Share

THREE

Syl baru saja kembali dari koperasi saat dia melihat Ibu Mess berada di asramanya. Dia tidak tahu apa yang dilakukan orang sibuk seperti Ibu Mess di asramanya. Saat Syl dan Dewi masuk asrama, Ibu Mess sedang asyik mengobrol dengan Mak Nem dan Mak Yah.

"Oh, Sisyl udah balik. Apa aja yang dibeli di koperasi?"

Syl hanya bisa tersenyum saat mendengar nama panggilan yang dibuat oleh Mak Yah. Dia tidak mencoba untuk membetulkan panggilan itu. Yah, Syl merasa bahwa itu adalah panggilan kesayangan dari nenek barunya.

"Cuma beberapa cemilan sama rinso gitu. Mak Nem sama Mak Yah lagi break ya? Ibu Mess juga ada di sini," ucap Syl dengan senyum lebar. Dia juga berjalan di belakang Dewi untuk menjabat tangan tiga wanita yang lebih tua itu.

"Ibu Mess di sini mau ketemu kamu. Dia mau tanya apa bener kamu S1 teknik dan S1 management?" tanya Mak Nem mewakili Ibu Mess yang hanya tersenyum di posisinya.

"Syl memang sarjana management tapi Syl baru kuliah empat semester untuk teknik. Jadi belum bisa disebut sarjana teknik," jawab Syl dengan kalem.

Setelah mendengar ucapan Syl, Ibu Mess tidak bisa membantu, tapi terkejut. Dia tidak menyangka bahwa akan ada seorang lulusan sarjana mau bekerja di bagian produksi sebuah kilang Plywood. Jika Syl datang lebih cepat, dia bisa ditempatkan di bagian staff kantor atau staff produksi atas. Sayangnya semua posisi sudah penuh. Hanya ada lowongan elektrik. Namun, Ibu Mess tidak setuju bila Syl masuk ke bagian buaya ini.

"Kenapa di lamaran kamu tertulis lulusan SMA?" tanya Ibu Mess.

"Itu ceritanya panjang, hehehe ...."

Ibu Mess langsung paham dengan apa yang dimaksud oleh Syl. Banyak agent yang memalsukan identitas. Namun, belum ada kasus yang seperti ini. Ibu Mess harus melaporkan hal ini kepada orang office. Kalau tidak, akan sia-sia jika Syl hanya berada di bagian produksi.

"Baiklah. Kamu ganti baju yang sopan. Kita akan ada tahap interview tambahan sebelum menempatkan kamu di line. Ibu tunggu di security gate asrama ya."

Syl mengangguk mengiyakan sebelum akhirnya masuk ke ranjangnya sendiri. Ranjang ini tidak cukup besar, bisa untuk tidur satu orang dan satu meja rias di sampingnya. Lalu di ujung ranjang, ada lemari yang menempel ke tembok. Hal ini benar-benar bisa untuk mengirit sebuah ruangan.

***

Syl baru saja keluar dari kantor office yang terletak di dekat line pengeleman atau glue. Office ini tepatnya di atas line itu sendiri, karyawan di sini selalu menyebutnya office atas. Kalau office pusat disebut dengan office depan. Office atas ini biasanya bekerja untuk bagian pengecekan quality. Selain itu, juga tempat berkumpul para pemimpin produksi.

"Syl!"

Syl menundukkan kepalanya untuk melihat seseorang yang melambaikan tangan dari ujung tangga di bawah. Setelah dilihat dengan cermat, ternyata itu adalah Dewi. Dia membawa banyak berkas di tangannya. Padahal, hari ini adalah hari libur Dewi.

"Kenapa di sini?" tanya Syl dengan penasaran.

"Aku lupa ngelaporin berkas bulanan. Sekarang kan awal bulan, jadi ini berkas konsumsi kayu dan sejenisnya. Tunggu di sini, kita balik bareng ke asrama."

Syl hanya mengangguk saat dia melihat Dewi yang berlari ke arah pintu. Di balik pintu itu adalah tempat di mana Syl seperti di introgasi. Yah, karena waktu diwawancara, ada beberapa orang yang kayaknya gak harus ada di sana. Contohnya seperti Kepala bagian Elektrikal.

