Beranda / Romansa / AKU TETAP MENCINTAIMU, SAYANG / Bab 22 Kecocokan Genetik 99,8%

Share

Bab 22 Kecocokan Genetik 99,8%

Penulis: Lyren Kael
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-11 20:50:40

Pagi berikutnya, ruang tunggu Klinik Cendrawasih itu kebetulan sunyi, hanya terdengar suara jam dinding dan desis pendingin udara yang monoton. Ravika duduk menunduk, jemarinya meremas tas tangan seperti menahan sesuatu yang lebih berat dari sekedar kecemasan. Tama berdiri di depan jendela, tangannya masuk di saku, matanya menerawang ke arah halaman belakang tempat beberapa pasien anak sedang bermain.

“Elyra sudah di ruang observasi?” suara tanya Tama terdengar pelan tapi tegas.

Ravika mengangguk.

“Iya. Dokter bilang prosesnya nggak lama. Tapi… hasil lab kemarin belum keluar.”

Tama menoleh, menatap Ravika. Ada rasa bersalah yang mengendap di matanya. “Harusnya dari dulu aku bantu, Vik. Bukan nunggu sampai separah ini.”

“Jangan ngomong gitu, Mas.” Ravika menatapnya, nada suaranya lembut tapi jelas. “Kamu bantu sekarang aja udah lebih dari cukup.”

Pintu ruang dokter terbuka, dan Dokter Mira keluar dengan map tebal di tangannya. Perempuan itu berusia sekitar empat puluhan, rautnya lembu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • AKU TETAP MENCINTAIMU, SAYANG   Bab 37 Di Antara Harapan dan Kenyataan

    Sementara itu, di rumah megah kawasan Menteng, Raisha sudah mulai merasa seperti tuan rumah. Dengan cerdik, dia memanfaatkan kedekatannya sebagai adik Alya untuk mengamati setiap dinamika dalam rumah tangga kakaknya. Ia memang memendam rasa suka terhadap kakak iparnya. “Dia pulang larut lagi, Kak,” ucap Raisha suatu sore saat mereka berdua sedang minum teh di taman, menyiratkan Tama. “Lagi sibuk urusin anaknya itu ya?”Sebutan “anaknya” sengaja diucapkan Raisha dengan nada sedikit sinis. Alya yang sedang memegang cangkir teh langsung menatapnya tajam.“Sudah jangan ikut campur urusan itu, Sha,” potong Alya singkat. “Aku sudah tahu semuanya.”Raisha tak menyerah. “Tapi, Kak… Kamu nggak khawatir? Itu kan bukan cuma sekedar ‘anak’, tapi juga ada mamanya. Ravika, kan? Mereka bertiga sekarang kayak keluarga kecil di rumah sakit.”Alya meletakkan cangkirnya dengan agak keras. “Aku tahu apa yang aku lakukan. Dan aku tahu apa yang dia lakukan.” Ada amarah yang tertahan di nadanya. Meski su

  • AKU TETAP MENCINTAIMU, SAYANG   Bab 36 Kedatangan Raisha

    Vika kembali dengan dua cup minuman panas, nasi bungkus dan beberapa pack roti untuk Elyra. "Aku akan menemani kalian selama proses dialysis," ujarnya pada Ravika."Kamu nggak perlu, Mas. Ada aku di sini. Lagipula, kamu pasti harus ke kantor," jawab Ravika mencoba bersikap praktis, sembari menyerahkan kopi panas dan menyiapkan sarapan mereka. "Tidak ada yang lebih penting dari ini," bantah Tama dengan lembut tapi tegas. "Aku sudah mengatur semuanya. Seno akan menangani meeting pagi ini, dan aku bisa bekerja dari sini." Dia mengeluarkan laptop dari tas kerjanya, menunjukkan niatnya untuk benar-benar hadir sepenuhnya.Selepas sarapan dan sambil menunggu persiapan dialysis selesai, Tama membuka laptopnya dan mulai membalas email. Ravika memperhatikannya diam-diam. Ada yang berbeda dalam caranya sekarang. Bukan lagi CEO yang dingin dan berjarak, melainkan seorang ayah dan... seseorang yang berusaha memperbaiki kesalahan. Tapi bisakah niat baik mengubah takdir? Bisakah kehadirannya seka

