Elaine dan Darell sedang berdiri di depan lift lantai B3. Untung saja di sana hanya ada mereka berdua. Sehingga tak ada yang memerhatikan kondisi Elaine. Memang bagian dalam tubuh Elaine tidak terlau terawang dari luar. Tapi tetap saja bentuknya itu terlihat sangat jelas. Karena dada Elaine ini sangat padat, bulat, dan tentu saja sedikit besar.
Pintu lift terbuka. Beberapa orang keluar dari pintu tersebut. Setelah itu Elaine dan Darell menaiki lift. Untungnya hanya ada mereka berdua di dalam lift.
Elaine menundukkan pandangan. Mencoba tak melihat pantulan dirinya pada dinding lift. Dia terlalu malu untuk memandangi dirinya ini. Perasaannya sekarang ini campur aduk, antara: marah, sedih, kecewa, dan gelisah. Rasanya jantung Elaine akan meledak, karena berdegup saking kencangnya.
Sedangkan Darell hanya bisa memandangi gadis itu dari pantulan cermin. Dia terlihat senang melihat Elaine tak berdaya seperti itu. Ini hukumannya karena tak bisa menepati jan
“Aaah!” pekik Elaine. Dia terkejut ketika dengan tiba-tiba Darell sudah ada di hadapannya dan memeluk tubuh Elaine.Cup berisi kopi itu membasahi bagian belakang kaus Darell. Sedangkan si pelaku berusaha berdiri dan merapikan kekacauan yang dilakukannya.“Maaf, saya nggak sengaja,” kata laki-laki itu pada Darell dan Elaine.Darell berbalik, kini dia berhadapan dengan laki-laki tadi. Darell pun mencoba melindungi Elaine dari belakang badannya. Jujur saja Darell sangat kesal dengan laki-laki yang kira-kira umurnya hanya berbeda beberapa tahun darinya. Tentu saja Darell lebih muda.“Kalau lagi jalan jangan main handphone dong, Mas. Kalau nabrak cewek saya dan dia kenapa-kenapa gimana?” sentak Darell kesal.Entah kenapa rasanya senang sekali, ketika Darell berkata demikian. Merasa dirinya dimiliki oleh seseorang. Namun seketika Elaine menggelengkan kepalanya.‘Ingat Len, jangan baper. Kamu gak boleh bape
Sudah dua hari sejak insiden Elaine dihukum oleh Darell. Setelah kejadian itu, Elaine benar-benar lupa dengan kejadiannya bersama Tirta dan Elsa. Karena dia terus memikirkan sensasi yang baru pertama kali dia rasakan saat dihukum oleh Darell.Malahan tadi malam Elaine bermimpi. Dalam mimpinya itu, dia berciuman dengan Darell di depan umum. Semua mata tertuju pada mereka. Di negara berkembang dan berbudaya ke timuran ini, berciuman di depan umum dikategorikan sebagai sesuatu hal yang tabu. Sehingga beberapa pasang mata di sana ada yang menatap dengan tak suka, namun ada juga yang menatap dengan tatapan suka.Elaine menggelengkan kepalanya. Wajahnya kini memerah akibat memikirkan mimpinya semalam. Di dalam mimpinya Elaine merasa malu, namun dia juga merasa senang dan juga tertantang. Sampai-sampai saat, ini di kondisi yang sedang terjaga dan sadar, jantung Elaine berdegup dengan kencang.“Kenapa malah memikirkan mimpi itu, sih?” rutuk Elaine.Ga
“Bukannya kita pasangan?” tanya Darell sembari menyeringai.Ya, memang Elaine dan Darell adalah pasangan. Tapi bukan pasangan sungguhan yang syarat akan cinta. Namun mereka juga bukan pasangan jadi-jadian. Mereka hanya pasangan dengan keuntungan masing-masing.Ngomong-ngomong soal benefit, tiba-tiba Elaine teringat sesuatu. Zora pasti mengundang teman-teman sekelas, bukan? Jika iya, berarti Tirta juga akan datang. Pasti dia akan datang bersama mantan kakaknya.Elaine tiba-tiba tersenyum sambil memandang Darell. Kemudian Darell pun membalas senyuman Elaine. Ini adalah kesempatan bagus untuk show up pada semua orang. Jika Elaine membawa Darell yang tampan, pasti semua orang yang datang akan tertuju padanya.“Oke. Lo boleh ikut! Tapi bukannya lo sibuk?” kata Elaine.Tiba-tiba sosok Veni muncul baru kembali dari toilet. Seketika mereka langsung diam dan sibuk dengan ponselnya masing-masing. Elaine kembali membalas pesan teman-te
