"Tidak bisakah kamu membuka hatimu untukku?"
Lelaki dewasa itu menatap perempuan yang berada tepat di sampingnya. Wajah perempuan itu sangat suram. Tidak ada sedikit pun semangat yang terlihat di matanya. Bibirnya juga pucat dan pecah-pecah.
"Ini sudah hampir setahun, tidak bisakah kamu merelakan dia?"
Perempuan itu menoleh. Di matanya terlihat sebuah kegetiran yang benar-benar menusuk hati teman lelakinya itu. Setelah menatap lelaki itu sejenak, dia hanya bisa menggeleng dengan pelan. Hal ini benar-benar menggambarkan seberapa rapuhnya perempuan di depannya itu.
"Sylvhy, kamu seperti hanya bisa membuat dia semakin bersedih!"
Perempuan yang dipanggil Sylvhy itu menoleh. Dia tersenyum tipis sebelum akhirnya memilih untuk bangkit. Sylvhy berjalan sambil sesekali menatap ke arah burung-burung yang berterbangan di langit. Dia juga sesekali menatap hamparan pasir yang tepat berada di bawah kakinya. Ya, saat ini dia berada di sebuah Pantai yang cukup terkenal di daerah Purworejo. Tempat perempuan itu dilahirkan dan tempat semua kenangan yang dia miliki dikuburkan.
"Kamu mau ke mana?" tanya lelaki itu. Dia berusaha untuk menyamai langkahnya. Setelah berada tepat di samping perempuannya, dia menggenggam tangan dengan paksa.
"Aku akan pergi ke rumahnya. Dan tolong, jangan melakukan hal seperti ini lagi."
Sylvhy akhirnya bisa melepaskan genggaman tangan lelaki itu. Meskipun hari-jarinya sedikit terasa nyeri, dia masih merasa lega. Dia tak ingin memberikan harapan kepada lelaki manapun. Hatinya sudah dibawa pergi oleh lelaki jahat itu. Dan tak mungkin untuk membuka lembaran baru dengan kisah asmara yang nyaris sama.
"Aku anterin ya," pinta Lelaki itu.
"Tidak perlu. Aku sudah memanggil Ojol!" tolak Shylvhy sambil melambaikan ponselnya. Di layar ponsel itu memang terlihat bahwa Sylvhy sudah memesan ojek online.
"Baiklah."
Lelaki itu hanya bisa menatap punggung Sylvhy yang menjauh. Dan dia hanya bisa menghela napas dengan pasrah. Sebenarnya, dia sudah bisa menerima semuanya. Hanya saja, dia tidak ingin melihat perempuan yang dia cintai terpuruk selama ini.
"Takdir memang begitu kejam, bukan?"
Yogyakarta, 14 Agustus 2015Bandara Internasional Adisucipto terlihat sangat ramai meskipun bukan dalam bulan liburan. Para pelancong terlihat di setiap sudut bandara. Bercampur dengan petugas bandara yang sebagian besar memakai baju seragam berwarna biru. Di salah satu sudut bandara, terlihat seorang gadis cantik sedang sibuk menoleh ke kanan dan kiri. Sepertinya dia sedang mencoba menemukan seseorang di tengah lautan manusia ini."Sylvhya, ayo check-in dulu!"Suara yang tiba-tiba terdengar itu membuat gadis bernama Sylvhya itu menoleh dengan kaget. Dia melihat lelaki gendut dengan kemeja kekecilan berjalan ke arahnya. Dia menenteng sebuah tas ransel yang terlihat sangat enteng. Di sampingnya, ada juga seorang gadis yang seumuran dengan Sylvhya. Sepertinya gadis itu juga berencana untuk bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia di Malaysia.Yah, memang, alasan mengapa gadis cantik seperti Sylvhya di bandara kali ini bukan untuk liburan. Dia baru saja memantapka
Syl baru saja membuka matanya saat dia merasakan bahwa sekitarnya terlalu ribut. Dia ingin memarahi orang-orang ini sebelum akhirnya mengingat bahwa dia sekarang berada di asrama, bukan berada di kamar pribadinya. Syl duduk sebentar sebelum akhirnya memilih untuk menuangkan air putih ke gelasnya. Ini adalah hal-hal rutin yang dia lakukan setelah bangun tidur. Minum air putih dua gelas sebelum cuci muka dan sikat gigi."Syl sudah bangun?" tanya seorang wanita paruh baya yang ranjangnya terletak di depannya. Syl ingat bahwa nama wanita paruh baya ini adalah Mak Nem."Sudah, Mak. Biasanya aku juga sholat subuh lebih awal. Cuma hari ini bener-benar capek. Ngomong-ngomong, kita sholatnya di mana ya?" tanya Syl sambil melihat sekeliling. Tidak ada tempat yang bisa untuk sholat di dalam kamar asrama ini."Kita sholatnya di Masjid. Masjid ada di antara asrama cowok sama cewek. Mak, biar Dewi saja yang nganterin," ucap seorang cewek yang ranjangnya tepat di samping Syl.
