Chapter: 48. Saya Titip Mereka Di taman rumah sakit"Dek, ketiga putri Bulik Aini sudah berkumpul. Besok juga Bulik Aini juga sudah diperbolehkan untuk pulang. Beneran kamu masih mau tetap di sini?" tanya Faiq memastikan keinginan istrinya. Dirinya juga sudah habis jatah cutinya hari ini. Kalau bisa sore ini, dia harus kembali ke Pare karena besok Ahad Paing, seperti biasa ada kajian akbar di Azmania."Iya, Mas. Kita sudah sepakat, kan ... aku akan pulang kalau Umi yang menyuruh pulang. Fida besok sudah harus kembali ke pondok. Mbak Zahra bilangnya juga tidak bisa lama nemani Umi. Mbak Zahira, aku belum ada waktu ngobrol dengannya. Tapi, sepertinya juga belum bisa tinggal di sini untuk merawat Umi.""Abi Ilyas pasti meminta jasa suster untuk merawat Bulik Aini di rumah nanti. Kamu ikutlah pulang dengan Mas dan Ibu, sore ini," bujuk Faiq belum menyerah. Faiq agak was-was meninggalkan Kasih di sini, ada kedua orangtuanya dan Zahira yang belum ditahu responnya terhadap istrinya, sebagai pu
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-24
Chapter: 47. PamitSiang itu, Sekar menemani Aini di rumah sakit. Sudah empat hari dirinya menemani Kasih menjaga mantan kakak madunya itu.Sekar memijat ringan tangan Aini yang mulai bisa digerakkan. Seperti biasanya Sekar akan bertanya bagaimana kabar dari Aini, apa yang dirasakan dan ia menginginkan apa.“Mbak Aini,” ujarnya pelan, mencoba menarik perhatian. “Enggak terasa sudah empat hari aku di sini. Besok, aku dan Faiq akan pulang. Aku titip Kasih dan cucuku, ya, Mbak. Kasih tetap mau di sini, merawat Mbak sampai sembuh, katanya."Aini mencoba menggenggam tangan Sekar. Wanita itu, bisa merasakan bagaimana ketulusan Kasih dan Sekar selama menjaga dan menemaninya di rumah sakit. Hingga tumbuh rasa sayang pada Kasih, sebagaimana ia menyayangi ketiga putrinya. Apalagi Mufidah juga sangat sayang pada kakaknya itu."Terima kasih, Mbak. Sekali lagi, aku meminta maaf atas kesalahan yang pernah kulakukan dulu. Kalau Mbak tidak keberatan kita bisa menjadi teman, saudara
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-24
Chapter: 46. Abi Pernah Selingkuh?Mufidah menatap empang yang ditumbuhi bunga teratai di pinggirannya. Sore itu, ia diajak ibu pembimbing untuk menemani mancing ikan."Bilangnya mau di rumah seminggu, Da?" tanya Hanifah, ibu pembimbing asrama putri yang dipasrahi perizinan dan pengelolaan bagian dalam asrama putri."Umi enggak betah lihat Fida, Ibuk," ungkap Mufidah kesal."Kamu masih suka marah-marah dengan umimu? Ya, jelas Umi Aini enggak betah kamu di rumah, Da.""Entahlah, mau baik sama umi itu, rasanya malah aneh. Dianya juga kalau ngomong sinis banget nadanya," lanjut Mufidah."Umi sinis karena kamunya ngomong juga enggak pelan penuh kelembutan, Mufidah Azmi Nurrohman.""Entahlah, Ibuk ... pusing aku. Mungkin begini, dilemanya jadi anak yang enggak diharapkan.""Hust! Enggak diharapkan. Kok, kamu bisa tumbuh sehat dan berkecukupan seperti ini.""Aku bertahan hidup, karena abi yang menginginkannya," ungkap Mufidah menerawang melihat langit
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-23
