Beranda / Lainnya / ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL / MEMBUAHKAN RASA SESAK

Share

MEMBUAHKAN RASA SESAK

last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-16 10:13:44

“A-pa maksud Dokter ... pelecehan seksual lewat anal?” tanya Ambar dengan mengusap air mata kembali dan ditanggapi dengan anggukan oleh pria di hadapannya.

Dari awal pembicaraan dokter, Ambar sudah menduga akan ke arah situ. Namun, tetap saja anggukan sang dokter membuat dada bertambah sakit menjalar sampai ke relung hati.

“Saya mesti bagaimana, Dok?” tanya Ambar mirip orang linglung.

“Kami akan berusaha mengobati agar sembuh dan saya sarankan Ibu mencari psikiater untuk mendampingi ananda. Maaf, selain dengan Bapak, apakah ananda akrab dengan pria dewasa lain?” tanya dokter pelan-pelan.

“Pelakunya orang dewasa?”

“Sebatas praduga saya dan perlu dibuktikan. Nanti Ibu bisa membuat laporan ke kantor polisi untuk menangkap pelaku sebenarnya. Ananda trauma untuk kedua kalinya. Semoga semakin kuat mentalnya,” ucap pria berjas putih tersebut berusaha memberi support ke Ambar.

“Iya, Dok. Rasa kehilangan kemarin barusan sembuh,” balas Ambar dengan nada sedih.

“Apakah dia mengalami gangguan makan kayak dulu?”

“Kayaknya, Dok. Saya enggak tau pasti karena baru kemarin pulang dinas dari luar kota.”

“Kalo perlu, hal ini akan saya tanyakan kepada Pak Hadi. Mungkin beliau yang tau keseharian ananda, selama tak ada Ibu.”

“Gak perlu, Dok. Biar saya yang ngomong ke suami. Saya akan bikin laporan ke polisi dulu. Terima kasih atas penjelasannya. Permisi,” ucap Ambar dengan mata memerah yang sesekali buliran bening masih menetes.

“Silakan, Bu Ambar. Saya turut prihatin dengan kejadian ini. Sabar dan ikhlas. Semoga Tuhan segera memberi jalan,” balas dokter sembari mengiringi langkah Ambar lalu membantu membukakan pintu untuk wanita yang tampak terpuruk tersebut.

Ambar mengangguk sebelum berlalu dari hadapan dokter. Wanita ini beberapa kali mendongak untuk menahan laju air mata. Meski beberapa lembar tisu telah terbuang, tetapi buliran bening yang keluar seolah tak mau surut.

Ya Tuhan! Harus bagaimana lagi menjalani ini semua? Tanyanya dalam hati.

Akhirnya langkah kaki Ambar harus mampir ke toilet karena tak ingin jadi tontonan pengunjung yang lain. Dia hancur bagai tembok kena hantam badai tsunami dan masih bernyawa. Kehancuran tersebut terasa meluluh lantakkan persendian dan organ dalam tubuhnya.

Otak dan pikiran sempat nge-blank sesaat, untung Ambar segera tersadar. Dia tak boleh goyah karena ada sang anak yang harus diangkat tubuhnya dari kubangan lumpur. Ya, dia harus menyingkirkan lumpur tersebut hingga tubuh Brian kembali bersih dan suci seperti saat dia dilahirkan.

Setelah membasuh muka, Ambar segera keluar dari toilet. Dia harus menyakinkan diri bahwa akan mampu melewatinya. Sekarang hal pertama yang harus dilakukan adalah menghubungi sang ibu lalu pergi ke kantor polisi untuk membuat laporan. Sebuah ponsel dikeluarkan dari dalam tas lalu dia melakukan panggilan.

“Ibu sedang di jalan mau ke rumah kamu. Bentar lagi nyampe. Kangen banget sama jagoan,” ucap seseorang dari ujung telepon.

Begitu mendengar suara sang ibu, Ambar hanya mampu menjawab dengan isak tangis.

“Ambar ada apa? Loh ini ... rumah kamu sepi. Ke mana kalian?” tanya Bu Retno—sang ibu--yang baru saja turun dari taksi tepat di depan gerbang rumah.

Beberapa saat kemudian terdapat pemberitahuan sebuah pesan telah diterima. Bu Retno segera mengakhiri hubungan telepon lalu membaca pesan dari Ambar.

Sementara itu, Ambar bergegas menuju tempat Brian. Saat ini, dia hanya ingin memeluk putra semata wayangnya dengan sangat erat. Beribu penyesalan mendera dalam dada. Sesampai di hadapan sang jagoan yang belum sadarkan diri, kedua tangannya mengusap lembut kedua pipi gembul yang mulai menyusut.

Bocah tampan yang selalu jadi penyemangat dirinya untuk tak punya rasa capek dalam mencari uang. Semua dia lakukan demi memenuhi keinginan sang buah hati. Dia berharap bisa membuat sang putra bahagia dengan membeli segala hal yang terbaik.

Namun, nyatanya sang putra telah hancur di saat tak bersamanya. Setan berwujud manusia telah merusak mutiara yang selalu dijaganya agar tak sampai meneteskan air mata.

“Sayang, bagaimana Mama menyembuhkanmu kembali? Andai Tuhan mengizinkan, tubuhmu Mama telan agar tetap terjaga dalam perut,” ucap Ambar sembari berderai air mata.

Hadi yang melihat perilaku sang istri dan merasa ganjil segera mendekat lalu mengelus rambutnya lembut.

“Mah, ada apa dengan anak kita?” tanya pria berprofesi guru ini sambil berbisik.

