Share

AKU BUKAN PEWARIS TAHTA?
AKU BUKAN PEWARIS TAHTA?
Penulis: Arsyiza

Surat Misterius

Penulis: Arsyiza
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-30 15:51:29

Bruuukkk...

Anna menjatuhkan badan di sofa usang peninggalan mendiang ayahnya. Ia kelelahan setelah mengirimkan roti ke banyak tempat hari ini. Ia memang terbiasa lembur di hari Sabtu karena banyaknya orderan. Orang-orang biasa memesan untuk menghabiskan malam minggu.

Menurutnya malam ini lebih merepotkan dibanding hari sabtu biasanya. Sabtu ini ia harus bekerja di lapangan sebagai kurir pengantar roti. Karena tadi pagi ia terlambat 3 menit saat ceklok. Bagi siapa saja yang terlambat datang harus bekerja di lapangan meski itu perempuan.

Anna memejamkan mata sebentar. Badannya sungguh lelah setelah dari pagi berkeliling seantero kota dengan panas terik yang menyengat. Hingga suara ketukan pintu membangunkannya.

"Permisi, nona, ada surat..", suara yang terdengar asing dari balik pintu.

Anna terdiam sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka pintu. Benar saja, itu suara pak pos.

"Terima kasih pak", Setelan menganggukkan kepala, pak pos berlalu pergi.

Anna masih terpaku di ruang tamu, sendirian. Ia adalah gadis yang mendadak menyandang status yatim piatu. Satu tahun lalu kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan mobil. Kecelakaan itu merenggut semua yang ada. Keluarganya, kebahagiaannya, kenangannya, beserta semua kekuatan yang ada pada dirinya.

Anna adalah gadis cantik nan cerdas. Ia tinggal dalam keluarga yang bisa dibilang kalangan menengah. Ayahnya sebagai pengusaha roti yang sudah terkenal lama di Kota. Ibunya juga sebagai peracik resep roti yang handal. Keluarganya memiliki 3 cabang toko roti di berbagai kota. Dan secara mendadak kecelakaan itu merenggut segalanya.

Anna kembali memandangi amplop coklat di tangannya. Di depannya tertera lettermark Suryadinata Group.

"Suryadinata Group? perusahaan ternama?", dia dengan sigap membuka amplop coklat itu.

Dear Anna Aurelia,

Aku adalah kakekmu, Hadi Suryadinata. Aku turut berduka atas apa yang menimpamu. Atas meninggalnya anakku, Rosaline dan ayahmu. Mungkin bagimu aku adalah asing. Tapi aku secara pribadi mengundangmu untuk tinggal bersama kami. Aku ingin mengenalmu sebagai cucuku dan menebus semua dosa-dosa ku. Besok akan ada orang utusanku menjemputmu. Tinggallah bersama kami. Bersiaplah.

Anna melipat kembali surat itu dengan perasaan bimbang. Orang misterius yang mengaku sebagai kakeknya muncul secara tiba-tiba setelah 23 tahun silam. Selama ini orang tuanya tak pernah menceritakan apapun tentang kakek neneknya dari pihak ibu. Ia hanya tau tentang keluarga ayahnya yang berada di Turki. Sedangkan mengenai keluarga ibunya, kedua orang tuanya selalu merahasiakan sesuatu atau mengalihkan pembicaraan.

Anna meletakkan surat itu di laci ruang tengah. Ia tidak menghiraukan surat itu. " Barangkali ini adalah penipuan yang berkedok perusahaan ternama."

Ia lalu mengambil handuk dan mandi. Mengguyur seluruh tubuhnya yang letih. Ia berharap beban akhir-akhir ini hilang bersama air yang mengalir meluruhkan debu kotoran. Namun kenyataannya tidak.

****

Anna Aurelia, gadis berusia 23 tahun yang semula ceria berubah menjadi pendiam. Ia mengalami keterpurukan luar biasa. Orang tua yang amat menyayanginya pergi secara mendadak. Keluarga yang awalnya sangat hangat berubah menjadi sunyi. Ia tak mampu mengelola usaha milik orang tuanyaendirian di tengah musibah yang hampir merenggut nya juga. Tiga toko orang tuanya disita karena ia tak bisa membayar pinjaman modal usaha. Secara cepat seluruh peninggalan orang tuanya hilang. Meski ada beberapa oknum yang memang sengaja ingin menguasai toko peninggalan ayahnya. Anna merelakan begitu saja. Hidupnya kini tiada arti. Ia hanya ingin hidup sederhana dan semaunya. Hingga akhirnya surat itu datang.