  • AKU TETAP MENCINTAIMU, SAYANG   Bab 35 Suara Hati Ravika

    Di dalam mobil yang meluncur kembali menuju ke rumah sakit, Ravika memegang erat tas berisi pakaian ganti dan barang-barang kecil Elyra. Sebuah boneka kain beruang yang sudah usang, buku cerita favorit, dan selimut kecil yang selalu menemaninya tidur. Barang-barang itu terasa begitu ringan, namun seakan berbicara tentang betapa rapuhnya kehidupan yang sedang mereka perjuangkan."Tadi... apa kata Ayah setelah aku masuk?" tanya Ravika, memecah kesunyian.Tama menghela napas, kedua tangannya masih erat memegang kemudi. "Dia bilang, yang dibutuhkan bukan janji, tapi tindakan." Dia melirik sebentar ke arah Ravika. "Dan dia benar. Aku sudah terlalu banyak berjanji dalam hidup ini, tapi mungkin terlalu sedikit yang benar-benar kutepati," imbuhnya. "Kamu nggak harus merasa terpaksa, Mas. Aku dan Ely udah terbiasa...""Jangan," potong Tama, suaranya tegas. "Jangan lagi bilang kalian sudah terbiasa. Aku nggak mau kalian 'terbiasa' lagi. Aku ingin kalian... terbebas. Terbebas dari semua pende

  • AKU TETAP MENCINTAIMU, SAYANG   Bab 34 Jejak yang Kembali Terbuka

    Beberapa jam kemudian, setelah memastikan Elyra stabil dan dijaga oleh perawat, Tama mengantar Ravika pulang untuk mengambil pakaian ganti untuk Elyra dan dirinya sendiri serta perlengkapan rawat inap lainnya. Di dalam mobil, Ravika memejamkan matanya, mencoba menenangkan diri. Tapi yang terlihat justru bayangan Alya, wajahnya yang terluka, tatapannya yang tajam menyalahkan. "Apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?" tanyanya lirih, suaranya serak.Tama menghela napasnya dalam. "Aku akan bicara dengan Alya. Jelasin semuanya dari awal." Tangannya menggenggam kemudi lebih kencang. "Dia berhak mendengarnya langsung dariku.""Tapi...""Tidak ada 'tapi', Vik. Ini sudah keterlaluan. Bagaimanapun, Alya adalah istriku, dan dia menemukan kebenaran dengan cara yang paling buruk." Suara itu ada penyesalan dalam nada bicaranya. "Aku harus bertanggung jawab atas situasi ini."Mendengar kata "istriku" dari mulut Tama, Ravika semakin hancur. Itu adalah pengingat keras tentang posisinya yang se

  • AKU TETAP MENCINTAIMU, SAYANG   Bab 33 Penyusup di Atas Panggung

    Di luar ruangan, langit mulai beranjak senja. Sinar jingga menerobos jendela, menyinari wajah Elyra yang masih tertidur pulas dan dua orang di sampingnya yang akhirnya bersatu kembali oleh sebuah ujian hidup. Ruang klinik itu menjadi saksi bisu sebuah ikrar baru, sebuah janji untuk memperjuangkan kehidupan, sebuah tekad untuk tidak lagi melarikan diri dari tanggung jawab, dan sebuah harapan bahwa liontin biru itu akan terus berkilau di leher putri mereka untuk waktu yang lama.Sementara itu, di lantai bawah, seorang wanita berdiri di depan resepsionis Klinik Cendrawasih. Wajahnya tersembunyi di balik kacamata hitam besar, tapi posturnya yang anggun dan aura mahalnya tak bisa disembunyikan."Saya di sini untuk menjenguk Elyra Ananda," ucap Alya pada perawat jaga, suaranya datar.Perawat itu memeriksa buku tamu. "Silakan, Bu. Lantai 2 ruang 304.""Terima kasih," ucapnya datar. Alya berjalan menuju lift, jantungnya berdebar tidak karuan. Armand telah melaporkan insiden di sekolah. Dia

  • AKU TETAP MENCINTAIMU, SAYANG   Bab 32 Elyra Harus Cuci Darah

    "Kami akan melakukan observasi menyeluruh," kata Dokter Mira kepada Tama dan Ravika yang berdiri di luar, wajah mereka sama-sama diliputi kecemasan."Kami sudah punya data dasarnya. Ini kemungkinan reaksi tubuh terhadap perkembangan penyakitnya, atau kelelahan akut.""Lelah? Dia tadi hanya bermain biasa," bisik Ravika, menggigit bibirnya."Tubuhnya sedang bekerja sangat keras, Bu Vika. Bermain bagi anak sehat adalah hal biasa, tapi bagi Elyra, itu bisa menjadi beban yang berat." Dokter Mira kemudian memandang mereka berdua. "Kami akan melakukan yang terbaik."Pintu ruang gawat darurat tertutup, meninggalkan Tama dan Ravika berdua di koridor yang sunyi. Ketegangan yang sempat terlupakan kini kembali menghampiri. Mereka berdiri berjarak, diam menerawang, disatukan oleh ketakutan yang sama namun dipisahkan oleh tahun-tahun yang hilang.Tama yang pertama kali memecah kesunyian itu. Suaranya serak dan getar. "Kenapa... kenapa kamu nggak memberitahuku dari dulu, Vik?" Pertanyaan sama ya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status