Home / Fantasi / AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World / 06 . Decision from Mr. Radolf

Share

06 . Decision from Mr. Radolf

Author: j-Taesyaa
last update Last Updated: 2021-09-30 08:25:29

Airélle terlalu sibuk tenggelam dengan pikirannya sendiri sampai tidak memerhatikan sekitarnya.

Semua terjadi begitu cepat begitu saja. Lyra yang seharusnya menyerang manekin buatan Mr. Radolf justru mengarahkan elemen airnya pada gadis dengan rambut light blonde itu, Airélle.

Dan secepat itu juga, air Lyra dibekukan seorang pengendali es abadi, tepat di depan mata Airélle yang baru tersadar dari lamunannya.

Pluit Mr. Radold berbunyi. Beliau mengendalikan kursinya melayang menghampiri Lyra dan memberinya kartu peringatan.

“Ini adalah kelas uji elemen, bukan kelas bertarung. Menyerang murid lain di kelas uji elemen adalah pelanggaran, Lyra.” Mr. Radolf menjelaskan. “Silakan datang ke ruang konseling untuk menerima konsekuensimu.”

“Tapi, Mr. Radolf, saya tidak sengaja melakukannya,” Lyra menyahut santai.

Kareen yang terlihat sangat emosi, langsung mencetus. “Jelas-jelas kau sengaja! Benar-benar pengganggu.”

“Tenanglah Kareen,” Amatera berbisik, kemudian ia beralih pada Airélle yang kelihatannya sedikit syok. “Kau tidak apa, Airélle?”

Airélle menoleh pada Amerta, lalu mengangguk kecil— tanda ia baik-baik saja. Memang benar. Air itu beku, beku di udara begitu saja. Di depan wajahnya! Tapi syukurnya, ia tidak kenapa-kenapa.

Sementara Kareen dan Lyra beradu mulut, manik Airélle bergulir lalu terpaku pada satu titik. Laki-laki itu yang duduk di sisi lain ruangan, yang juga tengah menatapnya. Tangan laki-laki itu bergerak, mengendalikan es di hadapan Airélle untuk dijauhkan dan dihancurkan begitu saja.

Airélle ingin mengucapkan kalimat itu, tapi ia tergagu untuk beberapa saat entah atas dasar apa. Sepersekian sekon berikutnya, bibir mungil itu akhirnya bergerak lugas berucap tanpa suara.

“Terima kasih, Aaric.”

Perdebatan antara Kareen dan Lyra selesai saat Mr. Radolf kembali membunyikan pluitnya, lebih melengking dari sebelumnya. Tanpa toleran, ia tetap bersikukuh menyuruh Lyra ke ruang konseling.

Lyra menghentak-hentakkan kakinya, sebuah kebiasaan ketika ia merasa jengkel akan sesuatu sambil berlalu meninggalkan ruang kelas. Keadaan kembali kondusif setelahnya.

“Baiklah, akan saya lanjutkan. Airélle Panemorfi, silakan maju.”

Di kursinya, Airélle menegang dengan spontan. Ia menoleh pada kedua temannya, seakan mempertanyakan nasibnya.

“Tenang saja, Airélle. Siapa tahu Mr. Radolf bisa membantumu.” Kareen kembali mengucapkan kalimat-kalimat penenang seperti itu.

Menghela napas gusar, akhirnya Airélle berdiri dan melangkah maju ke depan ruangan. Nyatanya ia tengah gugup saat ini. Terlebih ketika Mr. Radolf kembali memunculkan manekin baru sebagai sasaran untuknya.

“Silakan tunjukkan elemenmu.” Mr. Radolf memberikan arahan. Namun yang Airélle lakukan hanya berdiri diam tanpa melakukan apapun.

Bisik-bisik mulai terdengar, membuat Airélle merasa ingin menghilang dari sana saat itu juga.

“Airélle? Kamu sudah bisa menunjukkan elemenmu sekarang.” desak Mr. Radolf karena merasakan Airélle tidak melakukan apapun setelah dua menit berlalu.

“Masalahnya... saya tidak memiliki elemen.” papar Airélle. Ruang kelas kembali diselimuti keheningan.

Namun tidak berselang lama, bisikan-bisikan mengenai Airélle mulai kembali terdengar.

“Tidak memiliki elemen? Apa dia bercanda?”

“Mana mungkin tidak punya,”

“Mungkin elemen dan tingkatnya payah, ia malu menunjukkannya.”

Dan banyak lainnya.

Airélle mengepalkan tangannya dalam diam. Ia terus-terusan merutuk dalam hati. Bukan keinginannya terlempar ke dunia penuh orang-orang aneh yang saat ini menggunjingnya. Di tengah dukanya ditinggal pergi kedua orang tuanya, ia justru harus mengalami kejadian di luar logika manusia di abad 22.

