Nada membuka mata perlahan dan melihat pemandangan Dejavu, bangun tidur dengan melihat pria tampan yang tertidur lelap. Putra membuka mata perlahan dan melihat Nada sudah bangun lalu tersenyum dengan suara serak. "Pagi."Nada menatap takjub Putra, senyum yang menyilaukan serta suara serak yang seksi. "Pa- pagi."Putra meraba perut Nada. "Ada masalah dengan perut kamu? Semalam aku berusaha hati-hati supaya tidak menyakiti anak kita."Nada mengangguk pelan. "Tidak apa."Putra menghela napas lega lalu memeluk erat tubuh Nada. "Tidur dulu, semalam kamu sudah bekerja keras."Nada memberanikan diri memeluk pinggang Putra. Mereka berdua tertidur lelap lagi.Lima jam kemudian, Putra mengantar Nada pulang ke rumah, keluar hotel lewat jalur rahasia para bos.Putra memarkir mobil agak jauh dari rumah supaya tidak ketahuan, begitu Nada turun dan jalan menuju rumahnya. Putra mengawasi dari dalam mobil lalu pergi setelah melihat Nada belok masuk ke dalam rumahnya.Tapi yang tidak diketahui Putra,
Keesokan harinya, hotel tempat Nada bekerja menjalankan aktifitas seperti biasanya kecuali tidak adanya sosok Nada."Bu Nada masuk rumah sakit?" tanya general manager yang tidak percaya saat mendapat konfirmasi dari marketing senior. "Tadi kakaknya telepon dan memberikan kabar kalau Bu Nada masuk rumah sakit Cinta.""Kalau begitu, kita harus mengunjunginya.""Tidak boleh. Kata kakaknya, Bu Nada harus istirahat penuh dan tidak ada yang bisa mengganggu."General manager menghela napas panjang lalu menoleh ke pintu masuk dan melihat Putra datang sambil melihat jam tangannya. "Pak Putra!" general manager menghampiri Putra."Ada apa?" tanya Putra dengan dingin."Hari ini Bu Nada tidak masuk kerja karena masuk rumah sakit, ngomong-ngomong bapak bilang soal lembur-""Bu Nada masuk rumah sakit?" Potong Putra."Ya, katanya kemarin masuk. Kami hendak menjenguk tapi dilarang oleh ka-"Putra menarik tangan general manager. "Kita harus mengunjungi Bu Nada.""Eh, tapi-""Saya merasa bersalah karen
Setelah mengawasi Lina dan Oza pulang, Nanda berbincang sebentar dengan atasan Nada lalu memutuskan pulang ke rumah untuk mengambil pakaian ganti.Ibu mereka pun pasti terlalu syok dengan kejadian semalam. Begitu tiba di rumah, Nanda melihat adik laki-lakinya yang berbeda dua tahun, berdiri di depan pagar dan tersenyum ketika melihat mobil kakaknya datang."Kak, boleh pinjam mobilnya?" tanya adik laki-laki bernama Adam ini yang bertanya begitu Nanda hendak membuka pintu pagar. "Kamu kesini hanya untuk itu?" tanya Nanda sambil masuk ke dalam rumah, setelah dipikirkan lagi sebaiknya tidak memasukan mobil ke dalam karena dirinya akan kembali ke rumah sakit lagi.Pintu rumah dikunci dan Nanda segera membuka memakai kunci cadangan miliknya."Kak, aku harus keluar bersama teman-teman. Pinjam mobilnya sebentar ya," rengek Adam."Kenapa kamu tidak minta ayah saja? Dia pasti mengabulkan keinginan kamu."Adam cemberut. "Ayah tidak mungkin kasih, dia lebih peduli sama adik-adik yang lain.""Mob
Begitu pulang dari luar negeri bersama istri dan kedua anaknya, pemilik hotel Trisha bersikeras menemuinya terkait penolakan Putra. Saat ini mereka duduk berhadapan di sofa empuk, saling menatap curiga seperti musuh."Saya benar-benar tidak menyangka, Aditama group sudah mengabaikan permintaan kami.""Permintaan apa yang kalian inginkan? Saya rasa Putra sudah mewakili semuanya."Antok Trisha menatap benci Reza yang sombong, hanya karena beruntung terlahir dari keluarga bagus jadinya bisa menekan orang yang lebih tua. "Tuan besar, keinginan saya hanya sederhana. Saya ingin Bu Nada ke hotel saya untuk mengawasi marketing hotel saya yang pendapatannya mulai menurun.""Anda yakin, masalahnya ada di marketing?""Tentu saja, saya bukan orang bodoh. Meskipun saya tidak sehebat keluarga anda, saya juga mengurus hotel sejak lama.""Yang jadi pertanyaannya, meskipun anda sudah tahu- kenapa anda tidak memperbaikinya dan harus menunggu kami? Masih ada orang lain yang jauh lebih kompeten dari mar