Chapter: 45. Melepas BelengguAini menggeser tubuhnya perlahan di ranjang, mencoba menegakkan diri meski setengah sisi tubuhnya masih terasa kaku. Matanya tak lepas dari Sekar yang menghampirinya, diiringi Ilyas di belakang mantan madunya itu.“Ke- ke- napa kau da-tang, Se-kal?" tanya Aini dengan terbata dan napas tersengal. Nampak rasa tak nyaman juga ketakutan di sorot matanya. Prasangka buruk seketika hadir di pikirannya. "Apa kamu mau balas dendam? Setelah semua yang aku lakukan pada Kasih...”Sekar terhenti di tepi ranjang. Tatapannya melembut, meski dadanya bergemuruh oleh banyak kenangan pahit yang tiba-tiba menyeruak. Ia menoleh sejenak ke arah Ilyas, seakan meminta izin untuk berbicara.“Aku ingin melihat keadaan Mbak Aini.” suara Sekar terdengar pelan tapi tegas. Ia melangkah lebih dekat. “Aku datang untuk meminta maaf.”Aini terpaku. Tangannya yang lemah mencoba meremas selimut. “Me-me-min-ta ma-af?""Setelah apa yang kau lakukan dulu? Baru sekarang kau dat
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-23
Chapter: 44. Semua Salahmu, Mas"Astagfirullah, Dek. Sampai seperti ini," ujar Faiq terkejut melihat kondisi ponsel istrinya.Kasih menangis memandang ponselnya, "Inilah yang ingin Umi lakukan padaku. Ponselku ini, diibaratkan umi sebagai aku. Dibantingnya ponsel ini, berkali-kali hingga hancur seperti ini. Sejatinya umi, tidak ingin melihatku ada di dunia ini, Mas."Sebenarnya hadirku di rumahnya adalah siksaan batin untuk Umi Aini. Namun, rasa sakit hati dan dendam pada ibu dan Abi membuatnya hirau akan sakit batinnya. Puncak dari itu semua, raganya tumbang karena tidak mampu lagi menahan menahan pergolakan emosi dalam batinnya.""Kalau sudah menyangkut masalah hati, tidak ada yang bisa menolong selain rasa ikhlas, pasrah yang tumbuh dari kalbunya sendiri. Kita hanya bisa berdoa semoga dengan kejadian ini, membuat Bulik Aini sadar. Masa lalu, sudah menjadi takdir yang harus dilewati. Hidup kita untuk sekarang dan nanti." Faiq berujar tidak maksud menghakimi.
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-22
Chapter: 43. Minta MaafKasih memperhatikan ponselnya yang sudah tak berbentuk lagi. Melihat kerusakannya kemungkinan ponselnya itu, dibanting berkali-kali di lantai. Ia pun memasukkan benda pipih itu, dalam sakunya karena kedua tangannya dipergunakan membawa tremos dan keranjang berisi pakaian kotor Aini.Kasih meletakkan tremos di meja dapur, sedangkan pakaian Aini dimasukkan ke mesin cuci bersama baju kotor milik Abinya. Sambil menunggu mesin cuci terisi air, ia mengeluarkan ponsel dari sakunya. "Sepertinya harus beli yang baru," gumamnya mengomentari keadaan benda pipih miliknya itu.***Rcr_Keesokannya, Kasih sudah bersiap ke rumah sakit bersama Umar. "Insyaallah pagi ini, kita berjumpa dengan ayah dan uti, Sayang," ucap Kasih dengan senyum bahagia sembari mencium gemas pipi putranya.Taksi online yang dipesan, akhirnya datang. Istri Faiq itu pun, menganggukkan kepala isyarat berpamitan pada satpam yang berjaga di gerbang masuk pondok pesantren
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-22