“Kau yakin tidak memiliki elemen sama sekali?” Mr. Radolf bertanya, ketara sekali dari keningnya yang mengerut bahwa ia kebingungan.

Lantas Airélle mengangguk.

Mr. Radolf memijat keningnya. Kemudian pandangannya menyapu seisi ruang hingga sebuah ide muncul di kepalanya.

“Mungkin kau hanya kurang mengasahnya.” beliau berujar. “Maka dari itu, Aaric, saya menugaskanmu agar melatih Airélle dan elemennya.”

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ 。 。 。

Airélle keluar dari ruangan Mr. Radolf setelah ditanyai beberapa pertanyaan. Seperti alasan atau faktor yang menyebabkan ia tidak memiliki elemen, asal-usul keluarga, dan pertanyaan membingungkan lainnya.

Untuk orang lain mungkin mudah menjawab semua itu— tidak, tidak. Mungkin tidak ada murid di sini yang memiliki masalah sepertinya, bukan?

Sebagian besar pertanyaan tidak Airélle jawab. Karena jawabannya justru akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

“Sudah selesai?”

Airélle terperanjat saat suara rendah itu menelusup indra pendengarannya tiba-tiba.

Itu adalah Aaric, yang kini berjalan dengan cool mensejajari langkahnya.

“Sudah, seperti yang kau lihat.” Airélle membalas.

“Ayo.” laki-laki itu menggenggam tangan Airélle tanpa permisi.

Airélle menahan tangannya. “Kemana?”

“Ke taman belakang akademi.” Aaric menjawab.

Tanpa aba-aba, Aaric membawa Airélle dengan menggunakan kemampuan teleportasinya.

Tidak ada yang namanya membuang waktu. Mereka berdua tiba tepat di taman belakang akademi. Untungnya Airélle tidak lagi merasakan mual seperti saat teleportasinya terakhir kali dengan Mr. Ernest.

“Sejujurnya kau tidak perlu mengajari atau melatih apapun. Karena semua itu percuma.” pungkas Airélle, to the point.

Aaric mengernyit. “Kenapa percuma?”

“Karena....” Airélle menggigit bibir bawahnya. Haruskah ia mengatakan yang sejujurnya pada Aaric? Airélle cukup sadar diri apa yang dialaminya pasti terdengar sangat tidak masuk akal, dan tidak lazim oleh orang-orang seperti Aaric.

“Nyatanya aku tahu, kau berbeda. Dari awal aku sudah merasakannya.”

ㅤㅤㅤㅤㅤ〔 TO BE CONTINUE 〕

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   18 . The Lios is Nice

    “Aku tidak jadi izin ke Mr. Grevin.” putus Airélle.Sontak saja dua sahabatnya itu menoleh padanya.“Kau serius?” Amatera memastikan, dan dijawab dengan anggukan kepala Airélle.“Tidak takut jadi santapan singa itu?” tanya Kareen, sedikit menggoda Airélle. Setidaknya ia harap bisa menggoyahkan Airélle, karena bagaimana pun, dia juga cemas akan keselamatan sahabatnya itu.Menanggapi pertanyaan Kareen, Airélle bergidik. Semoga saja dia tidak benar dijadikan santapan sarapan singa itu.“Itu sihir, ya? Singanya tidak habis-habis.” celetuk Airélle.Kareen di sebelahnya terkekeh. “Iya, itu ilusi mata.”“Menyenangkan....” gumam Airélle.“Bagaimana kau akan membunuh singa itu nantinya?” Amatera bertanya lagi.Airélle mengendikkan bahunya. “Aku tidak berpikir akan membunuhnya.”

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   17 . Fight Class

    Airélle menghadap cermin, menguncir rambutnya dengan sedikit tricky sehingga hasilnya terlihat lebih cantik.“Wow, bagaimana kau menguncirnya seperti itu, Airélle? Lebih tinggi dan cantik.” Kareen berkomentar.“Mau kulakukan juga ke rambutmu?” tawar Airélle. Maka, Kareen tidak akan menyia-nyiakan dengan menolaknya.Airélle meminta Kareen duduk menghadap cermin rias, lalu ia akan mengambil alih rambut coklat dengan sedikit helai berwarna hijau bergelombang itu.Amatera baru selesai dengan seragamnya. Ia mengamati Airélle yang menguncir rambut Kareen. Sedikit lebih menyusahkan dilihat dari caranya, tapi hasil tidak mengkhianati usaha.“Kalian berdua tampak lebih segar dengan bentuk kuncir itu.” Amatera berkomentar tepat setelah Kareen memekik senang atas hasil rambutnya.“Ame!” Kareen berseru, masih senang. “Kau juga harus mencoba ini. Ayolah, kita bertiga

