Pagi itu Galih sangat bersemangat datang ke kantor karena ia ingin menceritakan perkenalannya dengan Bella. Wanita cantik dan memikat hatinya yang baru ia kenal di sosial media.
"Dion, gue baru kenalan dengan cewek cantik," sapa Galih saat melihat Dion sedang berjalan memasuki pelataran gedung perkantoran mewah itu.
Dion tertawa melihat sahabatnya itu penuh semangat menceritakan teman chatingnya itu.
"Bukan cuma itu, Dion. Hobi kami berdua itu sama. Apa yang gue suka, dia juga suka. Kayaknya gue jodoh ini," ucap Galih tertawa menepuk pundak Dion.
Dion tertawa terbahak-bahak
"Haduh, Galih, Galih. Semua cewek lu bilang jodoh. Eh, ingat ya, Lih! Kita itu di sosmed cuma cari pacar, nggak lebih."
"Iya, gue ngerti. Tetapi, kali ini, benar-benar beda. Gue kayak ngerasain gimana ya ... tiap gue ngechat sama dia, dia itu kayak soulmate gue," dalih Galih.
Dion
"Maaf, Mas, tetapi aku nggak bisa lagi percaya sama kata-kata kamu. Aku mau kita pisah!" ucap Raline tegas.Galih pun syok. Begitupun dengan Nyonya Amira, Ibu Galih."Line, aku mohon. Jangan kamu bilang pisah sama aku, Raline," pinta Galih memohon agar istrinya itu mau memaafkannya."Aku mohon. Tolong kasih kesempatan aku, tolong ...." jerit Galih.Galih tidak pernah menyangka jika permainan keisengannya di dunia maya justru menghancurkan rumah tangganya. Raline tetap bersikeras bercerai. Ia tidak lagi bisa memberi kesempatan pada suami yang telah mengkhianatinya."Mas, maafin aku, Raline ....""Aku sudah memaafkan kamu. Tetapi, untuk menjalani rumah tangga lagu bersama kamu, aku minta maaf. Aku nggak bisa, Mas," jawab Raline tegas dengan keputusannya."Jadi mulai saat ini, kita jalani saja hidup kita masing-masing!" pinta Raline tegas. Tanpa airmata
"Jangan pernah bermain api, jika kamu takut terbakar dan tidak sanggup menahan panasnya ...."Jangan lupa tinggalin jejak di kolom komentar ya kakak, terimakasih ❤️.....Sesampainya di rumah sang Ibu, terlihat plang 'DIJUAL'."Bu, Raline, begitu benci kalian padaku?"Galih semakin tak menentu. Pikirannya pun kacau. Bukan perceraian yang diinginkannya. Terlebih kehilangan Austin. Membayangkannya saja, Galih tak sanggup."Austin ...."Saat hendak kembali memasuki mobilnya, seorang tetangga rumah Ibunya pun menyapa Galih."Mas Galih, lama tak kelihatan," sapa seorang lelaki berusia 50 tahun itu."Iya, Pak. Pak,
"Benarkah, dua orang cewek dan cowokbisa benar-benar bersahabat?"Sebuah tanya kini menyeruak tentang hubungan Andre dan Raline. Bersahabat sejak usia mereka 5 tahun, membuat keduanya sangat dekat.Namun, saat kedua orang tua Andre ditugaskan menjadi salah satu duta besar di negara Eropa, Andre terpaksa pindah saat ia berusia 8 tahun. Sejak itulah, Andre dan Raline terpisah jarak yang sangat jauh.Hingga akhirnyaKepulangan Andre ke Indonesia membuat hubungannya bersama Raline kembali dekat. Pertemuan tidak sengaja di rumah sakit mempertemukan 2 sahabat itu kembali.Sebulan berlaluSejak hari itu, Raline dan Galih tidak pernah bertemu. Hanya berkomunikasi lewat Nyonya Amira-lah Galih dapat tahu perkembangan kesehatan Austin, putra semata wayangnya bersama Raline.Hari ini, hari di mana Raline dan
Penyesalan Itu Selalu Ada Di Akhir ....."Tega Ibu sama aku, Bu ...."Galih yang kecewa dengan sikap Ibunya pun langsung berlari begitu saja ke luar gedung pengadilan. Saat bersamaan, ada sebuah mobil melaju sangat kencang dan ...."Galih ...."Dion dan Andre berlari sangat kencang menolong Galih yang sudah terkapar di tengah jalan dengan darah yang terus mengalir deras."Galih, Galih ...." teriak Nyonya Amira histeris saat melihat tubuh sang putra sudah tergeletak bersimbah darah."Astaghfirullahaladzhiim.""Ayo, kita harus cepat bawa Galih ke rumah sakit," teriak Andre.Andre dibantu oleh Dion akhirnya menggotong tubuh Galih masuk ke dalam mobil Andre. Raline dan Ibunya pun ikut di dalam mobil itu. Sedangkan Dion menggu
