author-banner
Rumi Cr
Rumi Cr
Author

Novels by Rumi Cr

AMALIA, Kesetiaanku Diragukan

AMALIA, Kesetiaanku Diragukan

Bukannya menyapa saat melihatku bersama dr.Hilmy. Mas Ghizra justru menyimpulkan aku telah mengkhianati pernikahan kami. Karena itulah, dia menikahi perempuan yang menyukainya. Perempuan itu, adalah Syaiba saudara angkatku. Perih sekali sampai air mataku enggan keluar lagi. Penantianku 6th serasa sia-sia ketika berdiri di hadapan ayah dari putraku itu. N0 pelakor, istri tegar, berpendirian kuat. -Amalia Uzhma, tidak mengetahui jika suami dari sahabat adalah juga suaminya. -Nusyaiba Fahria, merasakan kebahagian tak terkira saat pria yang dicintainya akhirnya bersedia menikahinya. -Ghizra Arsyad, seorang pria yang dipegang adalah ucapannya. Aku tidak bisa meninggalkan Syaiba pun tidak mungkin membiarkan Amalia. Karena keduanya adalah istriku. -Hilmy Sulaiman, Izinkan aku menjadi asbab kebahagiaanmu, Amalia.
Read
Chapter: 20. Bapak Kepo
"Masih lama kamu belanjanya?" Suara tepat di samping Wafa membuatnya terkejut. Kanzu sudah berdiri tepat di sebelahnya."Sejak kapan, Mas Kanzu di sini?" tanya Wafa segera memasukkan ponselnya ke dalam tas."Sejak tadi, Mama Nunun," jawaban Kanzu membuat mata bening Wafa membulat sempurna tak percaya."Sejak tadi kapan, Mas? Apakah Mas dengar apa yang saya bicarakan tadi?" "Dengarlah, rupanya kau sudah mempunyai seorang anak ya, kenapa aku tak pernah melihatnya."Wafa menghela napas lega, "Syukurlah Mas Kanzu tak tahu dengan siapa aku bicara tadi,""Dia tinggal bersama neneknya.""Suamimu juga di sana. Jadi, ceritanya kalian LDM gitu," lanjut Kanzu sok tahu."Suami saya ada di kota ini, juga," jawab Wafa enteng dengan membawa belanjanya ke meja kasir.Kanzu mengerjap, sampai akhirnya memilih mengikuti Wafa. Karena niatnya masuk ke mini market supaya gadis itu segera menyelesaikan belanjanya.S
Last Updated: 2025-09-09
Chapter: 19. Sejak Tadi Mama Nunun
Sepulang dari kantor Wafa mampir ke kediaman Rani untuk mengambil motor Mbak Ninik di sana. Tadi, bibinya main ke rumah pemilik Albanna itu, untuk mengantar pindang presto kesukaan Ryan. Berhubung saat Mbak Ninik sampai, Rani akan keluar belanja, bibi Wafa itu diajak ikut serta belanja bulanan olehnya.Sadar banyak juga barang yang dibeli oleh bibi Wafa tersebut, membuat Rani langsung mengantar Mbak Ninik ke kantin Albanna. Karena itulah, motor yang dipakainya tadi masih berada di rumah Ryan."Kak Rani, aku mau ambil motor bibi," ujar Wafa usai memberi salam dan berpelukan dengan Rani."Iya, silakan, Nona manis," canda ibu dua anak tersebut. "Besok mau dipakai untuk ninjau proyek di lapangan ya?" tanya Rani mendapat anggukan Wafa."Hu um, aturannya jadwalku ke lapangan Senin dan Selasa kemarin. Berhubung bibi baru sehat, jadi minta tukaran sama temanku," jelas Wafa."Barusan Leo cerita, jumpa kamu dengan Kanzu di rumah makan siang ini. Te
Last Updated: 2025-09-09
Chapter: 18. Aku Minta Maaf
"Enggak nyangka ya, saat gadismu ganjen juga," ujar Kanzu sebelum menyudahi makannya."Apa?" tanya Wafa mencoba memperjelas pendengarannya atas ucapan Kanzu barusan."Ganjen, kegenitan, kecentilan! Baru, bisa-bisanya lagi berebutan dengan Anida sukai cowok yang sama.""Apa? Coba ulangi lagi, ngomongnya tadi!" sentak Wafa dengan intonasi suara berbeda dari biasanya. Hilang sudah sikap anggunnya, ketika keluar watak aslinya."Jadi, cewek kok ganjen banget. Masih kurang paham maksud ucapanku," ungkap Kanzu kesal."Kalaupun iya, saya dulu kecentilan sama Mas Leo ... memang masalah buat Bapak Kanzu Al Ghifari bin Ghizra Arsyad, yang terhormat," ucap Wafa dengan tatapan kesal ke Kanzu. "Saya sudah selesai. Terima kasih atas makan siangnya, permisi!" setelah mengelap bibirnya dengan tisu, Wafa beranjak dari kursinya, meraih tas kemudian pergi meninggalkan meja makan nomer tiga itu.Kanzu mengatupkan bibir dengan tangan mengepal, lantas
