Syl baru saja kembali dari koperasi saat dia melihat Ibu Mess berada di asramanya. Dia tidak tahu apa yang dilakukan orang sibuk seperti Ibu Mess di asramanya. Saat Syl dan Dewi masuk asrama, Ibu Mess sedang asyik mengobrol dengan Mak Nem dan Mak Yah.
"Oh, Sisyl udah balik. Apa aja yang dibeli di koperasi?"
Syl hanya bisa tersenyum saat mendengar nama panggilan yang dibuat oleh Mak Yah. Dia tidak mencoba untuk membetulkan panggilan itu. Yah, Syl merasa bahwa itu adalah panggilan kesayangan dari nenek barunya.
"Cuma beberapa cemilan sama rinso gitu. Mak Nem sama Mak Yah lagi break ya? Ibu Mess juga ada di sini," ucap Syl dengan senyum lebar. Dia juga berjalan di belakang Dewi untuk menjabat tangan tiga wanita yang lebih tua itu.
"Ibu Mess di sini mau ketemu kamu. Dia mau tanya apa bener kamu S1 teknik dan S1 management?" tanya Mak Nem mewakili Ibu Mess yang hanya tersenyum di posisinya.
"Syl memang sarjana management tapi Syl baru kuliah empat semester untuk teknik. Jadi belum bisa disebut sarjana teknik," jawab Syl dengan kalem.
Setelah mendengar ucapan Syl, Ibu Mess tidak bisa membantu, tapi terkejut. Dia tidak menyangka bahwa akan ada seorang lulusan sarjana mau bekerja di bagian produksi sebuah kilang Plywood. Jika Syl datang lebih cepat, dia bisa ditempatkan di bagian staff kantor atau staff produksi atas. Sayangnya semua posisi sudah penuh. Hanya ada lowongan elektrik. Namun, Ibu Mess tidak setuju bila Syl masuk ke bagian buaya ini.
"Kenapa di lamaran kamu tertulis lulusan SMA?" tanya Ibu Mess.
"Itu ceritanya panjang, hehehe ...."
Ibu Mess langsung paham dengan apa yang dimaksud oleh Syl. Banyak agent yang memalsukan identitas. Namun, belum ada kasus yang seperti ini. Ibu Mess harus melaporkan hal ini kepada orang office. Kalau tidak, akan sia-sia jika Syl hanya berada di bagian produksi.
"Baiklah. Kamu ganti baju yang sopan. Kita akan ada tahap interview tambahan sebelum menempatkan kamu di line. Ibu tunggu di security gate asrama ya."
Syl mengangguk mengiyakan sebelum akhirnya masuk ke ranjangnya sendiri. Ranjang ini tidak cukup besar, bisa untuk tidur satu orang dan satu meja rias di sampingnya. Lalu di ujung ranjang, ada lemari yang menempel ke tembok. Hal ini benar-benar bisa untuk mengirit sebuah ruangan.
***
Syl baru saja keluar dari kantor office yang terletak di dekat line pengeleman atau glue. Office ini tepatnya di atas line itu sendiri, karyawan di sini selalu menyebutnya office atas. Kalau office pusat disebut dengan office depan. Office atas ini biasanya bekerja untuk bagian pengecekan quality. Selain itu, juga tempat berkumpul para pemimpin produksi.
"Syl!"
Syl menundukkan kepalanya untuk melihat seseorang yang melambaikan tangan dari ujung tangga di bawah. Setelah dilihat dengan cermat, ternyata itu adalah Dewi. Dia membawa banyak berkas di tangannya. Padahal, hari ini adalah hari libur Dewi.
"Kenapa di sini?" tanya Syl dengan penasaran.
"Aku lupa ngelaporin berkas bulanan. Sekarang kan awal bulan, jadi ini berkas konsumsi kayu dan sejenisnya. Tunggu di sini, kita balik bareng ke asrama."
Syl hanya mengangguk saat dia melihat Dewi yang berlari ke arah pintu. Di balik pintu itu adalah tempat di mana Syl seperti di introgasi. Yah, karena waktu diwawancara, ada beberapa orang yang kayaknya gak harus ada di sana. Contohnya seperti Kepala bagian Elektrikal.
