahat baru tukar 3.3. Paham?"

"Paham!"

Setelah meeting yang sangat singkat ini, semua orang menyebar ke tempat masing-masing. Sedangkan Syl hanya dengan hampa berdiri di sana. Menunggu Pak Sumar memberikan tempat untuknya. Dan orang itu malah sedang asyik mengobrol dengan kepala mekanik. Syl sendiri tidak ambil pusing tentang hal ini, tapi dia hampir tertawa setelah melihat ekspresi Tanto yang sedikit tertekan. Bagaimana bisa orang itu memasang tampang kesal seperti itu?

"Apa?" tanya Tanto tanpa suara. Hanya bibirnya saja yang membuka dan menutup. Sedangkan Syl hanya menggeleng dan kembali menahan tawa. Dan sayangnya, ekspresi Syl tertangkap basah oleh Kepala Mekanik.

"Bukannya dengerin konsultasi pihak mesin malah godain anak baru!"

Tanto yang tidak bisa menghindar akhirnya menerima sebuah jeweran di kupingnya. Dia menjerit sekali dan memilih untuk meringis saja. Sedangkan Pak Sumar hanya menggelengkan kepala. Dia tahu bahwa anak barunya ini bisa membuat banyak orang hilang fokus. Makanya dia memilih untuk membuat dia memasuki tahap percobaan di core. Jika itu berjalan dengan baik, maka itu akan meringankan bebannya. Namun jika tidak, dia hanya perlu memasangkan  gadis ini dengan Andera.

***

Bekerja di bagaian repair core benar-benar tidak semudah yang dibayangkan. Syl benar-benar merasa punggungnya sakit. Belum lagi partner kerjanya yang sangat cerewet. Dan hampir tiap saat seperti sengaja untuk membuat masalah dengannya. Untungnya, Syl buka orang yang gampang menangis. Jadi, dia hanya bisa bertahan sambil melakukan yang terbaik.

"Gimana kerjaan?"

Sebuah suara yang akrab terdengar saat Syl sedang menyendok nasi dengan dongkol. Syl menoleh dan melihat bahwa June sudah duduk di sampingnya. Dia tersenyum dengan lembut sambil memberikan perkedel ke piring Syl. Tindakan ini membuat orang-orang di kantin produksi menjerit histeris.

"Kenapa dikasih ke aku?" tanya Syl bingung. Wajahnya kini memerah.

"Gakpapa. Aku gak suka perkedel kentang. Dan kamu suka banget. Jadi aku kasih ke kamu aja deh bagianku."

Syl terkekeh pelan sebelum mengucapkan terima kasih. Rasa dongkol di hatinya seketika menguap. Ini bukan karena Syl ada rasa dengan June, Syl hanya merasa bahwa June adalah orang yang enak diajak berteman. Namun, Syl juga tahu bahwa berteman dengan June akan membawa masalah. June berbeda dengan Dayat. Meski Dayat juga masuk ke 10 besar the most handsome, tapi Dayat tidak sewelcome June. Namun, meskipun June sangat welcome dan ramah, dia juga tidak pernah memperlakukan wanita seperti saat ini.

"Gimana kerjaan?" tanya June sekali lagi.

"Hahaha, terlalu susah. Aku gak bakat tambal-menambal kayaknya," ucap Syl sambil terkekeh. Jika June bertanya sepuluh menit yang lalu, pasti Syl tidak akan menjawab sesantai ini.

"Siapa Partnernya?"

"Kak Ina kalau gak salah namanya," jawab Syl.

"Ina memang tegas, tapi dia baik kok. Tahan aja, nanti lama-lama kamu juga terbiasa. Ini baru hari pertama kerja. Jadi masih kagok."

Syl mengangguk dengan yakin. Yah, untungnya rasa dongkol di hatinya menghilang begitu saja. Jika tidak, Syl tidak yakin bagaimana menjalani sisa waktu hari ini. Saat Syl memakan makan siangnya dengan riang, June akhirnya menoleh ke samping. Dia merasa ada seseorang yang menatap Syl dengan fokus. Bukan tatapan yang tergila-gila, tapi tatapan yang sepertinya sama seperti tatapan miliknya untuk Syl. Sayangnya, dia tidak menemukan orang yang menatap itu. Meskipun dia sadar bahwa bukan hanya satu orang yang memberikan tatapan serupa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status