Last Updated: 2025-09-08
Chapter: 17. Makan Siang
Rumah makan yang dipilihkan Kanzu, ternyata sangat rame siang itu. Beberapa meja sudah terisi. Wafa berpikir, mungkin rumah makan yang ia singgahi berdua Kanzu ini, adalah salah satu rumah makan favorit di kota ini. Hingga tak sepi pengunjungnya."Ayam bakar di sini enak, itu merupakan menu special dari rumah makan ini. Dan salah satu menu kesukaanku, adalah ayam bakar," ujar Kanzu seraya menoleh pada gadis yang berjalan di sisinya menaiki tangga rumah makan."Enggak nanya," gumam Wafa sembari mencebik dengan lirikan mengarah pada pria di sampingnya."Kita duduk di pojok sana saja. Dekat jendela, dan tertutup tanaman jadi tak begitu diperhatikan orang dari sini," ajak Kanzu dengan menunjuk meja yang ia maksudkan.Keduanya duduk berhadapan dengan mengambil duduk masing-masing di dekat jendela. Pelayan segera menghampiri meja mereka seraya menyodorkan menu makanan."Kamu mau pesan apa? Atau disamain saja?" tanya Kanzu dengan memperhatikan m
Last Updated: 2025-09-08
Chapter: 16. Kenapa Nomerku Diblokir
Malamnya usai mengerjakan salat Isya berjamaah dengan bibinya, terdengar panggilan masuk dari ponsel Wafa. "Wafa angkat telepon dulu ya, Bi," pamit Wafa sembari meraih tangan bibinya untuk ia cium."Iya, angkatlah. Siapa tahu dari ibumu, karena kemarin ia bilang kangen padamu."Wafa mengangguk. Bergegas ia berdiri menuju ke kamarnya. Sesampainya di kamar, segera ia raih ponselnya yang terletak di nakas. "Bunda Syaiba," gumam Wafa seketika mengusap layar untuk menerima video call dari bundanya Kanaya itu."Mama Nunun!" seru bocah tampan yang amat ia rindukan tadi pagi. Apakah rasa rindunya pada Saka, terhubung dengan baik."Saka! Mama kangen, Nak," ujar Wafa dengan mata berkaca. Bocah yang berada di layar ponselnya berceloteh dengan lucu ditemani sang nenek yang duduk di belakangnya."Saka juga kangen, Mama Ainun," ucap Bu Syaiba dengan suara bergetar, melihat Wafa berusaha keras menyembunyikan tangis harunya tak urung membuat hatinya tren
Last Updated: 2025-09-07
Chapter: 15. Pengakuan Satria
"Hanya padamu, aku mengakui ini, Nun. Aku telah menghancurkan masa depan gadis itu," air mata Satria menetes saat pernyataan jujur itu meluncur dari bibirnya.Kedua mata Wafa membulat sempurna, mendengar pengakuan dari Satria. "Jadi, ternyata kamu manusia bejat itu!" telunjuk gadis itu, tepat mengarah ke dada Satria. Dengan mata memerah, menahan geram ia telangkupkan telunjuknya menjadi kepalan."Iya, Nun. Boleh dikatakan aku telah memperdaya Kanaya. Aku mengambil kesempatan saat dia tak berdaya. Pada kenyataannya, imanku hanya setipis belahan tisu."Wafa beranjak berdiri, kemudian dengan cepat ia layangkan tinju pada muka Satria hingga pria itu tersungkur dari bangku taman.Satria memegang pipi kirinya, pukulan dari Wafa menembus nyeri hingga rahangnya. Kejadian barusan, diluar prediksinya hingga ia terkejut dan tak sempat menghindar."Kamu tahu, akibat dari perbuatanmu itu. Kanaya sangat menderita. Tetapi, ia masih melindungimu dengan t
Last Updated: 2025-09-07
Perempuan Pilihan Istriku

Perempuan Pilihan Istriku

Raisa Maharani diminta mama angkatnya untuk merawat putra-putri dari anaknya. Karena sang anak, dokter Felliana tengah sakit. Andai ada pilihan untuk menolak pasti Rani lakukan karena selama lima tahun ia telah menghindari pria yang sekarang menjadi suami dari kakak angkatnya. Adalah Ryan Edogawa, seorang CEO dari perusahaan AlBanna. Suami dari kakak angkatnya itu adalah pria yang ditolak lamaran oleh Rani, lima tahun yang lalu.
