#15#Deni"Hati-hati. Kalau butuh bantuan, kamu bisa panggil aku, ibu atau Mbak Sari asisten rumah tangga disini," ucapku.Hari ini adalah hari pertama aku membawa Indah pulang ke rumah, setelah menjelaskan semua pada ibu akhirnya beliau menyetujui tentang rencana ini.Meski ibu masih tidak percaya jika Bayu melakukan kejahatan seperti yang di ceritakan Indah, tapi aku berusaha untuk tidak mengungkitnya.Aku tidak ingin keadaan Indah yang mulai stabil akan kembali terganggu karena pertanyaan-pertanyaan yang membuat dia harus mengingat kembali semua kejadian buruk itu."Makasih ya Den," ucap Indah sebelum aku keluar dari kamarnya.Aku mengangguk dan tersenyum, kemudian aku segera pergi menemui ibu di kamarnya."Bu, Indah sudah aku antar. Ibu istirahat ya," ucapku."Den, apa mungkin Indah berbohong? Bayu yang ibu kenal adalah anak lelaki yang baik. Sama seperti kamu, ibu ragu kalau wanita itu benar-benar mengatakan kejujuran," ungkap ibu.Aku mendekat ke arah beliau, duduk di samping be
#16Hari ini adalah hari pertama aku masuk kantor setelah dua hari mengambil cuti untuk mencari keberadaan Indah.Meskipun hasilnya tidak memuaskan, tapi setidaknya aku sudah mencarinya ke beberapa tempat yang memungkinkan ada Indah."Hey, Den? Mau kemana lu? Kok beres-beres gitu?" tanyaku setelah melihat Deni membereskan meja kerjanya."Gue mau resign," jawabnya singkat."Kenapa?" tanyaku penasaran."Nggak apa-apa, udah saatnya gue nerusin usaha bokap gue yang emang dari dulu gue tinggalin."Entah mengapa Deni terlihat seperti menghindar dariku, ia bahkan tidak menatapku saat berbicara. Aku kenal betul Deni bukan pria yang cuek dan tidak perduli dengan oranglain.Namun, apa yang membuat ia menjadi seperti ini? Apa mungkin ia tengah jatuh cinta? "Mo nikah ya lu? Sama siapa? Sita?" Kali ini Deni menghentikan aktifitasnya. Ia menoleh dan menatapku dengan sorot mata tajam, mungkin aku salah? Padahal, aku tahu betul wanita yang mengejarnya adalah teman satu kantor kami, yaitu Sita.Hany
#17"Assalamualaikum, Bu," ucapku ketika melihat ibunya Deni pulang entah darimana.Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya sang pemilik rumah pun sampai di rumahnya dan aku bisa menanyakan keadaan beliau.Namun, dari penglihatanku. Aku sama sekali tidak melihat jika beliau dalam keadaan sakit. Beliau nampak sehat, bahkan jauh lebih sehat daripada terkahir aku bertemu dengan beliau."Waalaikumsalam, eh. Bayu?" Wajah beliau nampak terkejut saat melihatku, bahkan beliau sempat melihat ke arah belakang dan memastikan sesuatu. Hanya saja aku tak bisa menanyakan apa yang membuat beliau begitu terkejut."Ibu sudah sehat?" tanyaku.Ibunya Deni nampak berpikir sejenak, seolah memang ada yang di sembunyikan oleh beliau. Hanya saja, beliau dengan cepat menjawab bahwa beliau baik-baik saja.Meski terlintas pikiran ragu, aku tetap mengabaikan perasaan tersebut karena disini aku datang untuk meminta maaf pada Deni."Ini buah buat Ibu, oh iya Deni ada Bu?"Aku berusaha untuk bertanya dengan nada
#18#Indah"Kita makan dulu yuk!" ajak Deni setelah aku mendapatkan beberapa helai pakaian yang akan aku gunakan untuk bekerja besok di rumah sakit milik keluarga Deni.Akhirnya aku menyetujui keinginan Deni untuk makan terlebih dahulu. Meskipun waktu masih cukup sore untuk makan malam, tapi kami memang belum sempat makan siang jadi, kami tetap memutuskan untuk pergi ke restoran."Mo makan apa?" tanya Deni."Samain aja lah sama kamu, aku belakangan ini nggak ngerti sama diriku sendiri. Makan masih berasa nggak ada selera gitu Den," jawabku."Ayam bakar disini enak banget, apalagi sambelnya. Kamu harus coba sih, pasti nafsu makan kamu naik deh," ucap Deni antusias.Ia segera memesan makanan yang baru saja ia tawarkan padaku. Masih saja ada rasa kagum pada pria ini, padahal ia sama sekali belum memiliki istri.Namun, dia sangat pandai memperlakukan istri dengan sangat baik. Aku tak mengerti mengapa sampai sekarang ia masih sendiri.Aku yakin banyak wanita yang menyukai dia, tapi ia masi