Chapter: 35. Istri sah“Karena kita perlu memastikan sejauh apa ingatan Kanaya sekarang, saya harap kerja samanya ketika nanti timbul kesadaran lagi untuk bersabar dalam menghadapinya. Sebisa mungkin justru perlahan-lahan mengikuti alur ingatannya. Dia terhenti di ingatan sebelum menikah. Artinya Pak Satria dan Mbak Wafa sama-sama mengerti apa yang terjadi saat itu, lalu berusaha menyesuaikan,” ucap dr. Jihan sebelum beranjak pergi.Satria menyunggingkan senyum tipis sambil menyugar rambut. Bukannya tidak mengerti, tetapi mengingat masa-masa itu juga tidak mudah baginya. Ia tidak ingin mengulang masa lalu. Ia ingin mempertahankan masa sekarang, yang sudah berlanjut dan saling menyesuaikan dengan baik. “Saka mana, Ya?” tanya Wafa, sejak tadi tidak mendapati putra angkatnya di dalam ruangan. “Ikut Ghea ke hotel, mau tidur di sana.” Wafa mengangguk, melipat selimut yang biasa dipeluk Saka selama tidur di ruang rawat ini. “Selimutnya ini kubawa saja,
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-24
Chapter: 34. Tidak Dikenali “Apa-apaan kamu, ini, Mas! Ternyata kamu sudah menikah! Baru, kamu bilang akan bertanggung jawab padaku. Dasar, laki-laki buaya!"Apa-apaan situasi ini! batin Satria dengan syok.Delapan hari yang panjang, melelahkan, sekaligus tak tertahankan. Satria menunggu selama itu, mencoba tetap fokus, kuat, dan tegar. Dokter Jihan segera memandang dua wali pasiennya bergantian. Ini sudah diprediksi oleh timnya dan harus ditangani secara hati-hati.“Pak Satria, Mbak Wafa, biarkan saya bicara lebih dulu dengan Ka—”“Kamu mending balik saja ke istri sah kamu ....” kata Kanaya. Tatapan jijik perempuan itu tampak nyata, menghujam pada Satria.Tidak mungkin!Ini tidak mungkin terjadi. Satria tak sanggup mempercayainya.“Satria...” panggil Wafa, bisa memahami raut kelam sekaligus sedih yang tersurat di wajah sang adik ipar. “Pak Satria, mohon untuk tetap tenang dan biarkan saya—”"Ini tidak nyata,” ujar Satria sedih. Bukan seperti ini seharusnya terjadi. Ia menunggu untuk berjumpa kembali dengan
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-23
Chapter: 33. Syok“Kak ….” Wafa terkesiap saat menyeka pipi adik iparnya dan mendengar panggilan itu. Ia menjauhkan waslap, lalu selembut mungkin menanggapi, “Nay … Naya ….” “Kak Ainun …,” sahut Kanaya pelan. "Masyaallah, Nay!” seru Wafa, segera menekan tombol pemanggil di dekat kepala ranjang. Ia berusaha menahan tangis saat memperhatikan kelopak mata Kanaya bergerak perlahan-lahan, membuka. “Nay … Naya ….” “Kak ….” Wafa mengangguk, menanggapi dengan tangis tertahan dan doa penuh syukur. “Iya, ini Kakak, Nay … oh, syukurlah! Kami sudah lama menunggumu sadar.” Kami? Kanaya menyipitkan mata, menahan nyeri yang menyiksa kepalanya. Sakit sekali rasanya. Tubuhnya pun sulit digerakkan. Lebih dari itu, kerongkongannya terasa sangat kering hingga sulit mengeluarkan suara. “Alhamdulillah, kamu sudah sadar,” ujar Wafa sebelum bergegas menyeka air matanya dan beranjak ke pintu. “Ya, Satria! Naya bangun! Dia barusan manggil aku!” Ya, Satria? Kanaya mengerjapkan mata, menunggu beberapa detik, la
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-22