***
Beberapa orang di bagian line core bekerja dengan santai. Syl bisa melihat beberapa dari mereka juga bercanda. Syl tidak tahu apa yang mereka lakukan, tapi Syl bisa menangkap sedikit. Mereka sepertinya bertugas sebagai penambal core apabila ada yang bolong. Apalagi core tipe 3.3 yang harus serba mulus. Ada juga core tipe 2.5 yang meskipun gak semulus tipe 3.3, tapi tetap saja dikerjakan dengan baik.
"Lihat, itu anak baru yang jadi perbincangan anak-anak cowok?"
"Iya, itu dia. Emang sih aku akuin dia cantik banget."
"Katanya dia sarjana, tapi ditipu agent makanya dianya ke sini. Bukan ke KL."
"Elu kata siapa?"
"Kata yang satu angkatan sama dia. Si Wulan."
Wanita-wanita muda itu bergosip sambil sesekali membalik core yang sedang mereka kerjakan. Mereka memang sedikit penasaran tentang karyawan baru yang disebut dengan Syl ini. Dan sialnya bagi mereka, Syl bukan tipe orang yang suka duduk-duduk gak jelas di lapangan basket.
"Kalian lihat, dia bengong aja cantik banget."
"Btw, gua pernah dapet gosip katanya tadi pagi pas mau sarapan dia bareng June!"
"June operator mesin empat?"
"Sial, Jun yang ganteng itu?"
Syl hanya memandang ke orang-orang di bawah dengan bingung. Apa yang sedang mereka bicarakan sambil sesekali melirik ke arahnya? Untungnya dia benar-benar berada jauh dari tempat mereka. Kalau tidak, mungkin dia akan mendengar banyak celaan dari para gadis itu.
"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Dewi dengan penasaran. Dia memandang ke arah yang dipandang oleh Syl. Akhirnya tahu bahwa Syl sepertinya sangat ingin tahu tentang Line core ini.
"Mau aku jelasin?" tawar Dewi.
"Boleh." Syl mengangguk dengan setuju. Mungkin, besok akan ada penjelasan ulang, tapi itu hanya di line tempat dia akan bekerja. Jadi, dia menerima tawaran Dewi yang sangat baik hati.
"Tepat di bawah office atas adalah Line glue. Tugasnya adalah ngasih glue ke core yang ditumpuk-tumpuk. Core ini yang nantinya jadi plywood dan dijual. Trus yang ciwi-ciwi itu, mereka disebut dengan repair. Ini adalah bagian dari Line Core. Di sini ada dua bagian line, pertama Line mesin. Kamu inget June? Dia adalah operator mesin di line Core ini.
Selain dua line ini, ada dua lagi line di depan. Dan satu lagi line setelah glue. Abis itu gudang. Dua line pertama itu disebut Rotari dan Dryers. Rotari kamu tahu sendirilah, itu tempat aku kerja. Cowok semua. Aku cewek aja cuma suruh ngurusin berkas. Di line ini, batang kayu yang gede-gede dikupas dan dibikin tipis-tipis gitu.
Nah, abis dari line rotari, core itu masih basah, jadi dikeringin dulu di line dryers. Paham gak?"
Syl mengangguk paham. Sekarang mereka berdua sedang berjalan bersisihan untuk kembali ke asrama. Dia harus lewat tiga line bila ingin keluar. Line yang harus dilewati pertama adalah Line Core mesin. Di sini hampir semua yang kerja adalah cowok. Ada dua cewek dan itu adalah bagian pemilah. Karyawan di sini nyebutnya penyampah. Syl juga bisa melihat June yang sedang berkonsultasi sama cowok berpakaian macam di bengkel warna biru tua. Saat dia menoleh dan melihat Syl dan Dewi, June malah dengan semangat melambaikan tangannya. Hal ini membuat Dewi memelototi cowok bergingsul itu.
"Untungnya kamu keluar sama aku. Kalau sendiri, buaya-buaya ini udah pada nerkam kayaknya," gurau Dewi.
Meskipun Dewi biasanya juga berada di pusat perhatian, tapi tidak sekuat saat ini. Syl benar-benar bisa bikin sebuah kota berperang cuma karena kecantikannya saja. Orang-orang ini belum tahu bahwa suara Syl benar-benar bagus. Jika mereka tahu, bukankah lelaki itu akan menggila? Dewi sangat takut akan hal ini.
"Dew, kok kerja?"
