Home / Fantasi / AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World / 01 . Happening on the Beach

Share

AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World
AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World
Author: j-Taesyaa

01 . Happening on the Beach

Author: j-Taesyaa
last update Last Updated: 2021-09-29 19:59:47

𝗥𝗼𝗮𝗱 𝘁𝗼 𝗖𝗵𝗲𝗹𝘀𝗲𝗮’𝘀 𝗣𝗮𝗿𝘁𝘆🎉 ( 𝟮𝟬 )

𝗟𝗮𝘂𝗿𝗮 𝗠𝗲𝗴𝗮𝘄𝗲𝗹𝘅 :

| Happy birthday Queen👑💖 ﹫𝘾𝙝𝙚𝙡𝙨𝙚𝙖 𝙍𝙤𝙭𝙚𝙣𝙖

𝗗𝗼𝗻𝗻𝗮 𝗛𝗮𝗱𝗲𝗲𝗱 :

| Yash, happy bday. I wish u all the best, always😘 ﹫𝘾𝙝𝙚𝙡𝙨𝙚𝙖 𝙍𝙤𝙭𝙚𝙣𝙖

𝗔𝘂𝗿𝗼𝗿𝗮 𝗕𝗲𝗹𝗹𝗶𝗻𝗲 :

| ﹫𝘼𝙭𝙩𝙤𝙣𝙞𝙤 𝙂𝙚𝙧𝙖𝙡𝙙 I— even we are waiting for your sweet words and wishes🤭

𝗖𝗵𝗲𝗹𝘀𝗲𝗮 𝗥𝗼𝘅𝗲𝗻𝗮 :

| Aww thank u bb ﹫𝙇𝙖𝙪𝙧𝙖 𝙈𝙚𝙜𝙖𝙬𝙚𝙡𝙭 ﹫𝘿𝙤𝙣𝙣𝙖 𝙃𝙖𝙙𝙚𝙚𝙙

| Axton might be busy right now, that's okay ﹫𝘼𝙪𝙧𝙤𝙧𝙖 𝘽𝙚𝙡𝙡𝙞𝙣𝙚

𝗔𝘀𝗴𝗮𝗿𝗱 𝗧𝗼𝗺𝗺𝗶𝗲 :

| Is he busy preparing surprises???

𝗦𝗲𝗹𝗲𝗻𝗮 𝗛𝗲𝗹𝗲𝗻 :

| I can't wait to see Chelsea's party!

𝗔𝗶𝗿𝗲́𝗹𝗹𝗲 𝗣𝗮𝗻𝗲𝗺𝗼𝗿𝗳𝗶 :

| Me too ﹫𝙎𝙚𝙡𝙚𝙣𝙖 𝙃𝙚𝙡𝙚𝙣

𝗖𝗵𝗲𝗹𝘀𝗲𝗮 𝗥𝗼𝘅𝗲𝗻𝗮 :

| Don't forget to come at 7 pm today. You won't get the cake if you're late, hahaha

𝗪𝗶𝗹𝗹𝗶𝗮𝗺 𝗛𝗮𝗻𝘀 :

| Of course

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ 。 。 。

Bukan suatu hal asing mengadakan pesta ulang tahun yang meriah di pantai. Musim panas hampir berakhir, menambah antusias dari mereka yang akan datang ke pesta tersebut.

Jarum jam kini menunjukkan pukul 5 pm. Airélle sudah rapi mengenakan dress berwarna merah menyesuaikan dresscode yang diberitahukan. Walaupun Amerika termasuk negara yang bebas, Airélle tetap merasa tidak nyaman jika hanya mengenakan bikini atau semacamnya.

Kini gadis berusia 18 tahun itu tengah duduk berhadapan dengan pantulan dirinya sendiri di cermin riasnya. Ia memoleskan simple make up di wajahnya, terlihat natural dan cocok dengan wajah freshnya.

Suara klakson mobil terdengar. Airélle mendekat ke balkon kamarnya untuk melihat. Ia tampak mengernyit melihat Bugatti La Voiture Noire memasuki halaman mansionnya.

“Who's that? That's not Selena?” ia bergumam heran.

Setelahnya Airélle bercermin sekali lagi untuk mengecek penampilannya, lalu menyambar sling bag miliknya dan segera berlari kecil ke luar. Ia sudah siap untuk pergi ke pesta Chelsea, sahabatnya.

“Axton??” bingung Airélle, ia cukup terkejut melihat pacar sahabatnya itu ketika ia baru saja tiba di pelataran mansionnya.

“Hai, Airélle.” sapa pemuda tampan itu. “Selena bilang dia tidak bisa menjemputmu, karena kita searah maka aku menjemputmu. You didn't open the group chat?”

Airélle mengerjapkan matanya beberapa kali, kemudian ia menggeleng. Terbesit rasa tidak enak di hatinya. “Aku bisa pergi dengan sopir, kau duluan saja.”

“Why not? Sungkan dengan Chelsea? C'mon, dia sudah setuju aku menjemputmu. Jadi, ayo, sebelum kita benar-benar tidak mendapatkan kue 12 tingkat itu.”

