Rayuan Mantan Kekasih Suamiku

Rayuan Mantan Kekasih Suamiku

last updateLast Updated : 2025-05-08
By:  Angsa KecilCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
90Chapters
3.4Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Masuk ruang kerja suami tanpa ketuk pintu, ternyata suamiku lagi main mesra dengan wanita lain. Apa yang harus aku lakukan? Wanita itu membuatku keguguran.

View More

Chapter 1

Bab 1. Mereka Sedang Main Gila.

"Mas Krisna!" teriak Rania tak menyangka dengan apa yang dilihatnya. Suaminya sedang berpelukan dengen wanita lain, bahkan suaminya berkali-kali mengecup rambut wanita itu.

"Rania?" kaget Krisna. Sontak dia mendorong Karin, wanita yang dalam pelukannya.

"Ini yang kamu bilang sedang meeting, Mas?!" suara Rania meninggi pecah, dia kecewa memekik gejolak emosi. Baru saja suaminya menyuruhnya mengantar berkas yang tertinggal, ternyata malah mendapati kenyataan mengejutkan.

"Kenapa kamu masuk tanpa ketuk pintu? Aku bilang letakkan saja berkasnya di bawah!" kesal Krisna.

Rania tertawa getir. "Apa aku salah datang ke ruang kerja suamiku? Oh, karena Mas nggak mau aku mengganggu acara meeting mesra dengan wanita ini, kan?" 

"Sopan kamu dengan Karin, dia rekan kerjaku!" sentak Krisna.

Karin tersenyum sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Karin, Mbak." Wanita itu tidak ada wajah bersalah sedikitpun.

Mata Rania membeliak. "Ini yang Mas sebut rekan kerja? Berpelukan mesra itu yang Mas sebut meeting? Luar biasa."

"Ran, jaga bicaramu. Kamu hanya salah paham!"

"Salah paham?" Rania tersenyum kecut. Dadanya begitu sesak.

"Maaf, Mbak Rania. Aku dan Krisna tadi sedang-" 

"Diam!" potong Rania dengan tatapan tajam, matanya nyalang ada bara emosi. "Aku tidak bicara denganmu. Aku sedang bicara sama suamiku!"

Krisna mengusap wajahnya kesal. "Ran, kamu tidak bisa yang tiba-tiba datang, lalu langsung menuduh sembarangan."

"Sembarangan?"

Krisna menggeleng frustrasi, suaranya mulai meninggi. "Pkiranmu yang kotor dan selalu curiga! Karin itu rekan kerjaku dan kami sedang diskusi tentang proyek penting."

"Proyek? Sejak kapan kamu garap proyek pelukan mesra?"

"Rania!" teriak Krisna geram.

"Kris, mungkin aku harus pergi. Kita bahas lain kali." Karin hendak melangkah.

"Tidak, Karin. Kamu tetap di sini. Kamu tidak salah. Rania yang salah paham. Maafkan istriku, dia memang bodoh soal bisnis."

"Kamu bilang apa, Mas?" 

Krisna menarik nafas dalam. "Rania, kamu harus belajar percaya pada suamimu. Hubungan kita tidak akan bertahan kalau kamu seperti ini. Gampang curiga pada rekan kerja suami. Yang harus kamu tahu, suamimu tidak berkerja dengan pria saja."

"Mas, kamu-" Rania menggeleng heran.

Karin hanya mematung tanpa ekspresi. 

"Sudahlah, Rania! Kamu pergi saja sekarang! Pekerjaanku jadi kacau karena kebodohanmu!" bentak Krisna keras.

"Aku tidak akan pergi kalau dia masih ada di sini. Kamu pikir aku bodoh seperti yang kamu katakan?!" Rania menatap kesal Karin yang malah menikmati perdebatan suami istri.

Krisna mendesah panjang, wajahnya semakin tegang memerah. "Tidak bisakah kamu percaya sedikit saja? Ini kantor, bukan tempat drama!"

"Mas Krisna pikir ini drama, seperti Mas lagi pelukan mesra tadi? Aku serius, Mas. Aku akan di sini." Rania ingin mengawasi seperti apa sih kerja sama yang mereka katakan.