Syl baru saja kembali dari koperasi saat dia melihat Ibu Mess berada di asramanya. Dia tidak tahu apa yang dilakukan orang sibuk seperti Ibu Mess di asramanya. Saat Syl dan Dewi masuk asrama, Ibu Mess sedang asyik mengobrol dengan Mak Nem dan Mak Yah."Oh, Sisyl udah balik. Apa aja yang dibeli di koperasi?"Syl hanya bisa tersenyum saat mendengar nama panggilan yang dibuat oleh Mak Yah. Dia tidak mencoba untuk membetulkan panggilan itu. Yah, Syl merasa bahwa itu adalah panggilan kesayangan dari nenek barunya."Cuma beberapa cemilan sama rinso gitu. Mak Nem sama Mak Yah lagi break ya? Ibu Mess juga ada di sini," ucap Syl dengan senyum lebar. Dia juga berjalan di belakang Dewi untuk menjabat tangan tiga wanita yang lebih tua itu."Ibu Mess di sini mau ketemu kamu. Dia mau tanya apa bener kamu S1 teknik dan S1 management?" tanya Mak Nem mewakili Ibu Mess yang hanya tersenyum di posisinya."Syl memang sarjana management tapi Syl baru kuliah empat semester u
Pagi menyapa dengan sangat cepat. Hari ini adalah hari pertama Syl kerja di kilang plywood ini. Rasanya gugup juga karena Syl tidak terbiasa di tempat yang sedemikian berdebu seperti ini. Syl sudah bangun pagi-pagi sekali bahkan mendahului Mak Nem. Apalagi Dewi yang setiap hari selalu bangun mepet waktu."Weh, rajin amat!"Syl menoleh dan melihat ke arah Dewi yang berantakan. Dia terkekeh sejenak sebelum melanjutkan untuk menggunakan cream pelembab kulitnya. Dia menggunakan ini agar kulitnya tidak gatal-gatal meskipun terkena debu dari triplek. Syl juga berencana untuk menggunakan suncream. Meskipun dja tahu bahwa dia tidak bekerja di bawah sinar matahari."Sarapan gak?" tanya Dewi.Gadis satu ini benar-benar mandi dengan sangat cepat. Apalagi dia juga berpakaian dengan sangat cepat. Bisa dibilang bahwa Dewi melakukan aktifitas paginya hanya lima belas menit. Namun, Syl bisa mengakui bahwa Dewi terlihat rapih meskipun bangun paling akhir."Aku sarapan r
Syl menatap sekelilingnya dengan kebencian. Apa sih yang sebenarnya diinginkan oleh gadis-gadis ini? Sudah tiga hari dia kerja di sini dan repair miliknya juga sudah memenuhi standar, mengapa mereka masih mencoba memojokkannya? Apakah ini semacam peloncoan bagi anak baru?"Itu masih ada bolong di sudut segitiga atasnya."Suara yang sangat sinis itu membuat Syl akhirnya ditarik kembali dari alam kemarahan. Dia tidak bisa untuk begitu saja marah tanpa alasan yang jelas. Jika seperti ini, orang yang akan palijg bersalah adalah Syl. Jadi, Syl memutuskan untuk tetap diam. Dia ingin melihat apa lagi yang akan mereka lakukan."Makanya kerja jangan mojok aja. Repair kayak gini aja gak pernah bisa. Baru dateng aja udah kegatelan deketin semua cowok. Mana nemplok banget sama June dan Anto!"Syl melirik sumber suara yang memfitnahnya itu. Dan setelah mengetahui sumbernya, Syl tertawa pelan tanpa bisa dicegah. Hal ini benar-benae membuat semua orang merasa aneh. Biasanya