Sebuah sapaan itu membuat Dewi sadar dari lamunannya. Dia melihat seorang lelaki dengan seragam mekanik berdiri tidak jauh dari tempat Syl dan Dewi berada. Hanya sepuluh langkah sampai mereka berpapasan. Yah, Dewi tahu siapa lelaki ini. Dia adalah Tantowi atau biasanya dipanggil dengan sebutan Tanto atau Anto. Dia mekanik paling enak diajak diskusi soal mesin. Apalagi mukanya bener-bener sangat ganteng. Apalagi kalau dia senyum dan lesung pipitnya kelihatan. Banyak orang yang berpendapat bahwa Andera dan Tanto berada di level yang sama. Jadi sebenarnya, peringkat ganteng pertama itu adalah Andera dan Tanto. Sedangkan june berada di peringkat kedua.
"Abis dimaki karena lupa nyerahin berkas," ucap Dewi sambil terkekeh. Dewi sudah terbiasa berbicara blak-blakan dengan anak-anak mekanik. Jadi dia terlihat akrab dengan Tanto.
"Anak baru?" tanya Tanto dengan bingung. Syl juga merasa sedikit nyaman berada di samping Tanto karena tidak ada tatapan ingin menerkam dari lelaki itu.
"Iya anak baru. Adek gua ini. Namanya Syl," ucap Dewi sambil menggandeng tangan Syl. "Syl, ini Tanto. Mekanik terhandal. Bisa dibilang cowok paling ganteng kalau gak ada Andera," ucap Dewi sambil terkekeh.
"Hallo, Bang. Salam kenal," ucap Syl sambil menganggukkan kepalanya. Dia ingin mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, tapi dia tidak berani untuk mengawali.
"Hallo, kamu bisa panggil aku Tanto kayak Dewi manggil aku. Atau ikut anak-anak yang lain manggil aku Anto. Untungnya aku udah cuci tangan," ucapnya sambil bergurau. Tanto mengulurkan tangannya, mengajak Syl untuk secara resmi berkenalam. Melihat uluran tangan itu, Syl tersenyum hangat dan menyambutnya.
"Oke deh. Aku masih ada mesin yang kudu diservis. Nanti Pak Sumar ngamuk kalau malah ngobrol di sini," ucap Tanto. Dia melambaikan tangan sejenak sebelum melangkah menuju ke mesin yang dioperasikan oleh June.
"Pak Sumar siapa?" tanya Syl. Kali ini mereka berjalan kembali ke asrama tanpa hambatan. Lelaki di sepanjang jalan hanya melihat ke arah mereka tanpa berani mendekatinya. Terutama karena ada Dewi di sekitar Syl.
"Pak Sumar mah supervisor bagian repair. Biasanya beliau yang paling sering komplain soal quality," jawab Dewi sambil terkekeh.
Syl mengangguk paham. Sepertinya mulai hari ini dia harus mengingat beberapa nama yang penting. Yah, untungnya dia tidak mengalami masalah di memorinya. Jadi, banyak orang baru tidak akan bermasalah. Namun, Syl benar-benar penasaran dengan orang bernama Andera. Dia bisa dibilang lebih ganteng daripada Tanto yang baru saja dia kenal. Syl jadi membayangkan gimana wajah Andera yang sebenarnya. Karena melamunkan ini, Syl benar-benar tidak fokus untuk mendengarkan penjelasan Dewi tentang alur produksi. Dia benar-benar merasa bersalah, tapi mau bagaimana lagi. Meskipun dia pendiam, dia tetap akan penasaran bila soal orang-orang tampan.
