Share

15. Harga Diri

Author: Rumi Cr
last update Last Updated: 2025-10-11 09:12:11
“Ngapain kamu?” tanya Satria heran. Suaranya terdengar lelah, namun tetap mengandung nada otoritas yang terbiasa ia gunakan di kantor. Ia baru saja merebahkan diri di sofa single ruang tamu mewah milik Daffa, memejamkan mata, mencoba mengusir sisa-sisa ketegangan.

Daffa, yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya, kini mengangkat kepala dan menyunggingkan senyum mengejek yang sudah hapal betul oleh Satria. “Ghea kadang curiga kalau kamu nginep tuh ngapain aja,” jawab Daffa santai, jari-jarinya masih lincah mengetik. “Sekarang aku kirim bukti validnya. Biar dia tahu aku cuma jadi sandaran psikologis bos besar yang lagi galau.”

Satria mencibir kesal. “Dasar cewek. Mau istri, mau pacar, sama aja.” Ia menggeser posisi, merasa tidak nyaman dengan cahaya remang-remang lampu sorot yang terlalu terang.

“Kamu cuma iri karena Kanaya enggak pernah curiga,” balas Daffa telak, menusuk tepat di ulu hati Satria. Ia tahu, itulah akar masalahnya. Kecurigaan, seburuk apa pun, setidaknya adalah bentuk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   30. Ada Apa?

    "Saka ikut Tante Ghea, mau?" tawar Ghea."Enggak," jawab Saka dalam gendongan Satria, agak rewel karena belum bisa pulas tertidur.Satria mengelus-elus punggung anaknya. "Aku juga malah kepikiran kalau Saka enggak di sini.""Nanti siang kita balik lagi, biar bisa gantian ... kamu juga butuh tidur, Man," ujar Daffa sambil mengusap kepala Saka."Kamu bawa aja ponselku, selain udah mau mati, aku enggak bisa mikir si Zafran ngomong apa," ujar Satria, menyodorkan ponselnya yang langsung diterima Daffa."Lah, kalau butuh apa-apa gimana, Mas?" tanya Ghea heran."Bisa pakai ponselnya Kanaya," jawab Satria sambil merogoh satu ponsel lain yang meski layarnya retak, masih menyala dan berfungsi normal."Kirain ponsel Kanaya udah mati," ucap Ghea."Tadinya, terus bisa dinyalain lagi. Masih delapan puluh persen baterainya," jawab Satria, menunjukkan indikator di sudut layar."Ini dilepas aja pelindung layarnya sama c

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   29. Dipindahkan

    Daffa sudah curiga ada hal yang tidak beres ketika diberi tahu bahwa Kanaya akan dipindahkan ke rumah sakit pusat. Ia dan Ghea yang baru saja mendarat justru diminta mengurus barang-barang yang tertinggal di penginapan. “Saya ganti pakai cek saja ya, Pak. Repot kalau harus ganti unit,” ujar Ghea saat ditemui perwakilan pengelola, setelah diberi tahu tentang proses ganti rugi akibat kecelakaan yang merusak satu unit mobil jeep. “Oh, bukan, saya justru mau meminta informasi soal ganti ruginya. Sopir truknya sudah tertangkap dan bisa diurus untuk—” “Aduh, Mas saya enggak akan punya waktu buat urusan begini,” sela Ghea sambil memandang Daffa. “Iya, kan?” Daffa mengangguk. “Kalau bisa, sopir itu jangan sampai nongol dulu di depan mukanya. Satria kalau dendam, jelek tabiatnya.” “Ih, bener-bener,” Ghea geleng kepala. “Pak, pokoknya silakan diurus saja, ya, kasusnya. Kami mau fokus ke penyembuhan dulu.”

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   28. Kedatangan Kanzu

    “Mamaaa!” jerit Saka. “Satria! Aku akan datang ke kamu, ya ... Ghea juga,” suara Daffa terdengar meyakinkan. “Tunggu sebentar, Man ... kami akan ke sana.” Satria menyebutkan nama rumah sakit, mengakhiri panggilan, lalu menggendong Saka kembali sambil berjalan mondar-mandir di ruang tunggu operasi. “Mamaaa ....” “Iya, tunggu Mama di sini, ya.” Lengan Satria mulai nyeri. Sebelumnya, bukan cuma tangisan, putranya sempat tantrum. Menendang, menggeliat, memukul-mukul, dan semakin memberontak begitu tahu ibunya dibawa masuk ke ruangan yang tidak memperbolehkan siapa pun ikut. Beberapa pengunjung sempat membantu menenangkan, tapi tidak banyak membantu. Bahkan dokter anak yang memeriksa Saka juga tidak bisa berbuat banyak. “Mamaa ....” “Iya, tunggu Mama di sini,” ulang Satria, mengelus punggung putranya. Ia berusaha menenangkan diri, menghirup sisa aroma Kanaya yang masih tertinggal di selimut dan rambut Saka. Ia tidak tahu sudah berapa kali bolak-balik, sampai akhirnya tangis