***

Beberapa orang di bagian line core bekerja dengan santai. Syl bisa melihat beberapa dari mereka juga bercanda. Syl tidak tahu apa yang mereka lakukan, tapi Syl bisa menangkap sedikit. Mereka sepertinya bertugas sebagai penambal core apabila ada yang bolong. Apalagi core tipe 3.3 yang harus serba mulus. Ada juga core tipe 2.5 yang meskipun gak semulus tipe 3.3, tapi tetap saja dikerjakan dengan baik.

"Lihat, itu anak baru yang jadi perbincangan anak-anak cowok?"

"Iya, itu dia. Emang sih aku akuin dia cantik banget."

"Katanya dia sarjana, tapi ditipu agent makanya dianya ke sini. Bukan ke KL."

"Elu kata siapa?"

"Kata yang satu angkatan sama dia. Si Wulan."

Wanita-wanita muda itu bergosip sambil sesekali membalik core yang sedang mereka kerjakan. Mereka memang sedikit penasaran tentang karyawan baru yang disebut dengan Syl ini. Dan sialnya bagi mereka, Syl bukan tipe orang yang suka duduk-duduk gak jelas di lapangan basket.

"Kalian lihat, dia bengong aja cantik banget."

"Btw, gua pernah dapet gosip katanya tadi pagi pas mau sarapan dia bareng June!"

"June operator mesin empat?"

"Sial, Jun yang ganteng itu?"

Syl hanya memandang ke orang-orang di bawah dengan bingung. Apa yang sedang mereka bicarakan sambil sesekali melirik ke arahnya? Untungnya dia benar-benar berada jauh dari tempat mereka. Kalau tidak, mungkin dia akan mendengar banyak celaan dari para gadis itu.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Dewi dengan penasaran. Dia memandang ke arah yang dipandang oleh Syl. Akhirnya tahu bahwa Syl sepertinya sangat ingin tahu tentang Line core ini.

"Mau aku jelasin?" tawar Dewi.

"Boleh." Syl mengangguk dengan setuju. Mungkin, besok akan ada penjelasan ulang, tapi itu hanya di line tempat dia akan bekerja. Jadi, dia menerima tawaran Dewi yang sangat baik hati.

"Tepat di bawah office atas adalah Line glue. Tugasnya adalah ngasih glue ke core yang ditumpuk-tumpuk. Core ini yang nantinya jadi plywood dan dijual. Trus yang ciwi-ciwi itu, mereka disebut dengan repair. Ini adalah bagian dari Line Core. Di sini ada dua bagian line, pertama Line mesin. Kamu inget June? Dia adalah operator mesin di line Core ini.

Selain dua line ini, ada dua lagi line di depan. Dan satu lagi line setelah glue. Abis itu gudang. Dua line pertama itu disebut Rotari dan Dryers. Rotari kamu tahu sendirilah, itu tempat aku kerja. Cowok semua. Aku cewek aja cuma suruh ngurusin berkas. Di line ini, batang kayu yang gede-gede dikupas dan dibikin tipis-tipis gitu.

Nah, abis dari line rotari, core itu masih basah, jadi dikeringin dulu di line dryers. Paham gak?"

Syl mengangguk paham. Sekarang mereka berdua sedang berjalan bersisihan untuk kembali ke asrama. Dia harus lewat tiga line bila ingin keluar. Line yang harus dilewati pertama adalah Line Core mesin. Di sini hampir semua yang kerja adalah cowok. Ada dua cewek dan itu adalah bagian pemilah. Karyawan di sini nyebutnya penyampah. Syl juga bisa melihat June yang sedang berkonsultasi sama cowok berpakaian macam di bengkel warna biru tua. Saat dia menoleh dan melihat Syl dan Dewi, June malah dengan semangat melambaikan tangannya. Hal ini membuat Dewi memelototi cowok bergingsul itu.