"Cukup! Aku punya banyak hal yang lebih penting daripada meladeni kecurigaanmu yang tidak berdasar!"

Rania terdiam dengen senyum getir.

"Akhh! Kris! Aduh. kepalaku." Karin memegang kepalanya, suaranya lemah dan gemetar.

Karin terhuyung hampir kehilangan keseimbangan.

Krisna cepat merespons. Dia melangkah panjang ke arah Karin untuk menangkapnya.

Dalam langkah tergesa Krisna tak sengaja menyenggol Rania.

"Akhh!" Rania terjungkal ke meja hingga terbentur keras, membuatnya mengerang kesakitan.

"Karin, kamu nggak apa-apa?"

"Aku nggak apa-apa, Kris."

Akan tetapi, Krisna seperti tuli pada kesakitan istrinya. Dia sama sekali tidak memedulikan Rania. Fokusnya hanya tertuju pada Karin yang kini lemas dalam pelukannya.

"Nggak apa-apa, tapi kamu mau pingsan. Mana yang sakit?" Krisna tampak cemas, kedua tangannya memegangi tubuh Karin agar tidak jatuh.

Rania yang masih di lantai, menatap nanar sikap suaminya. Sakit hatinya semakin mencekik dadanya. Dia coba bangkit, tapi-

"Auwh!" Rania kesakitan. Dia menekan barisan giginya menahan sakit.

Krisna masih sibuk dengan Karin dalam pelukannya.

"Mas Krisna, bantu aku berdiri." Suara Rania lirih memekik nyeri.

Krisna bergeming. Dia bahkan tidak menoleh ke arah Rania. Matanya hanya tertuju pada Karin.

"Karin, coba kamu duduk dulu," ucap Krisna lembut, dia membawa Karin untuk duduk di sofa.

Hatinya seperti dihujam tusukan seribu jarum. Dia kesakitan,  tapi malah diabaikan suaminya.

"Mas Krisna, aku sulit berdiri. Perutku sakit." Rania menekan bagian perutnya.

Akhirnya Krisna menoleh, tapi bukan karena khawatir. Justru kemarahan yang tampak di wajahnya.

"Hentikan, Ran. Kamu malah buat keadaan makin buruk. Kamu tidak lihat Karin jadi pusing. Kamu yang membuat dia stres karena ocehan nggak jelasmu itu."

Rania tercengang. "Aku la ... gi? Akhhh! Auwhhh!"

Padahal jarak dengan Rania sangat dekat, tapi Krisna sama sekali tak mau mendekat.

"Sudahlah jangan drama. Karin asli sakit. Tapi kamu pasti pura-pura sakit cari perhatian."

"Aku memang .... Auwhh!" Rania mengatup kuat matanya menatap nyeri. Bulir-bulir keringat telah muncul di dahinya.

"Karin, kamu minum dulu. Setelah ini akan kuantar ke dokter. Maafkan istriku. Jangan kamu pikirkan apa yang tadi dia omongkan." Krisna membantu Karin minum.

Rania merasakan perutnya semakin kram. Sakitnya semakin tajam, membuatnya harus menahan napas beberapa saat. Tangannya mengepal kuat menahan nyeri yang luar biasa.

"Mas Krisna, aku merasa ada yang tidak beres padaku."

"Cukup dramanya, Ran. Kamu pulang saja sana!"

Rania menegang. Dia merasakan ada cairan yang keluar dari area kewanitaannya. "Mas Krisna, aku-"

"Cukup! Kalau kamu tidak mau pergi, aku yang akan pergi."

Lalu, Krisna membantu Karin berdiri. "Ayo, Karin, aku antar ke dokter. Aku takut kamu kenapa-napa."

Karin mengangguk dan masih tampak lemas.

Bulir cairan bening luruh mengiringi kepergian suaminya. 

"Mas, Aakkhhh!" Nafas Rania berat tersengal. Dia ditinggal begitu saja oleh suaminya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
90 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status