Read
Chapter: Takdir Yang Tertulis (Ending)
"Eh Paman, serius dengan perjodohan ini. Ntu sekalinya betulan ABG. Baru masuk kelas 12. Hari ini dilamar, baru nikahnya tahun depan gitu," ucap Anida melirik ke arah pamannya. "Mana, Paman tahu." Umar menatap lekat Denok yang berjalan di depan mereka.Setelah menaruh barang bawaan mereka. Anida menghampiri Denok meminta izin untuk ke belakang."Paman tungguin ya, sekalian ajak pedekate calon bibiku." Kerling Anida sebelum berlalu. Ingin rasanya Umar menjitak anak semata wayang kakaknya itu.Denok mengangguk sopan berjalan ke arah Umar. Gadis basa-basi menyapa sebelum berlalu meninggalkan kedua tamu."Maaf, saya tinggal masuk dulu ya, Mas. Mau bantu nyiapin makan siang." Pamit Denok ketika akan melewati Umar."Tunggu!" cegah Umar.Denok berhenti sekitar tiga langkah dari Umar."Iya, Mas."HuufftsUmar menghembuskan nafas, untuk mengurangi sesak di dadanya sedari tadi."Maaf sebelumnya, tapi saya harus mengatakan ini. Saya pribadi keberatan dengan perjodohan ini. Beberapa minggu yang
Last Updated: 2023-07-31
Chapter: 32. Takdir Yang Tertulis (1)
Peri menatap nanar map di atas meja tamu kediaman Umi Hanifah. Angan yang dia harapkan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang didengarnya barusan.Barusan Umi Hanifah menyampaikan, proses ta'aruf antara dirinya dan Umar ada kemungkinan tidak bisa dilanjutkan.Umar sebelum bertemu dengan Peri, telah bercerita semuanya dengan Ustad Mukhlis, alasan tidak dapat melanjutkan ta'aruf. Bahwa dia dijodohkan dengan anak sahabat bapaknya. Dirinya tidak dilibatkan, dengan kata lain dia tidak mengetahui perihal perjodohan ini."Maaf, tidak ada maksud saya mempermainkan perasaan anti, Ukh .... " ucap Umar sebelum beranjak meninggalkan ruang tamu kediaman ustadzah Hanifah."Tak mengapa, Akh ... semoga kita berdua dipertemukan dengan jodoh terbaik," balas Peri lirih. Umi Hanifah selaku murabbi Peri, sekaligus kepala sekolah TA Al Furqon itu mengelus punggung binaannya seraya memberi dukungan untuk sabar dan ikhlas."Aamiin."Dengan perasaan bersalah, Umar menatap getir ke arah perempuan yang ta
Last Updated: 2023-07-30
Chapter: 31. Ta'aruf
Tiga tahun kemudian "Papa, berangkat dulu ya, Farraz. Baik-baik sama Mama." Ryan menciumi wajah batita dalam gendongannya. Bocah yang sebentar lagi menjadi kakak itu, terkekeh geli dengan ulah papanya. Farraz Putra Edogawa, putra ketiga Ryan."Mas sudah bikinkan janji periksa untuk nanti sore. Semoga dedeknya enggak malu lagi, dilihat identitinya." Ryan beralih mencium kening Rani. Istrinya itu tersenyum seraya mengangsurkan tas kerja milik suaminya."Iya, Mas. Hati-hati bawa mobilnya, ya," balas Rani meraih tangan kanan suaminya untuk salim lantas diciumnya dengan takzim."Mas jadi pingin makan rujak, ya," ujar Ryan sembari mengecap dan mendesis mirip ekspresi orang makan rujak manis, asam, pedas.Rani tertawa geli melihat ekspresi suaminya. Diraihnya tubuh Farraz dari gendongan Ryan. Kemudian menggendong putranya itu, di sisi pinggang kanan."Assalamualaikum," sapa Tamara mengandeng bocah sepantaran Farraz. Disusul Radit dibelakang mereka berdua."Dari bangun Subuh tadi. Sudah heb
Last Updated: 2023-07-29
Chapter: 30. Lembaran Baru
