Ruangan persegi panjang dengan dinding dari bebatuan yang dapat meredam suara itu teramat hening. Belasan orang yang ada di dalam sana memperhatikan cahaya merah menyala yang berasal dari manik Pangeran Cliftone dengan seksama, menunggu kata-kata yang akan keluar dari mulut Pangeran Mahkota Voalire itu.
Gerakan manik mata Pangeran Cliftone beralih dengan tenang, menatap Raja El yang bergeming di atas tempat duduknya. “Haruskah aku menjawab pertanyaan ini, Yang Mulia.” tanyanya dengan nada ringan yang terkesan bermain-main, jelas menganggap remeh pertemuan yang mereka adakan saat ini.
Rahang Raja El mengeras, selaras dengan jarinya yang mengepal dengan erat, menatap Pangeran Cliftone dengan dingin. “Tidak perlu menjawabnya, Pangeran,” ucap Raja El yang lantas membuat seisi ruangan kebingungan.
Semua orang terdiam. Sekte Selz, nama yang sudah lama tidak singgah di telinga mereka, membuat semua orang berpikir sekte sesat itu sudah tenggelam dengan snedirinya dan ternyata kini mereka kembali lagi.Pangeran Cliftone membenarkan posisi tubuhnya. tangannya kini terlipat rapi di atas meja kayu yang menyatu dengan meja lainnya. “Ada apa, Tuan Tuan? Sudah lama tidak mendengar nama itu?”“Tidak mungkin.” Seseorang menyangkal, berusaha mencari celah dari pernyataan Pangeran Cliftone.Salah satu dari mereka turut bergabung, sama sekali tak menaruh kepercayaan pada vampir itu. “Bagaimana bisa kau mengatakan dalangnya adalah Sekte Selz sedangkan pelakunya dalah seorang vampir. Bangsamu!”“Tenanglah, Tuan Tuan. Aku belum siap m
Satu persatu orang yang menghadiri pertemuan darurat itu mengundurkan diri hingga tersisa Pangeran Cliftone dan Raja El yang tetap setia duduk di kursinya, tidak berniat beranjak barang sedikit saja.Pertemuan itu diakhiri dengan keputusan absolut Raja El yang memerintahkan kepala prajurit untuk kembali melakukan pengetatan wilayah dan penyusuran hutan serta desa-desa terpencil. Salah satu kepala prajurit khusus yang diam-diam hadir di pertemuan itu juga diperintah untuk menemukan tempat persembunyian Sekte Selz atau bahkan anggota mereka.“Kebohongan yang bagus, Pangeran.” Raja El bersuara, memecahkan keheningan yang sama sekali tidak membuat Pangeran Cliftone merasakan rasa bosan maupun canggung.Pangeran Cliftone menoleh, memberikan seringai tipis, menunjukkan dua taring tajamnya yang terlihat menyebalkan. “Ya … saya memberikan lebih dari apa yang kau berikan pada saya, Yang Mulia. Haruskah saya menganggapnya sebagai hutang?&rdq
“Cih!” Pangeran Rex berdecih, tampak merendahkan penjelasan arogan yang baru saja diucapkan Pangeran Cliftone.Kepalanya menoleh, memperhatikan Pangeran Cliftone dari ujung rambutnya hingga ke ujung kaki. “Aku mengasihanimu, Pangeran. Vampir yang naif.” Tanpa perlu repot-repot untuk melihat ekspresi Pangeran Cliftone, pia itu telah kembali menghadap ke kegelapan di hadapannya, menyesap cerutunya lebih dalam lagi.Ya, dia memang itu kenyataannya. Pangeran Rex tak bisa membayangkan bagaimana kondisi Voalire jika dipimpin Pangeran Mahkota yang begitu naif. Pria itu berpikir jika kerajaan besar seperti Eargard akan menundukkan kepala hanya dengan kartu yang dipegangnya? Sungguh mustahil!Meski terlihat se
Semua pandangan tertuju pada Pangeran Antheo yang masih bergeming, menatap lurus Duchess Heron dengan tatapan was-was yang sangat kentara terpancar di wajahnya. Tidak disangka, kepergiannya dari Istana Eargard secara diam-diam tertangkap basah oleh wanita itu.Pangeran Antheo menghela napas lalu disusul dengan senyum lembutnya yang mengembang bersamaan dengan tangannya yang meletakkan pisau dan garpu yang digunakannya untuk memakan salad di samping piring--pertanda ia sudah tak akan melanjutkan kegiatan memakannya.“Benar, Duchess. Saya memang pergi keluar istana saat malam hari. Apa suara kuda saya membuatmu terbangun saat itu?” tanyanya ramah, tak lagi menampilkan ekspresi was-was yang terlihat mencurigakan.Duchess Heron lantas tertawa renyah, menggelengkan kepalanya dengan malu-malu. &ldq
“Aku dengar kau menyukai bintang, Pangeran.”Teh hangat yang bercampur dengan kelopak bunga melati bersama dengan kudapan-kudapan ringan itu memenuhi meja anyam berbentuk lingkaran. Ini yang kedua kalinya, Pangeran Antheo mendapatkan kesempatan emas, dapat minum teh bersama Kaline sembari menghadap Air mancur yang berdiri dengan gagah belasan meter dari tempat mereka duduk.Lilin aroma terapi yang sengaja dibakar oleh pelayan menyerukan aroma berbagai bunga yang semerbak meski bunga di taman ini masih setia menguncup, menunggu musim semi datang menghampiri mereka.Cuacanya tampak berawan, membuat pelayan tak perlu memasang payung besar agar kedua sejoli itu dapat menikmati kudapan yang telah disiapkan dengan nyaman tanpa perlu mempedulikan teriknya matahari di siang hari.Pangeran Antheo tersenyum, menyesap tehnya yang tidak lagi panas. “Tidak sebaik orang-orang, Putri. Jika dibandingkan yang lain, ilmuku tidak sampai seujung jari.
