Sebulan berlalu dari kejadian itu, aku telah resmi menjadi istri Mas Adam.Dia terlihat sangat mencintai ku, tapi lain dengan perasaan ku, aku belum bisa mencintai nya, apalagi harus menerima kehadiran anaknya. aku menikahinya hanya untuk menumpang hidup. Menikahiku adalah harapan Mas Adam dari dulu, jadi ia begituBahagia saat Ibu datang untuk menawarkan aku untuk nya. Dia suami penurut, gajinya aku yang pegang. Tak hanya itu, ku jadikan anak tiriku Rahma menjadi babu di rumah. Lumayan ngirit, gak perlu cari IRT. Meskipun awalnya susah ngajarin dia nyapu, dan nyuci yang bersih. Tapi Lambat laun dia akan menjadi gadis yang rajin.Seperti hari ini setelah Mas Adam berangkat kerja ku beri tugas dia mencuci baju. "Rahma gak bisa Bu. Ayah gak bolehin Rahma nyuci."ucapnya manja."Gak bisa, gak Bisa! Bisanya apa kamu? Makan? Jajan? Ngabisin duit? Hah? Ayahmu gak ngajarin kamu, sekarang di sini ada Ibu, jadi kamu harus nurut apa kata ibu. Paham?"Anak itu terdiam dengan wajah ketakutan."
"Apa maksud kamu? Memuji wanita lain di depan aku? Kamu tau Mas, Ratih memakai cadar untuk menutupi wajahnya yang luka. Sok tau kamu bilang cantik."Aku begitu murka saat Mas Adam menyanjung mantan istrinya di depanku."Meskipun wajahnya tertutup, tapi aku bisa melihat dia lebih cantik dari yang dulu,"jawabnya sambil berlalu meninggalkan aku."Berani sekali kamu Mas bicara begitu di depanku? Kamu benar-benar tidak menghargai aku!"Seketika orang sekitar memandangi ku yang tengah memarahi Mas Adam."Sudahlah Helen, kenapa kamu harus marah-marah? Aku bicara apa adanya.""Tapi kamu nyinggung perasaan aku Mas!" Pertengkaran kami hingga ke rumah. Aku benar-benar tak bisa terima suamiku terus membela mantan istrinya. Jelas-jelas aku lebih cantik dan lebihj muda dari Si Ratih!"Kalian kenapa setiap hari bertengkar terus, apa tidak capek?"tanya ibu yang melihat wajahku penuh kekesalan. "Gimana aku tidak marah Bu, tadi kami bertemu Ratih, Mas Adam malah terus memuji kecantikannya. Aku gak su
Ya, aku harus ikuti rencana ibu. Memang terpikir sangat ekstrim, dan beresiko. Tapi tak ada pilihan lain, aku tak mau mempunyai saingan. Tak ada pilihan lain.*****"Berapa bayarannya?" "Sepuluh juta. Gimana?""Gila, ini pekerjaan berat. Mana mau kalau gue cuma di bayar Sepuluh juta?""Tenang, lu gak bakal di penjara. Karena lu akan berperan sebagai orang gila yang masuk pesta.""Ogah! Gue mau tambahan."Heu! Sial. Ternyata tak mudah membujuk preman jalanan ini."Oke, lu mau berapa?""Dua puluh Lima juta. Gimana?""Apa?""Terserah lu, gue pastiin gak bakal ada yang mau kalau lu hanya bayar di bawah angka yang gue tawar.""Oke. Gue setuju. Ingat pesan gue. Sasaran lu pengantin yang memakai cadar.""Siaaaap gue paham."Begitulah percakapan ibu dengan orang suruhannya. "Beres Helen, sekarang kita tinggal tunggu waktunya saja. Kamu siapkan uangnya Dua Puluh Lima juta,"pinta ibu. Aku harus memutar otak untuk pengeluaran uang, takutnya Mas Adam menanyakan uangnya selama ini aku pegang.T
Aku juga bisa cantikMakeoverBagian 1"Ratih, tolong bilangin ya, ke Adam. Besok jangan sampai lupa acara ke Uwa Haji, nanti kami jemput pagi-pagi.""Iya Bu, nanti aku sampaikan ke Mas Adam."Telepon pun terputus. Aku tak pernah tau kalau ada acara kondangan ke luar kota, Mas Adam tak pernah memberitahu ku.Malam itu, aku menyampaikan pesan Ibu pada Mas Adam suamiku, saat ia terlihat santai menonton televisi."Mas, tadi ibu telepon, katanya besok mereka pagi-pagi mau jemput.""Hm..." jawabnya malas. Lalu aku menemaninya menonton televisi, ku lihat Mas Adam fokus pada ponselnya, tanpa ia sadari ku lihat bibirnya terus menerus mengulum senyum. Entah apa yang membuatnya terlihat senang. Karena penasaran aku tak melepaskan pandanganku darinya. Tiba-tiba Mas Adam menoleh ke arahku, wajahnya kembali serius, nampak kerut di keningnya menandakan ia tak suka perhatianku."Kenapa kamu? Tidur sana temani anak-anak!" pintanya ketus."Kamu belum ngantuk Mas?""Belum. Udah sana tidur duluan!" L