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   27. Berita baik dan buruk

    “Selamat sore, Bu Laras.”“Sore, Sus,” sapa Laras Pradipandya, mengangguk ramah pada suster pribadi yang selama sebulan terakhir membantu menjaga Kakek Rahmat. “Ini ada kue dan jus, silakan dinikmati.”“Terima kasih, Bu.”Laras mengangguk, melihat dari balik kaca pintu ruang rawat. “Dokter Abiyu visit jam berapa, ya?”“Sekitar setengah jam lagi, Bu.”“Di dalam ada Bu Syaiba?" tanya Bu Laras pada perawat tersebut.“Ada, Bu.”Bu Laras masuk pelan, nampak Bu Syaiba menoleh ke arahnya. "Sudah sarapan belum, Mbak? tanya Bu Laras menuju wastafel lalu mencuci tangan. Ia mendekati kursi tunggu di samping ranjang. "Sudah barusan. Anak-anak lagi camping ke Yogyakarta," sahut Bu Syaiba membuka percakapan dengan adik dari besannya. "Iya, nampaknya Saka bahagia sekali bisa camping bersama mama dan papanya," balas Bu Laras. Hingga detik ini, Bunda Kanaya itu belum tahu bahwa ponakan menggugat cerai putri semata way

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   26. Jangan pergi

    “Nay! Naya!” panggil Satria dengan kalut. Kedua mata Kanaya memejam rapat, helaan napas dan denyut di pergelangan tangan yang Satria pegang nyaris tak teraba.“Tidak! Jangan! Jangan pergi!” raung Satria, air matanya semakin deras membanjiri wajah. Ia tidak bisa menerima situasi ini. Istrinya harus tetap hidup, harus tetap bersamanya.“Pak, tolong minggir dulu!” seru petugas polisi yang kemudian mendekat. Di belakangnya ada tiga petugas medis yang berlari membawa peralatan pertolongan pertama.“Kanaya! Kanaya!” Satria nyaris terjungkal ketika petugas polisi memaksa menjauhkannya dari tubuh sang istri.“Kanaya!” teriaknya penuh amarah, menolak dijauhkan.Petugas polisi yang menahan menghela napas pendek, lalu mengguncang bahu Satria dengan tatapan tajam. “Dengar! Bapak harus sadar dengan situasinya! Istri Bapak perlu pertolongan pertama, dia harus segera dibawa ke rumah sakit! Bapak juga punya anak yang harus diperhatikan!”Anak?Satria mengerjap. Saka! Dia belum memastikan keadaan anak

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   25. Detik Kehidupan Berubah

    Hanya karena tidak memiliki pandangan yang sama, bukan berarti itu konyol. Bisa jadi mereka yang memilih begitu justru benar-benar merasakan cinta terbaik dari pasangannya.” Suara Kanaya terdengar tenang, meskipun ada nada penekanan dalam kalimatnya, seolah membela suatu kebenaran yang hanya ia dan segelintir orang pahami.Satria tidak menyahut segera. Mereka sedang dalam perjalanan kembali setelah menghabiskan akhir pekan di luar kota. Saka, putra semata wayang mereka, tidur nyenyak di pangkuan Kanaya, menikmati guncangan pelan mobil mewah mereka.“Jadi kamu pilih pasangan dibanding anak?” tanya Satria. Suaranya mengandung sedikit ejekan yang sulit ia hilangkan, meski ia berusaha keras. Ini adalah topik sensitif bagi mereka. Kesetiaan Kanaya yang absolut pada dirinya, bahkan melebihi segalanya.Kanaya menoleh, tatapannya lekat tanpa sedikit pun keraguan. “Aku akan selalu pilih Saka. Tentu saja. Dia prioritasku."“Sudah jelas,” sahut Satria sambil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status