Hari minggu, ia libur kerja. Ia sedang merapikan baju milik mendiang ibunya saat terdengar pintu diketuk. Ia membuka pintu dengan malas. Mengira itu adalah temannya Vania.

"Selamat pagi, dengan nona Anna?", Sapa seorang laki-laki tampan, berkacamata hitam dan berpakaian serba hitam dengan sepatu pantofel. Mengingatkan Anna dengan James Bond versi muda.

"Dengan siapa?"

"Saya utusan Hadi Suryadinata. Boleh saya masuk?", pria berusia 28 tahun itu meminta ijin.

"Maaf, saya tidak bisa mempersilahkan tamu laki-laki masuk. Silahkan duduk di sini". Anna mempersilahkan sambil menunjuk kursi besi yang ada di teras rumah.

Mereka duduk di teras. Anna mulai risau saat pria itu mengutarakan maksud kedatangannya.

"Saya diutus Mr. Hadi Suryadinata untuk menjemput anda. Anda adalah cucu beliau yang tak pernah mengenalnya."

Anna mengerutkan alisnya yang segaris indah, "Maaf, saya tidak bisa mempercayai anda. Ibu saya tak pernah menceritakan apapun tentang Kakek nenek saya sebelumnya."

Pria bertubuh tegap itu segera mengeluarkan berkas dari dalam amplop cokelat. "Silahkan dilihat"

Anna mengamati berkas-berkas yang berisi foto ibunya yang masih remaja. Terlihat dua orang laki-laki dan perempuan separuh baya, berwibawa. Anna sudah mengira itu adalah Hadi Suryadinata dan istrinya. Di samping wanita itu ada dua gadis remaja yang mengapitnya. Gadis cantik dengan rambut ikal blasteran eropa. Di belakangnya terlihat tiga laki-laki muda. Diantara anak-anak mereka, ibunya terlihat yang paling muda.

"Apakah ini keluarga ibuku?", tanyanya masih menatap foto itu.

"Benar. Anda adalah cucu dari Mrs.Anggun, ibu anda" Pria itu menjelaskan.

" Tidak, saya tidak bisa ikut. Ini satu-satunya rumah peninggalan orang tuaku. Setelah 23 tahun yang lalu dan secara tiba-tiba anda datang sebagai utusan Kakekku atau siapapun itu, bagaimana saya mempercayainya? lagipula, saya sudah nyaman tinggal disini." Gadis bermata coklat hazel itu menolak.

Pria itu melepas kacamatanya dan tersenyum. Matanya menyipit, terlihat semakin tampan. Ia lalu mengeluarkan ponsel. Kemudian ia menelepon seseorang. Ia hanya mengangguk kemudian melakukan video call dan mengarahkannya ke Anna.

"Kemarilah nak, kakekmu ingin mengenalmu. Disini kau akan lebih bahagia." Pria berusia 70 tahun dengan rambut putih itu terlihat berwibawa.

"Mohon maaf, kakek, atau siapapun anda, saya akan merasa jauh lebih baik jika dekat dengan kenangan orang tua saya. Jadi mohon maaf, saya tidak bisa memenuhi permintaan anda". Anna mempertegas. Pria itu hanya tersenyum dan menunduk.

"Kau memang beda, sifat ayahmu yang keras kepala rupanya kau warisi. Tapi sepertinya tidak dengan sifatnya yang penipu." Kakeknya berkata dengan setengah tersenyum sinis.

"Apa? siapa kau yang tiba-tiba datang dan mencela ayahku seorang penipu?" Anna mulai meradang.

Pria berpakaian hitam itu langsung mematikan teleponnya. Anna masih mengerutkan alisnya dan mengarahkan pandangannya kepada pria itu.

"Katakan pada Pak Hadi Suryadinata, cucunya, Anna Aurelia tidak akan sudi menginjakkan kaki di kediaman Suryadinata. Sekali lagi mohon maaf, silahkan anda kembali." Anna masuk dan menghempaskan pintu.