Akhirnya Airélle setuju untuk pergi ke pesta Chelsea bersama Axton. Perjalanan mereka hanya diisi suara dari lagu-lagu yang mengalun dengan volume kecil dari radio. Tidak ada satu pun pembicaraan, bahkan Airélle lebih tertarik untuk mengamati langit dan jalanan dalam diamnya.

Sekitar 40 menit kemudian mereka tiba. Airélle mengucapkan terima kasih pada Axton dan segera menghampiri teman-temannya. Tentu Axton mengikuti langkahnya di belakang.

“Hai, Airèlle!”

“What's up, babe,”

“Oww, you're so pretty!”

Airélle terkekeh sambil membalas sapaan dan mengucapkan terima kasih untuk pujian-pujian yang ia dapatkan.

“Ah,” Airélle terlihat baru mengingat sesuatu, perempuan itu membuka sling bagnya dan mengeluarkan kotak dihias kertas kado dan pita cantik, diberikannya kotak itu pada Chelsea. Sang Bintang utama dari pesta ini. “Happy birthday, Chelsea. I hope you like it,” katanya, dengan senyum manis.

Terlihat dari mimik Chelsea bahwa ia senang. Segera ia menerima kado dari Airélle. “Thank you Airélle, kau yang terbaik!”

“Airélle,” Laura menyentuh lengan Airélle. Arah pandangnya terkunci pada rambut Airélle yang terurai indah. “Kau pasti semakin banyak memikirkan banyak hal. Lihat rambutmu.”

Airélle tersenyum miris sambil menyentuh beberapa helaian rambutnya. Ia sendiri tidak mengerti kenapa banyak dari rambutnya yang berubah warna menjadi seputih salju. Padahal dia terlahir dengan rambut hitam menawan mirip mendiang orang tuanya. Tidak mungkin 'kan uban tumbuh secepat ini di usianya yang baru menginjak 18 tahun beberapa bulan lalu.

“Hey Axton! Here, Bro!” seruan Asgard terdengar.

Airélle tiba-tiba terpikir sesuatu. “Acaranya masih lama, Sea. Aku ingin berswafoto dulu di sebelah sana, ya.”

“Oww, kau narsis juga.” Chelsea tersenyum geli. “That's okay, take as many selcas as you want.”

Airélle terkekeh mendengarnya, lalu ia izin pada teman-temannya yang lain untuk berswafoto di bagian pantai yang agak jauh dari tempat pesta Chelsea diadakan. Lagi-lagi Airélle menanggapi dengan kekehannya saat teman-temannya menyorakinya. Tapi jujur saja, Airélle tidak peduli. Dia menyukai pantai, tentunya Airélle tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk memotret banyak hal di sana. Termasuk memotret dirinya di hamparan pasir bersih dan ombak-ombak kecil yang menari-nari terkena pantulan cahaya matahari.

Di sinilah Airélle, memilih pesisir sepi namun spot yang dapat dijangkau sangat memuaskan. Airélle berkali-kali membidik kamera ponselnya ke beberapa objek. Kali ini ke wajahnya, wajah dengan senyuman manis itu memenuhi layar ponsel.

Airélle baru akan menekan tombol untuk memotret, jika saja suara asing itu tidak mengalihkan perhatiannya.

Airélle tertegun untuk beberapa saat. “Apa aku tidak salah dengar? Suara kuda, eh?”

ㅤㅤㅤㅤㅤ〔 TO BE CONTINUE 〕

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   18 . The Lios is Nice

    “Aku tidak jadi izin ke Mr. Grevin.” putus Airélle.Sontak saja dua sahabatnya itu menoleh padanya.“Kau serius?” Amatera memastikan, dan dijawab dengan anggukan kepala Airélle.“Tidak takut jadi santapan singa itu?” tanya Kareen, sedikit menggoda Airélle. Setidaknya ia harap bisa menggoyahkan Airélle, karena bagaimana pun, dia juga cemas akan keselamatan sahabatnya itu.Menanggapi pertanyaan Kareen, Airélle bergidik. Semoga saja dia tidak benar dijadikan santapan sarapan singa itu.“Itu sihir, ya? Singanya tidak habis-habis.” celetuk Airélle.Kareen di sebelahnya terkekeh. “Iya, itu ilusi mata.”“Menyenangkan....” gumam Airélle.“Bagaimana kau akan membunuh singa itu nantinya?” Amatera bertanya lagi.Airélle mengendikkan bahunya. “Aku tidak berpikir akan membunuhnya.”