Pagi menyapa dengan sangat cepat. Hari ini adalah hari pertama Syl kerja di kilang plywood ini. Rasanya gugup juga karena Syl tidak terbiasa di tempat yang sedemikian berdebu seperti ini. Syl sudah bangun pagi-pagi sekali bahkan mendahului Mak Nem. Apalagi Dewi yang setiap hari selalu bangun mepet waktu."Weh, rajin amat!"Syl menoleh dan melihat ke arah Dewi yang berantakan. Dia terkekeh sejenak sebelum melanjutkan untuk menggunakan cream pelembab kulitnya. Dia menggunakan ini agar kulitnya tidak gatal-gatal meskipun terkena debu dari triplek. Syl juga berencana untuk menggunakan suncream. Meskipun dja tahu bahwa dia tidak bekerja di bawah sinar matahari."Sarapan gak?" tanya Dewi.Gadis satu ini benar-benar mandi dengan sangat cepat. Apalagi dia juga berpakaian dengan sangat cepat. Bisa dibilang bahwa Dewi melakukan aktifitas paginya hanya lima belas menit. Namun, Syl bisa mengakui bahwa Dewi terlihat rapih meskipun bangun paling akhir."Aku sarapan r
Syl menatap sekelilingnya dengan kebencian. Apa sih yang sebenarnya diinginkan oleh gadis-gadis ini? Sudah tiga hari dia kerja di sini dan repair miliknya juga sudah memenuhi standar, mengapa mereka masih mencoba memojokkannya? Apakah ini semacam peloncoan bagi anak baru?"Itu masih ada bolong di sudut segitiga atasnya."Suara yang sangat sinis itu membuat Syl akhirnya ditarik kembali dari alam kemarahan. Dia tidak bisa untuk begitu saja marah tanpa alasan yang jelas. Jika seperti ini, orang yang akan palijg bersalah adalah Syl. Jadi, Syl memutuskan untuk tetap diam. Dia ingin melihat apa lagi yang akan mereka lakukan."Makanya kerja jangan mojok aja. Repair kayak gini aja gak pernah bisa. Baru dateng aja udah kegatelan deketin semua cowok. Mana nemplok banget sama June dan Anto!"Syl melirik sumber suara yang memfitnahnya itu. Dan setelah mengetahui sumbernya, Syl tertawa pelan tanpa bisa dicegah. Hal ini benar-benae membuat semua orang merasa aneh. Biasanya
Mak Nem hanya bisa menghela napas saat melihat kaki Syl yang dibalut. Untungnya, kakinya hanya terkilir. Bila kakinya retak, akan lama untuk sembuh. Bukannya, Mak Nem enggan untuk mengurus Syl, hanya saja Syl baru saja masuk kerja belum genap seminggu. Dan dia sudah harus absen selama seminggu juga."Apakah kakimu masih sakit?" tanya Mak Nem.Ini sudah hari ketiga sejak Syl kembali ke asrama dengan digendong oleh Andera. Mak Nem mengenal dengan betul bagaimana sifat asli Andera. Meski anak lelaki itu selalu bersifat dingin dan sepertinya enggan berhubungan dengan orang lain, dia tetap akan sopan dan ramah kepada orang yang lebih tua. Menurut Mak Nem, Andera bisa dibilang anak yang lebih ramah dan sopan dari pada June. Sang Casanova yang terkenal welcome dengan siapa saja."Sudah bisa jalan sedikit-sedikit. Mungkin pas hari kelima udah bisa ngambil nasi sendiri," gurau Syl.Mak Nem hanya bisa menepuk pundak Syl dengan gemas. Menurut Mak Nem, Syl adalah gadis y
Tanto berjalan tergesa ke arah kantin saat dia ingat bahwa Syl tertatih-tatih ke arah sana sepuluh menit yang lalu. Saat dia melihatnya, Tanto baru saja berniat untuk mandi. Jadi, dia tidak bisa mengejarnya begitu saja. Hal inilah yang membuat Tanto ingin memaki dirinya sendiri. Andai Tanto mandi lebih awal, dia pasti akan bisa segera mengejar gadis itu."Mau ke mana?" tanya salah satu teman sekamar Tanto."Kantin!"Tanto sama sekali tidak berniat menunggu temannya itu. Dia melihat ke arah jam tangannya. Sial! Para bujang lapuk shift malam pasti sudah sampai di security gate. Jika mereka tahu Syl sarapan sendirian, Tanto bisa melihat apa yang akan mereka lakukan. Hal ini membuat Tanto merasa tidak nyaman. Apalagi Dewi bilang bahwa Syl tidak suka ditatap seperti itu. Makanya, selama ini Tanto berusaha untuk memandangnya dengan biasa saja. Hanya dia yang tahu bagaimana jantungnya berdetak setiap saat."Syl di kantin sama Andera!""Gila, Andera yang alergi