Chapter: 32. Aku MenunggumuMas Satria .... Satria terkesiap membuka mata, menyadari ini masih hari kelima sejak kecelakaan yang membuat Kanaya belum sadarkan diri. Ia menoleh ke samping, memperhatikan dengan saksama. Tempat tidur khusus penunggu berukuran double itu tidak cukup leluasa untuknya bergerak, apalagi ditambah Saka. “Saka,” panggil Satria lalu bangun, menoleh ke sekitarnya dan mendapati Daffa di salah satu kursi sofa mengangkat tangan. “Oh, kamu udah lama?” “Setengah jam! Kamu ngorok sampai Saka kesel.” “Mana dia?” tanya Satria, bangun dari tidurnya untuk menghampiri Daffa. “Sama Ante Ghea, jalan-jalan ke bawah, mau lihat adik bayi ....” “Sial.” Daffa tertawa lalu melemparkan sesuatu yang langsung ditangkap Satria. Ponsel yang pernah diserahkan sebelumnya. “Aku harus balik ke Jakarta sore ini. Pekerjaan kamu minggu ini udah aman, ada acc beberapa berkas proyek smart living. Zafran bilang dia yang bakal datang, mungkin lusa.” “Oke.” Satria menatap ponselnya, memeriksa pesan-pesan terb
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-21
Chapter: 31. Ada Apa?"Saka ikut Tante Ghea, mau?" tawar Ghea. "Enggak," jawab Saka dalam gendongan Satria, agak rewel karena belum bisa pulas tertidur. Satria mengelus-elus punggung anaknya. "Aku juga malah kepikiran kalau Saka enggak di sini." "Nanti siang kita balik lagi, biar bisa gantian ... kamu juga butuh tidur, Man," ujar Daffa sambil mengusap kepala Saka. "Kamu bawa aja ponselku, selain udah mau mati, aku enggak bisa mikir si Zafran ngomong apa," ujar Satria, menyodorkan ponselnya yang langsung diterima Daffa. "Lah, kalau butuh apa-apa gimana, Mas?" tanya Ghea heran. "Bisa pakai ponselnya Kanaya," jawab Satria sambil merogoh satu ponsel lain yang meski layarnya retak, masih menyala dan berfungsi normal. "Kirain ponsel Kanaya udah mati," ucap Ghea. "Tadinya, terus bisa dinyalain lagi. Masih delapan puluh persen baterainya," jawab Satria, menunjukkan indikator di sudut layar. "Ini dilepas aja pelindung layarnya sama casingnya," kata Daffa kemudian, membantu melepas pelindung retak i
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-20
Chapter: 30. Dipindahkan Daffa sudah curiga ada hal yang tidak beres ketika diberi tahu bahwa Kanaya akan dipindahkan ke rumah sakit pusat. Ia dan Ghea yang baru saja mendarat justru diminta mengurus barang-barang yang tertinggal di penginapan. “Saya ganti pakai cek saja ya, Pak. Repot kalau harus ganti unit,” ujar Ghea saat ditemui perwakilan pengelola, setelah diberi tahu tentang proses ganti rugi akibat kecelakaan yang merusak satu unit mobil jeep. “Oh, bukan, saya justru mau meminta informasi soal ganti ruginya. Sopir truknya sudah tertangkap dan bisa diurus untuk—” “Aduh, Mas saya enggak akan punya waktu buat urusan begini,” sela Ghea sambil memandang Daffa. “Iya, kan?” Daffa mengangguk. “Kalau bisa, sopir itu jangan sampai nongol dulu di depan mukanya. Satria kalau dendam, jelek tabiatnya.” “Ih, bener-bener,” Ghea geleng kepala. “Pak, pokoknya silakan diurus saja, ya, kasusnya. Kami mau fokus ke penyembuhan dulu.” “Kalau ada hal penting yang harus kami ketahui, silakan hubungi saya saja,” uja
ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-19