"Kau pasti akan menginjakkan kakimu di kediaman Suryadinata. Meski bukan sebagai cucu..". pria itu bergumam dan tersenyum. Kemudian berlalu pergi dengan mobil ferrari hitamnya.

Anna menutup pintu dengan kesal. Ia kemudian duduk dan menggerutu. "Bagaimana mungkin orang yang mengaku sebagai kakekku mencela ayahku?"

Ia terdiam sejenak, kemudian membelalakkan matanya " Atau ini ada hubungannya dengan rahasia ayah dan ibu selama ini?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik sih ceritanya.. mau follow akun sosmed nya dong kalo boleh?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • AKU BUKAN PEWARIS TAHTA?   Bab 40

    Pertemuan Gina dan Aslan tidak begitu lama. Aslan akhirnya memaksa Gina untuk segera kembali ke rumah setelah melihat pemandangan yang sama sekali tidak ia harapkan. "Ada apa sih Bi, kau menyuruhku cepat pulang?" Gina bertanya dengan polos saat mereka sudah berada di depan restoran. Tentu saja Gina tidak mengetahui keberadaan Anna yang datang bersama Galih. Jika Gina mengetahuinya, pastilah akan beda lagi ceritanya."Aku akan menyuruh Pak Budi mengantarmu pulang. Kau pulanglah duluan! Aku masih ada urusan penting." Ucap Aslan datar sembari memainkan ponsel menghubungi seseorang."Kau tidak mau mengantarku?" Gina seolah tidak percaya dengan ucapan Aslan.Namun Aslan tetap fokus pada ponselnya. Ia seakan tidak peduli dengan ekspresi Gina."Aslan! Aku sedang bertanya padamu!" Gina menaikkan nada suaranya saat mendapati Aslan sama sekali tidak menghiraukan dirinya."Apa kau tidak mendengar ucapan ku tadi?" Aslan kembali bertanya dengan lebih lembut. Membuat Gina yang sedang tersulut menj

  • AKU BUKAN PEWARIS TAHTA?   Bab 39

    Wanita itu, wanita yang kini sedang duduk di hadapan Aslan tidak lain adalah Gina, kekasihnya. Bukankah itu hal yang wajar jika Aslan mengajak Gina ke tempat yang elit seperti ini? Namun tidak untuk hati Anna. Ia merasa tindakan Aslan kali ini sangat tidak bisa dimengerti.Mendengar pernyataan cintanya seminggu yang lalu, ia bahkan sudah berjanji untuk melepas Gina. Dan apa yang ada di hadapan Anna sekarang berbeda dengan ucapan pria yang sangat dipercaya oleh Anna itu.'Tidak, pasti Aslan mengajak Gina kesini untuk mengakhiri segalanya.' Hati dan pikiran Anna seolah memberontak hebat melawan pandangannya saat ini.Anna bahkan tidak sudi memutar kepala menghadap mereka berdua. Dalam hati kecilnya sungguh ia tidak sanggup menghadapi kenyataan yang mulai mengusik hati dan pikirannya kini. Anna semakin terdiam. Ingin rasanya ia beranjak dari tempat ini agar pikiran buruk yang menghantuinya sirna begitu saja.Galih yang mengamati perubahan sikapnya secara diam-diam mulai mengalihkan pembi

  • AKU BUKAN PEWARIS TAHTA?   Bab 38

    Anna celingukan mencari seseorang di dalam restoran ternama ini. Ia nampak canggung saat memasuki restoran Tivolly, karena ini baru pertama kalinya ia menginjakkan kaki di restoran ternama ini. Restoran ini merupakan tempat makan elit yang biasa dikunjungi oleh orang-orang berkelas menengah ke atas. Tentu saja bagi Anna memasuki restoran Tivolly adalah hal yang tidak wajar. Mengingat ia tidak biasa dan bahkan tidak begitu mengerti pergaulan para orang kaya. Ia lihat para wanita dengan tas bermerek ratusan juta rupiah, sesuatu yang jelas mendominasi ruangan ini. Membuatnya harus menyembunyikan rapat-rapat tas selempang hitam di balik tangannya.Mata hazelnya berbinar saat menangkap sosok pria yang sejak tadi ia cari. Galih sudah duduk di meja nomor dua belas sedang melambai ke arahnya. Anna lalu berjalan ke arahnya dengan menundukkan kepalanya. "Kau baru sampai?" Tanya galih saat Anna sudah berada di depan mejanya."Lumayan sih. Aku cukup lama berdiri mencari keberadaanmu." Anna menj