"Sungguh aku iri padamu. Ingin aku menggantikan posisimu sekarang. Dan itu tidak akan terwujud kalau kau masih bernyawa, Rani."Setelah berkata demikian Lucia bangkit dari duduknya menerjang tubuh Rani. Hingga keduanya terjatuh ke karpet. Lucia berada di atas tubuh Rani."Kalau gagal membunuhmu dengan tangan orang lain. Mungkin sudah saatnya kau mati di tanganku sendiri." Lucia mencekik kuat leher Rani dengan kedua tangannya.Rani yang tidak menyangka akan diserang demikian. Napasnya tersenggal, lidahnya hampir terjulur.Hingga"Anak kurang ajar!" teriak seseorang yang membuat Lucia merenggangkan cekikannya.Kepala wanita itu dihantam sekuat tenaga oleh tas yang dibawa seseorang yang terlihat samar oleh penglihatan Rani. Namun, ia hafal suara sosok yang datang menyelamatkannya barusan."Kak Rani!" seru Aida panik. Sepupu Lucia itu menghampiri Rani yang terbaik berkali-kali dengan nafas terengah-engah."Nenek pastikan kali ini, kamu meringkuk dalam penjara, Lucia." Bu Dewi memukulkan t
Last Updated: 2023-07-28
Chapter: 29. Benang Merah
Hari ketiga dirawat di rumah sakit. Rani meminta Ryan untuk menguruskan kepulangan. Ia sudah merindukan kedua anak mereka."Mas tidak berani memutuskan sendiri. Kita tunggu apa kata dokter. Setelah itu pertimbangan dari mama Ilmi.""Kurasa aku sudah cukup istirahatnya, Mas. Di sini aku tak melakukan aktivitas apapun. Nanti Mas Ryan bantu aku ngomong sama Mama, ya."Rani merasa kesehatannya telah pulih, kondisi badannya kembali fit pasca keguguran. Di rumah sakit dirinya memang dia diperbolehkan beraktivitas berlebihan. Kondisinya pun terus mendapat pantauan langsung dari dokter kandungan."Mau ke rumah kita atau tetap ke rumah mama Ilmi?" tanya Ryan seraya membelai pipi wanitanya itu."Senyamannya Mas Ryan saja. Aku ikut.""Kalau pemeriksaan dokter menyatakan sudah pulih. Kita pulang ke rumah kita saja, ya.""Hu um." Rani mengangguk seraya tersenyum menatap pria di depannya itu."Sayang, Mas tanya sekali lagi. Benar, kamu tidak mau mengusut kasus ini. Atau sebenarnya kamu sudah tahu.
Last Updated: 2023-07-27
Chapter: 28. Mengikhlaskan
Laksman tidak membawa mobil ke area parkir klinik melainkan putar balik ke tempat dia berjumpa dengan Leo menggendong kakaknya tadi. Dia masih berharap apa yang didengar tadi tidaklah benar. Tanpa sengaja dia mendengar instruksi kakaknya dengan seseorang di telepon, yang mengarah pada tindakan kriminal.Saat pandangan Laksman menemukan sebuah gudang tua. Ia memelankan laju mobil Tamara hingga berhenti di samping Jeep milik kedua preman yang dihajar oleh Leo tadi.Laksman bergegas masuk ke dalam gudang, yang pintunya telah dirusak oleh Leo tadi. Begitu memasuki gudang, dia menghampiri dua preman yang masih tak bergerak. Keduanya tergeletak di lantai penuh dengan luka.Dengan langkah berhati-hati ia mendekati kedua preman itu. Ragu, apakah kedua preman dalam keadaan sadar atau pingsan, Laksman mengoyangkan salah satu kaki preman dengan kaki kanannya.Pemuda itu terjingkat, ketika terdengar dering ponsel dari saku celana preman sebelah kiri kakinya. Laksman bergegas mengambil ponsel itu,
Last Updated: 2023-07-26
You may also like
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status