Share

02 . Trapped in Another World

Airélle beranjak dari posisinya untuk memperjalas suara yang tadi didengarnya.

Dan suara itu terdengar lagi. Airélle mengerjap tak percaya, kuda mana yang tersasar ke pantai begini? Pikir Airélle. Karena tidak memikirkan suatu kemungkinan buruk pun, Airélle mendekati sumber suara ringkikan kuda tersebut. Ia yakin suara kuda itu berasal dari sebuah goa batu yang tak jauh dari posisinya saat ini.

Airélle berjalan pelan— nyaris mengendap-endap tanpa suara agar tidak menakuti kuda tersebut. Berinisiatif karena pencahayaan minim di dalam goa, Airélle pun menyalakan flashlight dari ponselnya. Tentunya dia berhati-hati untuk menyorotkannya.

𝘚𝘳𝘬𝘬!

Airélle spontan diam membatu di tempatnya. Kuda itu tidak lebih jauh dari 5 meter di depannya. Karena sangat gelap, Airélle memberanikan diri untuk menyorotkan flashlight ke arah hewan itu.

𝘒𝘳𝘢𝘬𝘬!

Ponsel itu terjatuh. Airélle menjatuhkan ponselnya saking terkejutnya dia melihat pemandangan di depan matanya.

“P-pegasus...?”

Airélle berani bertaruh. Siapapun yang di posisinya saat ini juga pasti akan syok dan tidak menyangka! Kuda dengan sayap hitam berpadu putih yang membentang di kedua sisi tubuhnya, mata indah alih-alih seperti kuda biasanya.

Kuda itu meringkik lagi. Tubuh Airélle seperti mati rasa saat melihat hewan itu bergerak mendekat padanya.

“Don’t come close!” pekik Airélle panik. Dia ingin berlari meninggalkan goa dan menjauhi hewan mistis itu, tapi tubuhnya tidak bisa. Seperti ada sesuatu yang menahannya.

Kuda bersayap itu menurunkan kepalanya seperti menunduk di hadapan Airélle. Airélle hanya menatap penuh kewaspadaan. Setelah detik-detik berlalu, kuda itu tidak menjauhkan kepalanya bahkan seinci pun, membuat Airélle merasa bingung.

Akhirnya, entah dorongan dari mana, Airélle menggerakkan tangannya. Dengan perlahan ia menyentuh dan mengelus permukaan kepala dan wajah Sang pegasus. Hewan berkaki empat itu kembali meringkik, seakan-akan suara suka cita.

Pegasus itu mengangkat kepalanya kembali, lalu berbalik membelakangi Airélle. Dan di saat yang bersamaan, sebuah spiral abstrak muncul di dinding goa. Airélle terkejut, tentu saja. Tapi sayangnya, rasa penasarannya memenangi rasa takutnya.

Airélle mendekat ke spiral abstrak itu, kemudian beralih menatap pegasus itu penuh tanya. “Portal?”

Tepat setelah kata itu terucap, pegasus hitam-putih itu mendorong Airélle ke dalam spiral abstrak tersebut tanpa aba-aba.

“AIRÉLLE! Where are you??” teriakan teman-temannya adalah yang terakhir kali Airélle dengar sebelum seluruh tubuhnya tertelan portal itu.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ 。 。 。

Airélle mengerjapkan matanya beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk menembus retina matanya. Kemudian dengan spontan gadis itu memegang kepalanya yang terasa pusing.

“Sshh... Where am I?” gumam Airélle, samar-samar ia hanya melihat pepohonan di sekitarnya.

Airélle hendak merapikan rambutnya, sebelum sebuah hal baru mengejutkannya.

“MY HAIR!” histerisnya melihat rambut keseluruhannya berwarna light blonde yang terurai indah menyentuh punggung.

Airélle meraba lehernya karena merasa ada sesuatu di sana. “Necklace?” gumamnya. Kemudian ia menarik bandul di kalung tersebut, dan mengernyit.

Bandul berbentuk spiral dengan ukiran pegasus bersayap hitam dan putih. Persis seperti pegasus yang ia temui di goa, dan pegasus yang sama yang mendorongnya masuk ke dalam portal.

“HEY!” pekiknya ketika menyadari satu hal. “I know it's you! Keluar dari bandulnya, dan kembalikan aku ke pantai!” Airélle meneriaki bandul pada kalungnya itu, merasa frustrasi karena kalung itu tidak bekerja sama sekali.

“Kalau kau tidak mau keluar, akan kuhancurkan kalung ini!” ancam Airélle akhirnya.

𝘚𝘳𝘬𝘬! 𝘚𝘳𝘬𝘬!

Airélle bergerak waspada. “Apa ada orang di sana? Tolong aku! Aku... Aku tersesat.”

Seorang pria dewasa keluar dari arah semak-semak. “Kau tersesat, Nona?”

Airélle meneguk salivanya. Ia mengamati penampilan pria dewasa itu dari atas hingga kebawah. Pakaian yang— err, dimana ia akan menemukan pakaian itu di Amerika? Tidak, tapi mungkin di tempat wisata Hogwarts.

“Ya, dimana ini?” Airélle kembali bersuara.

“Ini di Negeri Fantasia. Dari mana kau berasal?”

Negeri Fantasia?

Apa-apaan ini?!

“Aku... Aku....”

Pria dewasa itu mengernyit mendapati kegaguan Airélle. Dengan penuh pertimbangan, ia menyeletuk. “Mau ikut denganku? Kau bisa beristirahat di sana.”

Airélle terdiam untuk beberapa saat hingga akhirnya ia menganggukkan kepala tanda setuju.

“Ayo, ikuti aku.”

Airélle menurutinya. Ia berjalan di belakang pria dewasa asing yang memimpin jalannya. Pikirannya berkecamuk. Apakah pilihan yang benar ia mengikuti pria ini? Seketika kegelisahan menyelimuti Airélle.

“Tenang saja, Nona. Kau tidak perlu khawatir, ada sebuah akademi di dekat sini dan itu adalah tujuan kita.” pria itu berucap, membuat Airélle tersentak kaget.

Pria dewasa itu terkekeh, “Maafkan aku. Aku bisa membaca pikiranmu.” katanya, membuat Airélle melotot. “Ah, aku lupa. Namaku Ernest Vraident. Aku bekerja di Victorieux Academia, tujuan kita.”

“Aku... Namaku Airélle Panemorfi.” balas Airélle.

Mereka berjalan dan terus berjalan. Airélle mengamati apapun yang mereka lalui. Tumbuhan-tumbuhan unik di sekitarnya begitu menarik perhatian.

“Kita hampir sampai. Dan biar kutanya satu hal apa kau melihat—”

Ernest menggantung kalimatnya saat ia melihat ekspresi terperangah Airélle.

“Siapa yang mendirikan bangunan semegah ini di tengah hutan??” tanya Airélle tanpa mengalihkan pandangannya.

“Kau bisa melihatnya?” Mr. Ernest bertanya.

“Ya, aku bisa. Kenapa tidak?” balas Airélle.

Sedetik kemudian Mr. Ernest tersenyum. “Baiklah, selamat datang di Victorieux Academia. Akademi khusus para murid yang terlahir dengan berbagai keistimewaan, elemen sebagai jati diri mereka.”

ㅤㅤㅤㅤㅤ〔 TO BE CONTINUE 〕

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status