  • AKU BUKAN PEWARIS TAHTA?   Bab 37

    Aslan berdiri hampir saja ia bergerak memutari meja. Saat Anna dengan sigap melirik setiap gerak gerik pria itu. Anna harus berjaga-jaga saat mereka sedang berduaan di dalam ruangan seperti saat ini. Tepatnya sedang dalam posisi yang memaksanya berdua saja dengan Aslan. Anna tidak mau emosinya tidak terkontrol ketika berhadapan dengan Aslan seperti di kediamannya kemarin.Aslan tersenyum menggoda saat mengetahui gerak refleks Anna untuk menjauh ketika dirinya mulai mendekati gadis itu. " Ada apa?"Anna menggeleng cepat. "Tidak ada. Hanya berjaga-jaga."Aslan mengangkat sebelah alisnya sambil memiringkan kepala mengamati ekspresi Anna."Ada apa?" Anna ganti menanyakan tatapan Aslan yang mengintimidasi dirinya."Kau gadis yang sangat naif," Gumam Aslan."Terima kasih." "Jangan bersikap seperti itu di hadapanku!" Aslan mendengus kesal. "Karena akan membuatku semakin mencintaimu." "Semakin kesini, aku semakin tidak percaya dengan pernyataan cintamu. Karena kau bahkan masih menjalin hubu

  • AKU BUKAN PEWARIS TAHTA?   Bab 36

    "Dimana Anna?" Aslan memasuki dapur ruangan dan hanya disambut oleh Vero, salah satu rekannya."Dia sedang nganter kopi, Sir. Ada apa, Pak?" Vero balik bertanya kepada Aslan."Oh, nanti kalau dia sudah kembali suruh ke ruangan saya." Aslan memberi arahan tegas.Vero terdiam sejenak, mungkin ia sedang berpikir tentang penggilan mendadak Aslan. Lalu dengan cepat ia menganggukkan kepala mengiyakan arahan Aslan."Baik, Pak. Akan saya sampaikan."Aslan lalu meninggalkan ruangan. Ia meninggalkan Vero yang masih dilanda sebuah tanda tangan besar. Hingga akhirnya telepon di dapur ruangan berdering. "Dapur perusahaan." Sapa Vero."Tolong antarkan teh ke lantai dua ya.." Vero terlihat menghembuskan napas kasar sembari mengangguk pelan. Setelah telepon ditutup, ia menggerutu pelan sembari membuat minuman. Lalu pergi ke lantai dua dengan membawa trolly berisi minuman pesanan karyawan.****Saat jam makan siang Anna dan Rani sedang menyantap bekalnya di kantin perusahaan seperti biasa. Namun Anna

  • AKU BUKAN PEWARIS TAHTA?   Bab 35

    Kantor masih sepi ketika Anna mengecek galon di setiap ruangan. Sesekali ia mendapat sapaan dari para karyawan yang melewatinya saat baru memasuki ruangan. Anna selalu bersikap hangat pada siapapun dan ini membuat ia dikenal ramah oleh setiap karyawan."Bukankah kamu.. Anna?" Sebuah suara membuatnya menoleh seketika saat akan mengangkat galon ke dispenser."Galih?" Anna turut heran menatap sepupunya. Sepagi ini ia sudah berdiri di sana."Kamu bekerja di sini?" Mata Galih menatap Anna dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ia seakan terkejut dengan pemandangan yang tersaji di hadapannya."He'em, seperti yang kau lihat." Anna mengangkat kedua tangannya setengah badan mengiyakan pertanyaan Galih."Why? Inikan, perusahaan..." "Suryadinata Grup?" Anna sengaja menyela ucapan Galih sembari melihat sekitar jika saja ada banyak karyawan yang melihatnya.Galih menautkan alis semakin heran saat menatap sepupunya dengan pakaian cleaning servis seperti itu. "Kau benar-benar bekerja sebagai office

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status