“Duh! Bisa nggak liat-liat gitu kalau mau jalan?” geram perempuan itu.Perawakannya jangkung, tubuhnya montok dan rambutnya panjang bergelombang berwarna kecokelatan. Kini kaus Elaine maupun kemeja yang dikenakan perempuan itu basah, terkena tumpahan orange jus yang dibawa oleh perempuan itu. Untung saja gelasnya tidak jatuh dan pecah.Elaine membungkukkan badannya dan meminta maaf.“Maaf, Mbak. Saya nggak sengaja,” ucap Elaine.Perempuan itu mendengus. “Tahu gak? Baju ini baru gue pake sekali. Mahal lagi harganya. Lo bisa ganti gak?” sentak perempuan itu.Elaine menatap wajah perempuan itu. Cantik. Perempuan yang saat ini berdiri di depan Elaine sangat cantik, lebih cantik dari Elsa. Elaine dibuat insecure olehnya.“Kalau perlu ganti saya ganti deh, Mbak,” balas Elaine.“Dih jangan mau, Len!” Tiba-tiba Grace beranjak dari kursinya. Menghampiri mereka berdua. “
Dress putih dengan model sabrina, kini dikenakan oleh gadis bersurai hitam sebahu. Pada bagian bahunya, terdapat tali berwarna putih yang mengikat ke bagian depan dress tersebut dan membentuk sebuah pita. Terlihat sangat manis sekali.Selain itu pada telinga Elaine terpasang anting berwarna ruby. Rambut pendeknya dicatok rapi, namun bagian bawahnya dibuat sedikit bergelombang. Tambah manis, ketika Elaine menyelempangkan tas kecil berwarna broken white.Wajahnya didandani se-natural mungkin. Mas Dewa mendandani Elaine dengan style Korean look, sebagaimana yang sedang hits di kalangan anak muda zaman sekarang. Plus, karena wajah Elaine yang sedikit oriental karena memiliki mata yang sipit. Sehingga membuat Elaine sangat cocok dengan makeup tersebut.“Lo cantik, Len!” bisik Darell sembari merangkul pinggang ramping gadis itu.Kini Elaine sedikit lebih tinggi dari biasanya. Karena gadis ini menggunakan heels yang menambahkan tinggi badannya sebany
“Selamat malam hadirin semuanya!” sapa seorang master of ceremony yang sedang berdiri di tengah panggung.“Malam!” balas para tamu undangan. Kini mereka mengalihkan pandangan pada sang MC yang mengenakan gaun berwarna hitam.“Perkenalkan aku Monica. Malam ini aku akan menemani kalian di acara Sweet Seventeen dari ratu kita malam ini, Zora Annastasya!” seru sang MC dengan bersemangat.Kemudian para tamu undangan mebalasnya dengan tepuk tangan yang meriah. Begitupun dengan Elaine dan Darell yang sedang berdiri bersebelahan. Mereka berdua bertepuk tangan sambil tersenyum, menikmati acara malam ini.Monica memandu acara dengan sangat santai namun tetap serius. Setelah melalui serangkaian acara pembuka. Kini masuk lah ke acara inti, dimana sang ratu naik ke atas panggung dan merayakan hari spesialnya. Memanjatkan doa dan meniup lilin ulang tahun, yang disaksikan oleh tamu undangan yang hadir.“Ayok teman-teman k
‘Mampus lo, Elaine!’ batin Elsa.Saat Elsa hampir berpapasan dengan Elaine, gadis itu pura-pura tersandung. Sehingga gelas yang berisi soda berwarna merah tumpah dan membasahi seseorang yang berdiri di depan Elsa.“AHH!” pekik gadis di depan Elsa.Elsa membungkuk, lalu dia mengambil gelas yang terjatuh ke atas rumput. Gadis itu menyeringai senang, ketika mendengar seseorang memekik.“Woy! Bisa gak sih hati-hati?” hardik gadis yang menjadi korban aksi Elsa.Elsa menegakkan badan dan mengangkat kepalanya. Siap untuk melihat penampilan Elaine yang mengenaskan, karena gaun putihnya itu harus tersiram air soda berwarna merah.“So…” Mata Elsa membelalak ketika mendapati gadis yang berdiri di depannya. Sampai-sampai dia tak bisa meneruskan kalimatnya.“Wah! Ternyata elo, Elsa!” seru gadis yang kini berhadapan dengan Elsa.Bukan Elaine! Ternyata gadis yang menjadi korba
“Gue minjem barang lo. Gue gak tahu lagi harus nyari kemana. Barang lo kan warna biru semua,” kata laki-laki itu dengan wajah tanpa dosa. Laki-laki itu adalah Tirta.Elaine hanya mengerutkan keningnya. Merasa aneh dengan Tirta yang tanpa rasa malu menghampiri dirinya.“Cepet!” Tirta memaksa ketika Elaine diam saja.“Wo—”“Nih!” Elaine memberikan sisir kecil berwarna biru muda. Lalu Tirta sgera berlari menghampiri Zora, tanpa mengucapkan kata terima kasih.“Kenapa di kasih, Len? Mana nggak ada sopan santunnya juga,” tanya Grace kesal.“Biar diem, nanti dia maksa-maksa. Sekarang kerjaannya maksa mulu sama gue, males,” jawab Elaine. Lalu dia menyilangkan tangannya di depan dada.“Maksa mulu? Emang kalian suka ketemu?” tanya Shani penasaran.Elaine menggeleng. “Nggak sering sih, beberapa kali ketemu dan maksa terus,” jawab Elaine.