Chapter: Takdir Yang Tertulis (Ending)"Eh Paman, serius dengan perjodohan ini. Ntu sekalinya betulan ABG. Baru masuk kelas 12. Hari ini dilamar, baru nikahnya tahun depan gitu," ucap Anida melirik ke arah pamannya. "Mana, Paman tahu." Umar menatap lekat Denok yang berjalan di depan mereka.Setelah menaruh barang bawaan mereka. Anida menghampiri Denok meminta izin untuk ke belakang."Paman tungguin ya, sekalian ajak pedekate calon bibiku." Kerling Anida sebelum berlalu. Ingin rasanya Umar menjitak anak semata wayang kakaknya itu.Denok mengangguk sopan berjalan ke arah Umar. Gadis basa-basi menyapa sebelum berlalu meninggalkan kedua tamu."Maaf, saya tinggal masuk dulu ya, Mas. Mau bantu nyiapin makan siang." Pamit Denok ketika akan melewati Umar."Tunggu!" cegah Umar.Denok berhenti sekitar tiga langkah dari Umar."Iya, Mas."HuufftsUmar menghembuskan nafas, untuk mengurangi sesak di dadanya sedari tadi."Maaf sebelumnya, tapi saya harus mengatakan ini. Saya pribadi keberatan dengan perjodohan ini. Beberapa minggu yang
ปรับปรุงล่าสุด: 2023-07-31
Chapter: 32. Takdir Yang Tertulis (1)Peri menatap nanar map di atas meja tamu kediaman Umi Hanifah. Angan yang dia harapkan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang didengarnya barusan.Barusan Umi Hanifah menyampaikan, proses ta'aruf antara dirinya dan Umar ada kemungkinan tidak bisa dilanjutkan.Umar sebelum bertemu dengan Peri, telah bercerita semuanya dengan Ustad Mukhlis, alasan tidak dapat melanjutkan ta'aruf. Bahwa dia dijodohkan dengan anak sahabat bapaknya. Dirinya tidak dilibatkan, dengan kata lain dia tidak mengetahui perihal perjodohan ini."Maaf, tidak ada maksud saya mempermainkan perasaan anti, Ukh .... " ucap Umar sebelum beranjak meninggalkan ruang tamu kediaman ustadzah Hanifah."Tak mengapa, Akh ... semoga kita berdua dipertemukan dengan jodoh terbaik," balas Peri lirih. Umi Hanifah selaku murabbi Peri, sekaligus kepala sekolah TA Al Furqon itu mengelus punggung binaannya seraya memberi dukungan untuk sabar dan ikhlas."Aamiin."Dengan perasaan bersalah, Umar menatap getir ke arah perempuan yang ta
ปรับปรุงล่าสุด: 2023-07-30
Chapter: 31. Ta'arufTiga tahun kemudian "Papa, berangkat dulu ya, Farraz. Baik-baik sama Mama." Ryan menciumi wajah batita dalam gendongannya. Bocah yang sebentar lagi menjadi kakak itu, terkekeh geli dengan ulah papanya. Farraz Putra Edogawa, putra ketiga Ryan."Mas sudah bikinkan janji periksa untuk nanti sore. Semoga dedeknya enggak malu lagi, dilihat identitinya." Ryan beralih mencium kening Rani. Istrinya itu tersenyum seraya mengangsurkan tas kerja milik suaminya."Iya, Mas. Hati-hati bawa mobilnya, ya," balas Rani meraih tangan kanan suaminya untuk salim lantas diciumnya dengan takzim."Mas jadi pingin makan rujak, ya," ujar Ryan sembari mengecap dan mendesis mirip ekspresi orang makan rujak manis, asam, pedas.Rani tertawa geli melihat ekspresi suaminya. Diraihnya tubuh Farraz dari gendongan Ryan. Kemudian menggendong putranya itu, di sisi pinggang kanan."Assalamualaikum," sapa Tamara mengandeng bocah sepantaran Farraz. Disusul Radit dibelakang mereka berdua."Dari bangun Subuh tadi. Sudah heb
ปรับปรุงล่าสุด: 2023-07-29
