Tama masih berdiri di teras, mendengar samar-samar tangisan Vika, menyadari ia sudah terlambat untuk apa pun. Beberapa menit kemudian, Marno keluar menemui Tama. "Maaf, Nak. Dia nggak mau keluar." "Saya juga minta maaf, Pak. Ini... ini punya Vika," Tanpa berkata apa pun lagi, Marno mengangguk, menerima liontin biru motif matahari yang disodorkan Tama, lalu menutup pintu perlahan. Dan Tama pun pergi dengan rasa sangat terpaksa. Di balik pintu itu, selang beberapa saat Ravika akhirnya tertidur dengan mata yang bengkak, bukan karena menyerah, tapi karena mulai paham satu hal, dunia bisa hancur hari ini, tapi ia masih punya seorang ayah yang tidak akan pergi darinya. -oOo- Tujuh bulan sepuluh hari berlalu setelah test pack itu, HPL sudah saatnya menjemputnya... Ketika akhirnya bayi itu lahir di sebuah klinik sederhana, Ravika menangis bukan karena sakit, tapi sebaliknya karena lega. Bayinya kecil, lucu, hangat, harum wangi susu, perempuan, dan sehat. Bagian kecil dari duniany
Last Updated : 2025-10-15 Read more