"Untungnya kamu keluar sama aku. Kalau sendiri, buaya-buaya ini udah pada nerkam kayaknya," gurau Dewi.

Meskipun Dewi biasanya juga berada di pusat perhatian, tapi tidak sekuat saat ini. Syl benar-benar bisa bikin sebuah kota berperang cuma karena kecantikannya saja. Orang-orang ini belum tahu bahwa suara Syl benar-benar bagus. Jika mereka tahu, bukankah lelaki itu akan menggila? Dewi sangat takut akan hal ini.

"Dew, kok kerja?"

Sebuah sapaan itu membuat Dewi sadar dari lamunannya. Dia melihat seorang lelaki dengan seragam mekanik berdiri tidak jauh dari tempat Syl dan Dewi berada. Hanya sepuluh langkah sampai mereka berpapasan. Yah, Dewi tahu siapa lelaki ini. Dia adalah Tantowi atau biasanya dipanggil dengan sebutan Tanto atau Anto. Dia mekanik paling enak diajak diskusi soal mesin. Apalagi mukanya bener-bener sangat ganteng. Apalagi kalau dia senyum dan lesung pipitnya kelihatan. Banyak orang yang berpendapat bahwa Andera dan Tanto berada di level yang sama. Jadi sebenarnya, peringkat ganteng pertama itu adalah Andera dan Tanto. Sedangkan june berada di peringkat kedua.

"Abis dimaki karena lupa nyerahin berkas," ucap Dewi sambil terkekeh. Dewi sudah terbiasa berbicara blak-blakan dengan anak-anak mekanik. Jadi dia terlihat akrab dengan Tanto.

"Anak baru?" tanya Tanto dengan bingung. Syl juga merasa sedikit nyaman berada di samping Tanto karena tidak ada tatapan ingin menerkam dari lelaki itu.

"Iya anak baru. Adek gua ini. Namanya Syl," ucap Dewi sambil menggandeng tangan Syl. "Syl, ini Tanto. Mekanik terhandal. Bisa dibilang cowok paling ganteng kalau gak ada Andera," ucap Dewi sambil terkekeh.

"Hallo, Bang. Salam kenal," ucap Syl sambil menganggukkan kepalanya. Dia ingin mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, tapi dia tidak berani untuk mengawali.

"Hallo, kamu bisa panggil aku Tanto kayak Dewi manggil aku. Atau ikut anak-anak yang lain manggil aku Anto. Untungnya aku udah cuci tangan," ucapnya sambil bergurau. Tanto mengulurkan tangannya, mengajak Syl untuk secara resmi berkenalam. Melihat uluran tangan itu, Syl tersenyum hangat dan menyambutnya.

"Oke deh. Aku masih ada mesin yang kudu diservis. Nanti Pak Sumar ngamuk kalau malah ngobrol di sini," ucap Tanto. Dia melambaikan tangan sejenak sebelum melangkah menuju ke mesin yang dioperasikan oleh June.

"Pak Sumar siapa?" tanya Syl. Kali ini mereka berjalan kembali ke asrama tanpa hambatan. Lelaki di sepanjang jalan hanya melihat ke arah mereka tanpa berani mendekatinya. Terutama karena ada Dewi di sekitar Syl.

"Pak Sumar mah supervisor bagian repair. Biasanya beliau yang paling sering komplain soal quality," jawab Dewi sambil terkekeh.

Syl mengangguk paham. Sepertinya mulai hari ini dia harus mengingat beberapa nama yang penting. Yah, untungnya dia tidak mengalami masalah di memorinya. Jadi, banyak orang baru tidak akan bermasalah. Namun, Syl benar-benar penasaran dengan orang bernama Andera. Dia bisa dibilang lebih ganteng daripada Tanto yang baru saja dia kenal. Syl jadi membayangkan gimana wajah Andera yang sebenarnya. Karena melamunkan ini, Syl benar-benar tidak fokus untuk mendengarkan penjelasan Dewi tentang alur produksi. Dia benar-benar merasa bersalah, tapi mau bagaimana lagi. Meskipun dia pendiam, dia tetap akan penasaran bila soal orang-orang tampan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status