Chapter: 30. Lembaran Baru"Sungguh aku iri padamu. Ingin aku menggantikan posisimu sekarang. Dan itu tidak akan terwujud kalau kau masih bernyawa, Rani."Setelah berkata demikian Lucia bangkit dari duduknya menerjang tubuh Rani. Hingga keduanya terjatuh ke karpet. Lucia berada di atas tubuh Rani."Kalau gagal membunuhmu dengan tangan orang lain. Mungkin sudah saatnya kau mati di tanganku sendiri." Lucia mencekik kuat leher Rani dengan kedua tangannya.Rani yang tidak menyangka akan diserang demikian. Napasnya tersenggal, lidahnya hampir terjulur.Hingga"Anak kurang ajar!" teriak seseorang yang membuat Lucia merenggangkan cekikannya.Kepala wanita itu dihantam sekuat tenaga oleh tas yang dibawa seseorang yang terlihat samar oleh penglihatan Rani. Namun, ia hafal suara sosok yang datang menyelamatkannya barusan."Kak Rani!" seru Aida panik. Sepupu Lucia itu menghampiri Rani yang terbaik berkali-kali dengan nafas terengah-engah."Nenek pastikan kali ini, kamu meringkuk dalam penjara, Lucia." Bu Dewi memukulkan t
ปรับปรุงล่าสุด: 2023-07-28
Chapter: 29. Benang MerahHari ketiga dirawat di rumah sakit. Rani meminta Ryan untuk menguruskan kepulangan. Ia sudah merindukan kedua anak mereka."Mas tidak berani memutuskan sendiri. Kita tunggu apa kata dokter. Setelah itu pertimbangan dari mama Ilmi.""Kurasa aku sudah cukup istirahatnya, Mas. Di sini aku tak melakukan aktivitas apapun. Nanti Mas Ryan bantu aku ngomong sama Mama, ya."Rani merasa kesehatannya telah pulih, kondisi badannya kembali fit pasca keguguran. Di rumah sakit dirinya memang dia diperbolehkan beraktivitas berlebihan. Kondisinya pun terus mendapat pantauan langsung dari dokter kandungan."Mau ke rumah kita atau tetap ke rumah mama Ilmi?" tanya Ryan seraya membelai pipi wanitanya itu."Senyamannya Mas Ryan saja. Aku ikut.""Kalau pemeriksaan dokter menyatakan sudah pulih. Kita pulang ke rumah kita saja, ya.""Hu um." Rani mengangguk seraya tersenyum menatap pria di depannya itu."Sayang, Mas tanya sekali lagi. Benar, kamu tidak mau mengusut kasus ini. Atau sebenarnya kamu sudah tahu.
ปรับปรุงล่าสุด: 2023-07-27
Chapter: 28. Mengikhlaskan Laksman tidak membawa mobil ke area parkir klinik melainkan putar balik ke tempat dia berjumpa dengan Leo menggendong kakaknya tadi. Dia masih berharap apa yang didengar tadi tidaklah benar. Tanpa sengaja dia mendengar instruksi kakaknya dengan seseorang di telepon, yang mengarah pada tindakan kriminal.Saat pandangan Laksman menemukan sebuah gudang tua. Ia memelankan laju mobil Tamara hingga berhenti di samping Jeep milik kedua preman yang dihajar oleh Leo tadi.Laksman bergegas masuk ke dalam gudang, yang pintunya telah dirusak oleh Leo tadi. Begitu memasuki gudang, dia menghampiri dua preman yang masih tak bergerak. Keduanya tergeletak di lantai penuh dengan luka.Dengan langkah berhati-hati ia mendekati kedua preman itu. Ragu, apakah kedua preman dalam keadaan sadar atau pingsan, Laksman mengoyangkan salah satu kaki preman dengan kaki kanannya.Pemuda itu terjingkat, ketika terdengar dering ponsel dari saku celana preman sebelah kiri kakinya. Laksman bergegas mengambil ponsel itu,
ปรับปรุงล่าสุด: 2023-07-26