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   17 . Fight Class

    Airélle menghadap cermin, menguncir rambutnya dengan sedikit tricky sehingga hasilnya terlihat lebih cantik.“Wow, bagaimana kau menguncirnya seperti itu, Airélle? Lebih tinggi dan cantik.” Kareen berkomentar.“Mau kulakukan juga ke rambutmu?” tawar Airélle. Maka, Kareen tidak akan menyia-nyiakan dengan menolaknya.Airélle meminta Kareen duduk menghadap cermin rias, lalu ia akan mengambil alih rambut coklat dengan sedikit helai berwarna hijau bergelombang itu.Amatera baru selesai dengan seragamnya. Ia mengamati Airélle yang menguncir rambut Kareen. Sedikit lebih menyusahkan dilihat dari caranya, tapi hasil tidak mengkhianati usaha.“Kalian berdua tampak lebih segar dengan bentuk kuncir itu.” Amatera berkomentar tepat setelah Kareen memekik senang atas hasil rambutnya.“Ame!” Kareen berseru, masih senang. “Kau juga harus mencoba ini. Ayolah, kita bertiga

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   16 . Aaric’s Room

    Gadis itu melangkah dengan tergesa - gesa menyusuri rak demi rak buku menjulang yang memadati perpustakaan.Karena ia tidak bisa berteleportasi seperti penduduk Fantasia lainnya, dengan bermodalkan ilmu komunikasinya yang menanyai setiap orang yang ia temui di koridor mengenai keberadaan Pangeran Orion akhirnya membuahkan hasil.Langkah itu semakin cepat ketika melihat punggung familiar di depan sana tengah membolak - balikkan lembar tiap lembar buku usang.“Aaric!” Airélle berseru.Laki-laki itu menoleh. “Ada apa?”Airélle mencebik. “Kau bilang untuk menemuimu—”“—jika kau sadar ada sesuatu yang kau butuhkan. Jadi, apa yang hilang dan kau butuhkan?” sela Aaric dengan wajah tanpa dosanya.Airélle menggeram kecil. “Kalungku hilang! Kalung yang kutunjukkan padamu hari itu. Aku butuh... siapa tahu kalung itu bisa membawaku kembali lagi ke Chicago!&rdqu

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   15 . The Necklace

    “AIRÉLLE!!”Kedua gadis itu, Kareen dan Amatera, berseru bersamaan ketika melihat satu bagian dari mereka menunjukan pergerakan pasti.Kelompak mata itu perlahan terbuka. Maniknya yang segelap malam justru seakan berkilauan diterpa sinar mentari.Airélle kembali mengerjapkan matanya.“Oh Gods! Airélle, akhirnya kau sadar!” Kareen langsung berhambur memeluknya.Amatera dengan sigap menarik Kareen agar melepaskan pelukannya pada Airélle.“Jangan membuatnya sesak napas, Reen.” katanya, sukses mengundang kekehan dari Airélle.“Kau sudah tidak apa-apa?” Amatera bertanya, mengabaikan gerutuan Kareen yang merajuk padanya.“Badanku... terasa lemas.” jawab Airélle pelan.“Serius, Airélle!” Kareen menatap lekat-lekat pada Airélle, memberitahu ia tak ingin dibantah. “Jangan tinggalkan sarapanmu, maka

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   14 . Healings

    Azrival akhirnya izin pamit undur diri, dia beralasan akan menemui Panglima Fantasia, meskipun niat sebenarnya adalah memberikan waktu berdua kepada dua orang yang paling dihormati di Fantasi, Raja dan Ratu.Sepeninggal Azrival, Raja Galant berjalan lebih mendekat lagi pada Ratu Eliza. Di jarak dekat, beliau bisa melihat wajah khawatir istrinya yang belum pernah Eliza tunjukkan padanya lagi selama belasan tahun.Raja Galant menyampirkan lengannya pada pundak Ratu Eliza. Mengusapnya, menghantarkan ketenangan di sana.“Kau akan menemuinya?” tanya Raja Galant, pelan dan dalam.Ratu Eliza menggeleng sekali lagi. “Tidak, suamiku. Aku belum siap.”“Berikan dia pengertian perlahan. Kau harus menemuinya, Eliza.” Raja Galant memberitahu.“Aku hanya takut, dia tidak bisa menerimaku sebagai ibunya. Dia sangat menyayangi Giovany dan Federick, dia pasti sulit menerima kenyataan ini.” ungkap Ratu Eliza.

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   13 . The Bad Plan Has Failed

    Aaric memutuskan untuk benar - benar pergi dari sekitar air mancur halaman sisi barat akademi ketika melihat Airélle beranjak dari duduknya. Gadis light blonde itu menepuk-nepuk bagian belakangnya yang ia pikir kotor. Aaric membalik badannya, berniat berjalan dengan arah yang berlawanan dengan Airélle. Memberikan waktu sendiri bagi gadis itu. Tentunya, sebelum insting istimewanya menyala. Aaric kembali berbalik, dan melihat Airélle tengah kewalahan menjaga keseimbangannya. Gadis itu tumbang. Hampir jatuh dan merasakan sakit di badannya apabila Aaric tidak segera menangkap tubuhnya. “Airélle? Kau mendengarku? Hey, bangun.” Aaric menepuk - tepuk pelan pipi itu, tetapi Airélle hanya diam menutup mata rapat. Dia pingsan. Dengan segera Aaric mengangkat tubuh Airélle di gendongannya. Membawa Airélle sesegera mungkin ke unit kesehatan. Koridor - koridor akademi nampak sepi. Dan tiba - tiba suara gadis menyerukan namanya. Aaric melihat di depa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status