Nada berkemas bersama kakaknya, sudah tiga hari menginap di rumah sakit. Begitu dokter mengizinkannya pulang, dia segera pulang dan kembali beraktifitas keesokan harinya.Nada sudah bisa membayangkan tumpukan dokumen yang harus segera diurusnya. Selain itu, entah kenapa tiba-tiba dia kehilangan handphone. Setelah dicari di berbagai sudut ruangan kamar, tidak ditemukan. Nada menjadi kesal.Nanda berusaha mencarinya lewat GPS tapi handphone Nada dalam keadaan mati. Apakah si Oza itu yang mengambil handphone Nada saat berkunjung?Nanda merasa bersalah pada adiknya, karena sudah teledor mengabaikan barang-barang milik Nada.Nada yang tadinya kesal, menjadi sedih. "Kakak tidak usah merasa bersalah, nanti temani Nada beli handphone."Nanda tersenyum. "Kakak yang akan belikan handphone, kamu tidak usah khawatir."Nada mendecak. "Kakak sudah bayar biaya rumah sakit?""Ah, iya. Kakak segera ke bagian keuangan, kamu sama ibu di sini."Ibu Nada dan Nanda yang baru saja dari kamar mandi, terkeju
Setelah peristiwa itu, malamnya Putra dan Nanda bertemu di kafe dekat rumah. Nanda menatap curiga Putra ketika mengajaknya bertemu di sini. "Sudah berapa lama pernah ke sini?""Baru-baru ini dan ini kali pertama saya masuk ke dalam kafe dekat rumah." Kata Putra sambil membalik halaman menu. "Silahkan pesan sesuka hati, saya rasa anda sedang ingin mengisi energi. Jangan lupa pesankan untuk Nada dan ibu juga.""Tunggu, kenapa anda begitu peduli pada keluarga saya?"Putra menunjukkan senyum bisnis. "Kita pesan makan dulu baru bicara, sangat tidak sopan menunggu lama waitress."Nanda baru sadar adanya orang ketiga dan cepat-cepat memesan menu. Begitu waitress selesai mencatat pesanan, Nanda langsung bertanya."Anda-"Putra mengangkat tangan. "Pertama, saya perkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Putra Aditama, itu nama angkat saya tapi dulu saya memiliki nama Putra Kartiko Wijaya."Nanda mengedip bingung. "Anda pasti tahu nama ini bukan?"Nanda menggeleng bingung. "Memangnya itu na
Nanda yang sedang mengawasi para teller di bank sekaligus membantu salah satu teller junior untuk input system.Tiba-tiba polisi datang menghampiri meja teller junior Nanda."Bapak Nanda Suryo, bisa ikut kami sebentar?"Nanda melihat lencana polisi yang ditunjukan salah seorang polisi berbaju preman.Nanda mengangguk kecil. "Ikuti saya."Polisi mengikuti Nanda berjalan menuju ruangan belakang teller. Para staff lainnya bingung melihat Nanda masuk bersama beberapa preman."Nanda, ada apa?" tanya kepala cabang.Nanda bertanya ke polisi tersebut. "Tolong jelaskan disini, ada apa?""Ada salah satu laporan dari pemilik rental mobil yang kehilangan mobilnya beberapa hari ini, sewa harusnya satu hari tapi ini sudah seminggu lebih tidak dikembalikan dan saat dihubungi, tidak ada yang menjawab. Begitu datang ke rumah, tidak ada orang."Nanda mengerutkan kening. "Lalu apa hubungannya dengan saya?""Pelapor memberikan kartu identitas sebagai penjamin dan ada juga transaksi memakai kartu kredit."
"Ah, sialan! Aku kalah lagi!" teriak seorang pria paruh baya yang masih terlihat tampan dan gagah, pakaiannya pun masih bagus tapi hari ini moodnya jelek karena berkali-kali kalah. Terpaksa merelakan uang hasil palak ke beberapa toko."Ayo, lagi, lagi. Siapa tahu nanti keberuntungan kamu!" kata teman judinya yang mulai merapikan kartu dan bermain ulang.Pria itu menenggak botol bir murah dan bersendawa. "Ayo!""Hallo, apakah anda punya anak laki-laki bernama Putra?"Pria itu balik badan dan melihat Yami yang cantik dan imut, dia bersiul menggoda.Yami terkejut melihat wajah ayah kandung Putra yang tampan seperti anaknya. Memang harus mendapat bibit bagus untuk memiliki anak macan Putra."Siapa? Mau apa?""Saya Yami, apakah anda ayah kandung Putra Kartiko Wijaya?"Pria itu mengerutkan kening dan mengibaskan tangan untuk mengusir Yami. "Anak itu sudah lama kabur, aku tidak tahu dimana dia. Jangan ganggu aku.""Ayah mertua," panggil Yami.Pria tua itu menoleh dan melihat uang di koper ya