#19#IndahAku berjalan perlahan, takut jika orang yang tengah menungguku di luar adalah orang yang benar-benar tidak aku harapkan ia berada disini."Yuk aku temenin," ucap Deni seraya berjalan di sebelahku.Entah mengapa, akhir-akhir ini aku merasa ia selalu memberikan aku kekuatan lebih di saat aku benar-benar merasa terjatuh dan membutuhkan semangat lebih.Saat Deni membuka pintu, seorang wanita paruh baya langsung menoleh dan berhambur memeluk tubuhku."Indah ...."Beliau langsung menangis di pelukanku, wanita yang telah melahirkan aku dengan penuh perjuangan itu tiba-tiba ada di depan mataku.Aku bahkan tak percaya, beliau bisa ada disini dan memelukku. Sedangkan ayah kandungku menatapku dengan mata berkaca-kaca.Lima belas menit kami berada dalam posisi yang sama, setelah itu aku melepaskan pelukan dan meminta beliau masuk ke dalam rumah Deni.Bersamaan dengan itu, azan subuh berkumandang sehingga kami melaksanakan salat subuh berjamaah. Deni menjadi imam untuk kami semua, terma
#20Satu bulan telah berlalu semenjak Indah pergi dari rumah. Aku telah benar-benar dekat dengan Nindy dan kami saling menjalin hubungan.Aku tidak menyangka jika gadis secantik dia bahkan mau menjadi pendampingku, dan memikah siri denganku karena pengadilan belum juga memutuskan perceraianku dengan Indah.Karena itu juga, Nindy tidak ingin aku bertemu dengan keluarganya terlebih dahulu. Tak ada yang menjadi saksi pernikahan kami dari pihak Nindy.Apalagi, karena ayah Nindy sudah meninggal jadi wali nikah bisa di serahkan pada wali hakim.Proses memang masih terlalu panjang, tapi hatiku telah berpindah pada Nindy. Aku benar-benar mencintai dia dan ingin menjadikan dia ratu di hatiku.Aku tak ingin ia pergi seperti Indah meninggalkan aku. Sebisa mungkin, aku berusaha untuk memberikan perhatiannya dan yang utama aku jauhkan Nindy dari ibu dan dua adik Perempuanku.Aku benar-benar tidak ingin Nindy mengalami nasib yang sama seperti Indah. Masalalu yang benar-benar menyakitkan untukku.Sa
#21Aku terus membuka satu demi satu foto yang ada di galeri ponsel Nindy. Semua terlihat jelas jika pria yang ia jadikan wallpaper di ponselnya adalah seseorang yang penting.Tak berselang lama, ponsel Nindy berdering. Kontak dengan nama Kevin menghubungi nomor istriku. Nomor yang sama seperti yang mengirimkan pesan pada Nindy tadi."Halo," sapaku."Siapa lu?!" tanya seseorang di ujung panggilan."Kamu siapa?" tanyaku balik."Mana Nindy? Ban*sat banget dia lagi sama cowok!" umpat pria itu dengan nada yang sangat kesal.Aku benar-benar tidak tahu siapa sebenarnya pria ini, mengapa ia berani mengatakan hal kasar pada istriku?"Kamu siapa? Gini deh ya, Nindy kecelakaan dan sekarang lagi di rumah sakit, jadi siapapun elu. Dateng aja kalau memang lu perduli," tegasku lagi.Setelah itu aku langsung menutup panggilan telepon tanpa menunggu pria di seberang sana menjawab. Aku benar-benar kesal dengan ucapan pria tadi.Bahkan ia mengumpat dan berkata kasar kepada istriku. Andai saja saat ini
#22"Maaf Pak harus ada janji dulu sama Pak Deni," tahan seorang wanita yang aku pikir adalah karyawan disini.Aku hanya memandang wanita itu dengan tatapan tajam, kemudian tetap menerobos masuk ke ruangan Deni.Pintu terbuka dan aku benar-benar melihat sahabat lamaku tengah duduk seperti seorang bos besar di perusahaan. Jas hitam yang rapih dan penampilan yang jauh lebih membuatnya terlihat berwibawa."Maaf Pak, sudah saya larang," ucap karyawan wanita tadi."Ok nggak apa-apa," jawab Deni seraya memberikan isyarat pada wanita itu agar pergi dari ruangannya.Deni hanya melirik ke arahku, ia sama sekali tidak merasa bersalah telah mengambil Indah dariku. Bahkan, ia telah menyembunyikan istriku selama ini."Lama nggak ketemu sudah makin sukses sekarang Den? Atau ... memang menyembunyikan kesuksesan?" cetusku.Deni tetap diam, ia sibuk menandatangani berkas yang ada di atas meja di depannya salat ya memang sengaja tidak ingin memperdulikan kehadiranku di sini."Jadi selama ini kamu memil