Aku juga bisa cantikMakeoverBagian 2Dua hari telah berlalu dari saat itu. Saat sedang mengasuh Rahma tiba-tiba Ririn temanku menelepon."Ratih, aku mau nanya, besok rencana kamu mau pakai baju apa untuk acara kantor? Kita samaan yuk biar seru.""Acara kantor? Acara kantor apa Rin? Aku malah nggak tau.""Hmm, Si Adam lupa kali ngasih tau kamu. Pak Dodi dapat proyek besar lagi katanya. Jadi dia ngadain acara gitu deh buat bawahannya. Tapi katanya kali ini akan tambah seru, karena tempatnya di salah satu pulau di kepulauan seribu yang terkenal keindahannya. Seru kan?"Aku hanya terdiam, sambil membayangkan betapa serunya membuat acara di sana. Tapi Mas Adam tak memberitahu ku. Apa mungkin belum, aku akan sedikit menunggunya. Ku lihat Mas Adam tengah membereskan baju dan dimasukkan ke dalam koper berukuran sedang, aku mendekatinya."Mas mau kemana?""Ada acara kantor di kepulauan seribu."Alhamdulillah, akhirnya dia bilang dengan jujur padaku tentang acara itu,.."Kalau begitu, sebe
Aku juga bisa cantikMakeoverBagian 2.Aku segera menghampiri mereka berdua dengan gemuruh sesak di dada. "Apa yang telah kalian lakukan? Apa itu?" Ku tunjuk photo pernikahan itu dengan emosi yang meluap-luap.Ku lihat Mas Adam dan Helen saling berpandangan, lalu keduanya saling tertawa. Tak ada yang lucu bagiku, aku tetap berdiri di hadapan mereka sembari tubuh gemetar."Kamu kenapa Ratih? Jangan panik begitu melihat photo kami ini. Ini hanya sandiwara," ucap Mas Adam dengan tenangnya."Iya Bibi, ini photo bukan photo sungguhan. Kami sengaja membuatnya karena rumah ini akan kedatangan tamu teman kantornya Mas Adam," sambung Helen.Menurut ku, tetap saja itu berlebihan. Pernikahan bukan suatu hal yang boleh di permainan."Tapi, apa maksudnya? Bukankah di sana sudah ada photo pernikahan kita?" tanyaku lagi sembari menunjuk ke arah photo pernikahan ku dan Mas Adam yang tertempel di dinding ruang tamu. "Ratih, untuk sementara akan aku gantikan photo kita itu, dengan photo ini, karen
Aku juga bisa cantikMakeoverBagian 4Aku tertunduk, karena Mbak Yuli terus menerus menyalahkan aku. Bukan penyelesaian masalah yang ku dapat, tapi aku menjadi terpojokan. "Mbak tidak mau kamu lagi-lagi menyalahkan Helen, Helen itu hanya membantu Adam dan itu tidak geratis, Helen melakukan itu untuk membayar biaya kuliahnya, kamu tau sendiri keadaan Mbak yang tidak kerja. Jadi Mbak harap kamu paham ya?''Mbak Yuli beranjak pergi meninggalkan ku seorang diri. Aku pun kembali ke rumah ibu mertuaku untuk mengambil anak anak."Ada apa Tih? Apa Mbak kamu nya ada di rumah?""Ada Bu,""Ada apa? Ko mukamu sedih begitu?"Ku tatap wajah tua ibu mertuaku, rasanya tak tega jika aku harus bercerita masalah rumah tangga ku padanya, pastinya ibu akan sedih dan menjadi kepikiran. Teringat ucapan Mbak Yuli, bahwa semua ini juga salahku yang tak bisa menjaga penampilan di depan suami. Mungkin ada benarnya. Aku harus perbaiki dulu cara ku berhias. "Tidak Bu, tidak apa-apa. Ratih hanya sedang ingat p
Bagian 3Tak Henti-hentinya setiap orang yang melihatku lagi-lagi tertawa terpingkal-pingkal.Aku yang tak paham apa yang mereka lihat lucu, membuat ku bingung dan hanya terdiam."Huussst, kalian jangan begitu dong, kasian kan Bibi, dia udah berusaha untuk tampil cantik depan kalian." ucap Helen, yang sesekali menahan tawanya."Helen, ada apa ini? Kenapa dengan wajahku?""Tidak apa-apa ko Bi, mungkin begitulah cara mereka memuji Bibi."Aku memang tak bisa bersolek, tapi bukan berarti aku tak mengerti apa yang tengah terjadi, yang jelas-jelas mereka mentertawakan aku. "Helen, apa kamu pikir aku bodoh? Mereka mentertawakan aku, bukan sedang menyanjung ku.""Ada apa ini?" Tiba-tiba Mas Adam datang ia melihat semua orang yang ada di ruangan itu tengah menatap ku, bagai tontonan lucu. "Ratih?"Mas Adam mendekat dan menatap wajahku lekat "Ratih! Apa yang kamu lakukan disini? Ya ampuun, benar-benar memalukan! Kata aku apa? Kamu tidak perlu dandan. Lihat hasilnya! Lihat!" Mas Adam berter