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   16 . Aaric’s Room

    Gadis itu melangkah dengan tergesa - gesa menyusuri rak demi rak buku menjulang yang memadati perpustakaan.Karena ia tidak bisa berteleportasi seperti penduduk Fantasia lainnya, dengan bermodalkan ilmu komunikasinya yang menanyai setiap orang yang ia temui di koridor mengenai keberadaan Pangeran Orion akhirnya membuahkan hasil.Langkah itu semakin cepat ketika melihat punggung familiar di depan sana tengah membolak - balikkan lembar tiap lembar buku usang.“Aaric!” Airélle berseru.Laki-laki itu menoleh. “Ada apa?”Airélle mencebik. “Kau bilang untuk menemuimu—”“—jika kau sadar ada sesuatu yang kau butuhkan. Jadi, apa yang hilang dan kau butuhkan?” sela Aaric dengan wajah tanpa dosanya.Airélle menggeram kecil. “Kalungku hilang! Kalung yang kutunjukkan padamu hari itu. Aku butuh... siapa tahu kalung itu bisa membawaku kembali lagi ke Chicago!&rdqu

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   15 . The Necklace

    “AIRÉLLE!!”Kedua gadis itu, Kareen dan Amatera, berseru bersamaan ketika melihat satu bagian dari mereka menunjukan pergerakan pasti.Kelompak mata itu perlahan terbuka. Maniknya yang segelap malam justru seakan berkilauan diterpa sinar mentari.Airélle kembali mengerjapkan matanya.“Oh Gods! Airélle, akhirnya kau sadar!” Kareen langsung berhambur memeluknya.Amatera dengan sigap menarik Kareen agar melepaskan pelukannya pada Airélle.“Jangan membuatnya sesak napas, Reen.” katanya, sukses mengundang kekehan dari Airélle.“Kau sudah tidak apa-apa?” Amatera bertanya, mengabaikan gerutuan Kareen yang merajuk padanya.“Badanku... terasa lemas.” jawab Airélle pelan.“Serius, Airélle!” Kareen menatap lekat-lekat pada Airélle, memberitahu ia tak ingin dibantah. “Jangan tinggalkan sarapanmu, maka

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   14 . Healings

    Azrival akhirnya izin pamit undur diri, dia beralasan akan menemui Panglima Fantasia, meskipun niat sebenarnya adalah memberikan waktu berdua kepada dua orang yang paling dihormati di Fantasi, Raja dan Ratu.Sepeninggal Azrival, Raja Galant berjalan lebih mendekat lagi pada Ratu Eliza. Di jarak dekat, beliau bisa melihat wajah khawatir istrinya yang belum pernah Eliza tunjukkan padanya lagi selama belasan tahun.Raja Galant menyampirkan lengannya pada pundak Ratu Eliza. Mengusapnya, menghantarkan ketenangan di sana.“Kau akan menemuinya?” tanya Raja Galant, pelan dan dalam.Ratu Eliza menggeleng sekali lagi. “Tidak, suamiku. Aku belum siap.”“Berikan dia pengertian perlahan. Kau harus menemuinya, Eliza.” Raja Galant memberitahu.“Aku hanya takut, dia tidak bisa menerimaku sebagai ibunya. Dia sangat menyayangi Giovany dan Federick, dia pasti sulit menerima kenyataan ini.” ungkap Ratu Eliza.

  • AIRÉLLE : Puzzle of Fantasy World   13 . The Bad Plan Has Failed

    Aaric memutuskan untuk benar - benar pergi dari sekitar air mancur halaman sisi barat akademi ketika melihat Airélle beranjak dari duduknya. Gadis light blonde itu menepuk-nepuk bagian belakangnya yang ia pikir kotor. Aaric membalik badannya, berniat berjalan dengan arah yang berlawanan dengan Airélle. Memberikan waktu sendiri bagi gadis itu. Tentunya, sebelum insting istimewanya menyala. Aaric kembali berbalik, dan melihat Airélle tengah kewalahan menjaga keseimbangannya. Gadis itu tumbang. Hampir jatuh dan merasakan sakit di badannya apabila Aaric tidak segera menangkap tubuhnya. “Airélle? Kau mendengarku? Hey, bangun.” Aaric menepuk - tepuk pelan pipi itu, tetapi Airélle hanya diam menutup mata rapat. Dia pingsan. Dengan segera Aaric mengangkat tubuh Airélle di gendongannya. Membawa Airélle sesegera mungkin ke unit kesehatan. Koridor - koridor akademi nampak sepi. Dan tiba - tiba suara gadis menyerukan namanya. Aaric melihat di depa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status