"Ingat, suatu saat kamu akan merasakan bagaimana sakitnya kehilangan," bisik Amanda dengan tatapan bengisnya.Malam itu Amanda terpaksa meninggalkan rumah mewahnya bersama Rama yang ia bangun dengan keringat dan airmata. Perusahaan ia rintis bersama Rama, kini sudah dikuasai seorang wanita yang ingin mendapatkan hidup yang layak demi buah hatinya.Amanda berusaha tegar. Ia harus kuat demi kedua jagoannya. Di tengah derasnya hujan, Amanda berjalan bersama kedua jagoannya menyusuri jalanan ibukota.Hingga di sebuah sudut jalan, ia melihat ada sebuah rumah kosong. Sementara waktu, ia pun meneduh di sana bersama kedua anaknya.Beberapa jam kemudianKarena cuaca yang buruk, salah satu anaknya, Adit, demam tinggi. Amanda pun bergegas pergi mencari obat. Barangkali masih ada warung yang buka."Kamu tunggu
[Sekalinya pecundang, ya akan selamanya jadi pecundang. Kamu itu nggak pantas mendampingi Raline yang cantik dan nyaris sempurna. Lihat dirimu sekarang, Galih. Hanya lelaki cacat yang sepanjang hidupnya harus berada di kursi roda.][Wanita secantik Raline, sesempurna Raline tidak pantas hidupnya dihabiskan hanya mengurusi lelaki cacat dan pecundang seperti kamu!]Wajah Galih seketika berubah. Jiwanya yang baru saja mulai bangkit kepercayaan dirinya, seketika hancur dan lenyap begitu saja.Galih tersenyum sinis."Dia benar. Orang sebaik dan secantik Raline, nggak pantas mengurusi lelaki cacat sepertiku," lirih Galih.Dion yang baru saja bahagia melihat kepercayaan diri sahabatnya yang mulai bangkit menjadi bingung, apa yang sebenarnya terjadi hingga Galih jadi berubah kembali."Galih, lu ken
"Ini Adit, Bu ....""Adit?" ucap Nyonya Amanda."Adit ....""Iya, Bu. Ini Adit, anak kesayangan Ibu ...." jawab Adit yang terus menangis."Adit ....""Nggak, Adit udah mati! Adit udah mati!" jerit Amanda berteriak histeris. Ia mengamuk dan mendorong Adit hingga tersungkur ke lantai.Andre pun langsung memeluk ibunya itu agar kembali tenang. Kali ini, Andre pun didorongnya. Nyonya Amanda pun berlari ke luar kamarnya. Untung, dengan sigap Andre berhasil mencegah sang ibu pergi dari apartemennya."Bu, tenang. Ini Andre. Ada Andre, Bu ...." ucap Andre menenangkan sang Ibu dengan pelukannya.Amanda pun mulai tenang. Andre membawa ibunya itu kembali ke kamarnya. Adit hanya bisa terduduk lemah dengan tatapan kosong.Andre pun mengunci pintu kamar agar tidak kecolongan lagi saat ibunya itu berusaha kabur dari apartemennya. Andre pun berusaha menatap Adit dan men
Raline terjaga dari tidurnya. Ia pun melihat jam sudah menunjukkan pukul 23.30. Raline pun langsung menuju kamar Nyonya Amira untuk mengecek Austin."Bu, maafin ya tadi Raline ketiduran," ucap Raline saat masuk ke kamar mantan mertuanya itu. Raline pun membawa Austin yang sudah tertidur lelap.Raline pun kembali ke kamarnya. Ia membaringkan Austin ke atas ranjang tempat tidurnya. Raline pun kembali beranjak tidur karena keesokan harinya ia harus meeting pagi mempersiapkan pertemuannya bersama Hamid dan Sisil lagi.Pukul 07.00Raline sudah bersiap ke kantor. Setelah menyiapkan sarapan Austin, Raline langsung berpamitan pada Nyonya Amira."Bu, maaf ya, Raline harus berangkat awal pagi ini. Soalnya ada meeting jam 9 pagi dan Raline harus menyiapkan semuanya," terang Raline yang tidak enak menitipkan Austin lebih lama dari biasanya."Nggak apa-apa, Raline. Kamu kerja aja yang tenang. Biar urusan Austin,