Hari pertama Syl masuk kerja bisa dibilang adalah hari sial. Syl benar-benar tidak habis pikir bahwa rekan kerjanya akan menjadi orang yang sepicik ini. Tidak tahu apa yang menjadi alasan mereka, tapi mereka menjadi semakin sering untuk membuat masalah. Contohnya seperti saat ini, Syl sedang repair core 2.9. Core ini sudah diberi perintah agar repairnya sedikit lebih rapih. Kalau bisa di-repair sesedikit mungkin. Jadi, Ina dan Syl hanya bisa untuk memilih dan memilah core. Ina berpikir bahwa dia harus mengasingkan terlebih dahulu core dengan mata kayu ataupun lapuk terlalu banyak. Seharusnya, Syl bisa bekerja lebih santai. Hanya saja, selalu ada saja yang menimpanya."Kenapa kamu menabrakku begitu?"Syl memandang ke arah salah satu rekan kerjanya yang sepertinya berniat numpang lewat. Namun, entah mengapa dia malah seperti mendorong Syl. Dan itu menyebabkan air di dalam kaleng akhirnya tumpah di atas core. Menyebabkan setumpuk tinggi core menjadi kembali basah. Ina yang
Syl memandang seorang Kakak Perempuan yang memakai seragam yang beda dari miliknya. Kakak perempuan itu tersenyum lembut sebelum memeriksa jatuhan core yang begitu lebar-lebar. Andera yang tukar mesin dengan Faiz juga berada di samping Kakak Perempuan itu. Sedangkan Faiz terlihat berjalan mendekat ke arah mereka. Andera yang melihat Faiz datang hanya bisa menghela napas gusar sebelum kembali ke mesinnya sendiri."Yah, merajuk," ucap Faiz sambil terkekeh. "Syl, ini Kak Maria. Kalau ada bahan besar-besar begini jatuh banyak, kamu panggil kakak ini. Jangan diem aja. Atau lapor ke aku biar aku yang jalan-jalan."Syl mengangguk dan tersenyum ke arah Maria. Dia melihat bahwa Maria tidak sama seperti anak-anak di bagian repair. Maria memiliki wajah yang menyejukkan. Senyumnya sangat manis, apalagi saat perempuan ini sedang terkekeh."And merajuk?" tanya Maria. Tangannya masih mengukur ketebalan core di setiap sisi."Iya. Padahal bahannya bagus."Maria terkekeh
Andera menatap sejenak ke punggung penyampah barunya. Saat ini, dia melihat ke arah Syl yang sedang duduk di besi penyangga ban berjalan. Sesekali dia juga berbicara dengan Bang Rahman, operator yang menjaga mesin pencacah sampah. Bang Rahman sendiri terbilang damah. Dia juga sudah memiliki seorang istri seperti Faiz. Dan sifatnya yang super membuatnya bisa dekat dengan siapapun. Andera juga bisa melihat Syl dengan nyaman mengobrol dengannya."Gimana kerja di sini?"Andera bisa dengan samar-samar mendengar percakapan dari mereka berdua. Dia juga tahu bahwa sebenarnya Syl tertipu oleh agent yang membawanya. Dan Syl gak berani untuk pulang karena takut untuk ditertawakan oleh ibunya. Andera tahu bahwa Syl pergi ke sini karena tidak ada tempat untuk kembali. Dan ini benar-benar sangat nekad. Andaikan Syl bertemu dangan pabrik yang buruk, dia akan sangat sengsara."Syl, naik ke sini!"Setelah Bang Rahman sibuk dengan mesin pencacah sampahnya, Andera akhirnya
Faiz menatap June yang masih betah berada di mesin sembilan. Dia bingung harus berbuat apa, jadinya dia menatap Maria untuk meminta bantuan. Bagaimanapun juga, Maria adalah seorang perempuan. Dan dia pasti tahu apa yang harus dilakukan. Jadi, Faiz ingin dia membantunya mengatasi krisis ini. Jika hal ini tidak ditangani dengan cepat, Faiz takut bahwa akan ada perpecahan antara Andera dan June. Meskipun Faiz tahu bahwa cepat atau lambat akan ada gesekan antara keduanya, Faiz tidak ingin hal ini begitu cepat terjadi. Untuk Faiz, Andera dan Faiz sudah seperti adiknya sendiri. Jadi, Faiz ingin meminimalkan dampak yang akan dibawa oleh Syl kepada mereka."Syl!"Maria akhirnya membuka suara. Hal ini membuat semua orang—selain Faiz— yang berada di dekat Maria merasa bingung. Terutama untuk para mekanik yang sedang memperbaiki mesin sepuluh."Kak Maria manggil Syl?" tanya Syl.Saat Maria memanggil namanya, Syl langsung bergegas untuk turun dari m