Mak Nem hanya bisa menghela napas saat melihat kaki Syl yang dibalut. Untungnya, kakinya hanya terkilir. Bila kakinya retak, akan lama untuk sembuh. Bukannya, Mak Nem enggan untuk mengurus Syl, hanya saja Syl baru saja masuk kerja belum genap seminggu. Dan dia sudah harus absen selama seminggu juga."Apakah kakimu masih sakit?" tanya Mak Nem.Ini sudah hari ketiga sejak Syl kembali ke asrama dengan digendong oleh Andera. Mak Nem mengenal dengan betul bagaimana sifat asli Andera. Meski anak lelaki itu selalu bersifat dingin dan sepertinya enggan berhubungan dengan orang lain, dia tetap akan sopan dan ramah kepada orang yang lebih tua. Menurut Mak Nem, Andera bisa dibilang anak yang lebih ramah dan sopan dari pada June. Sang Casanova yang terkenal welcome dengan siapa saja."Sudah bisa jalan sedikit-sedikit. Mungkin pas hari kelima udah bisa ngambil nasi sendiri," gurau Syl.Mak Nem hanya bisa menepuk pundak Syl dengan gemas. Menurut Mak Nem, Syl adalah gadis y
Tanto berjalan tergesa ke arah kantin saat dia ingat bahwa Syl tertatih-tatih ke arah sana sepuluh menit yang lalu. Saat dia melihatnya, Tanto baru saja berniat untuk mandi. Jadi, dia tidak bisa mengejarnya begitu saja. Hal inilah yang membuat Tanto ingin memaki dirinya sendiri. Andai Tanto mandi lebih awal, dia pasti akan bisa segera mengejar gadis itu."Mau ke mana?" tanya salah satu teman sekamar Tanto."Kantin!"Tanto sama sekali tidak berniat menunggu temannya itu. Dia melihat ke arah jam tangannya. Sial! Para bujang lapuk shift malam pasti sudah sampai di security gate. Jika mereka tahu Syl sarapan sendirian, Tanto bisa melihat apa yang akan mereka lakukan. Hal ini membuat Tanto merasa tidak nyaman. Apalagi Dewi bilang bahwa Syl tidak suka ditatap seperti itu. Makanya, selama ini Tanto berusaha untuk memandangnya dengan biasa saja. Hanya dia yang tahu bagaimana jantungnya berdetak setiap saat."Syl di kantin sama Andera!""Gila, Andera yang alergi
Hari pertama Syl masuk kerja bisa dibilang adalah hari sial. Syl benar-benar tidak habis pikir bahwa rekan kerjanya akan menjadi orang yang sepicik ini. Tidak tahu apa yang menjadi alasan mereka, tapi mereka menjadi semakin sering untuk membuat masalah. Contohnya seperti saat ini, Syl sedang repair core 2.9. Core ini sudah diberi perintah agar repairnya sedikit lebih rapih. Kalau bisa di-repair sesedikit mungkin. Jadi, Ina dan Syl hanya bisa untuk memilih dan memilah core. Ina berpikir bahwa dia harus mengasingkan terlebih dahulu core dengan mata kayu ataupun lapuk terlalu banyak. Seharusnya, Syl bisa bekerja lebih santai. Hanya saja, selalu ada saja yang menimpanya."Kenapa kamu menabrakku begitu?"Syl memandang ke arah salah satu rekan kerjanya yang sepertinya berniat numpang lewat. Namun, entah mengapa dia malah seperti mendorong Syl. Dan itu menyebabkan air di dalam kaleng akhirnya tumpah di atas core. Menyebabkan setumpuk tinggi core menjadi kembali basah. Ina yang