Tampaknya, peramal cuaca melaksanakan tugasnya dengan baik. Seperti yang mereka katakan, cuaca hari ini akan cerah. Ya, meski saja tidak secerah saat musim panas tiba, tapi setidaknya ini cukup untuk melakukan aktivitas selanjutnya.Sekarang, ketiga pangeran yang mengikuti sayembara, Kaline, dan para rombongan istana menghampiri pusat kota Eargard. Lampu-lampu minyak jalan dihiasi potongan kertas warna-warni dengan warna cerah, memberikan kobaran semangat seperti yang terlihat pada setiap wajah penduduk Eargard yang telah berkumpul, terlebih lagi para pedagang dan petani.Pesta tahunan akhir tahun yang didedikasikan khusus untuk para petani dan pedagang. Mereka telah bekerja keras sepanjang tahun, memberikan beras serta gandum dengan kualitas terbaik dan menjajakannya dengan sangat baik. Total keuntungan tahun ini lebih dari 100 juta keping emas--keuntungan terbaik yang mereka dapatkan selama 5 tahun terakhir. Itulah mengapa, pesta tahun ini jauh lebih meri
Dahi Kaline mengernyit. Tampak kebingungan dengan alis yang juga turut menyatu. Semalam Pangeran Antheo pergi ke kedai penyihir? Ya, sebelumnya memang Kaline sudah tahu jika Pangeran Antheo berbohong soal kepergiannya semalam. Tapi sebuah kedai penyihir? Hal itu terasa mustahil bagi Kaline.“Tidak baik memfitnah orang lain, Pangeran. Jika kau ingin memperbaiki reputasimu, sebaiknya lakukan dengan cara yang benar. Bukan dengan menjatuhkan orang lain,” jawah Kaline, menarik senyumannya secara paksa.keduanya sedang berada di tempat terbuka sekarang. Semua orang bisa saja memperhatikan bagaimana ekspresi tak bersahabat Kaline pada Pangeran Cliftone yang bisa menimbulkan spekulasi negatif terlebih pada masyarakat yang tidak berpendidikan dan mudah percaya dengan rumor yang beredar.Pangeran Clift
Malam hari telah tiba, dan pesta berjalan semakin meriah. Cahaya matahari sebagai penerang utama telah tiada, kini berganti dengan ratusan lampu minyak yang digantung tiang-tiang tinggi, memberikan penerangan yang sempurna terutama untuk panggung dansa yang kini telah dipenuhi oleh belasan pasangan dengan gaun serta pakaian berkelas.Alunan musik yang tadinya penuh semangat kini berubah lebih tenang, fokus pada bagaimana seseorang yang memainkan piano serta biola bekerja dengan sangat baik sehingga berhasil menciptakan alunan sempurna bagi belasan pasang yang ada di atas panggung ini berdansa dengan romantis.Lampu sorot yang jumlahnya hanya ada satu fokus menyorot Kaline dan pasangannya--Pangeran Rex--yang tengah berdansa ria sembari bercakap-cakap ringan, tak tertinggal pula senyuman manis yang tak pernah luntur barang sedikit saja.“Sudah lelah, Putri?” tanya Pangeran Rex saat pendengarannya tak sengaja menangkap suara napas gadis itu