“I-ni anakku! Bu-kan anak kita!” ucap Ambar lirih, tetapi cukup keras menampar pendengaran Hadi.

Pria berpostur tinggi ini mencoba memahami keadaan sang istri yang sedang kalut. Dia paham rasa keibuan membuat Ambar yang dalam keseharian lembut hati menjadi emosi seperti barusan.

“Sabar ya, Mah. Kita beri pengobatan terbaik agar Brian segera sembuh,” kata Hadi pelan-pelan sembari menatap wajah sang putra sambung yang mulai membaik setelah mendapat infus.

Saat datang ke UGD, wajah Brian pucat pasi bagai kapas dengan suhu tubuh tinggi. Sesaat setelah perawat memasang infus lalu Hadi sempat meraba dahi dan telapak kaki sang putra terasa mulai menurun suhunya.

Tak beberapa lama tampak Bu Retno mendatangi mereka. Nenek Brian yang masih bugar di usia 70 tahun melempar senyum ke arah menantunya. Hadi segera menjabat lalu mencium tangan wanita tua ini.

“Spidermanku sakit apa?” tanya Bu Retno yang membuat Ambar menoleh lalu mencium tangannya.

“Yang tau mamanya. Dia tadi berkonsultasi dengan dokter,” jawab Hadi dengan tersenyum menampakkan ceruk kecil di kedua pipinya.

“Nanti aku cerita, Bu. Tolong jaga Brian, ya. Ambar ada urusan sebentar,” jelas Ambar yang bangkit dari sisi sang putra lalu bersiap akan pergi.

“Mau ke mana, Mah?” tanya Hadi yang mulai terlihat cemas.

Ambar tak menjawab pertanyaan Hadi. Wanita ini bahkan telah melangkah pergi keluar dari UGD.

“Segera susul dia,” saran Bu Retno kepada menantunya.

“Baik, Bu. Saya permisi dulu. Titip Brian, Bu,” balas Hadi yang segera mencium tangan sang mertua lalu menyusul Ambar.

Dengan setengah berlari, Hadi akhirnya bisa mensejajarkan diri di samping Ambar.

“Mah, ada apa sebenarnya?” tanya Hadi dengan napas terengah-engah.

“Nanti juga tau, saat di kantor polisi,” jawab Ambar datar tanpa ekspresi tak seperti tadi penuh emosi.

“Kenapa ke kantor polisi? Brian kenapa, sih?” Pertanyaan Hadi tak dijawab oleh Ambar sampai mereka di sebelah mobil.

Ambar baru tersadar bahwa kunci kontak ada dalam genggaman Hadi. Wanita muda pun ini segera naik saat sang suami membuka pintu kursi pengemudi.

“Biar aku yang nyetir,” kata Ambar sembari merebut kunci mobil dari tangan Hadi.

Pria berkaca mata minus ini sempat terkejut lalu segera berjalan memutar lekas membuka pintu dan duduk di sebelah Ambar. Sepanjang perjalanan tak ada percakapan di antara mereka.

Keduanya sedang asik dengan pikiran masing-masing. Ekor mata Hadi sesekali melirik wanita sebelahnya, saat tiba-tiba mengerem mendadak dan membunyikan klakson. Pikiran Ambar yang sedang kacau membuat emosinya mudah terpancing.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   AKHIR SEBUAH PENDERITAAN

    "Bar, buruan!"seru Sabrina yang telah ambil alih kursi roda. Ia telah berjalan mengikuti Tuan Farel dan Ambar masih berdiri melamun.Ambar seketika tersadar dari lamunan. "Oh, ya, ya. Yuk."Kedua wanita berjalan buru-buru menuju ruang perawatan. Gerak-gerik keempat orang di taman tadi telah diawasi oleh salah seorang bodyguard Tuan Gerry. Pria ini segera mengambil ponsel dari dalam saku celana lalu menelepon seseorang. Beberapa saat, ia mendengarkan ucapan dari ujung telepon."Mereka berencana shopping," ucap pria kekar tersebut kepada lawan bicaranya. Sementara itu, Tuan Farel yang sedang merebahkan tubuh Brian di pembaringan mendengar ponselnya berdering. Ia mengusap rambut Brian lembut sambil berbisik ke telinga si bocah. "Om akan jaga kamu, Superboy. Harus semangat untuk sehat."Pria ini lalu mengecup kening Brian. Saat ia menyelimuti tubuh si bocah, kedua wanita baru saja masuk ruangan. Pemandangan di depan mata, membuat kedua wanita semakin terharu. Tuan Farel segera menyadari k

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   BRIAN TIDAK MAU PULANG

    "Coba kamu tanya ke Tuan Farel," saran Ambar kepada si bocah."Tuan Farel owner-nya?"tanya Sabrina dengan antusias."Bukan. Ia yang dipercaya oleh owner untuk mengelola tempat ini. Dan, kita telah diizinkan untuk tinggal di sini sampai Brian sembuh," jelas Ambar sengaja berbohong demi kebaikan bersama."Wah, sangat menyenangkan sekali. Liat, tuh, anak lu kerasan di sini," balas Sabrina. Ambar tersenyum lebar melihat Brian yang kembali ceria. Padahal sebelumnya, si bocah dalam keadaan kacau. Bahkan ia sempat berpikir untuk bunuh diri ke Hutan Aokigahara segala."Bagus, dong. Kalo Jagoan kerasan di sini. Mama tadi sudah bilang ke Tuan Farel dan lebih keren lagi, kamu bilang langsung,"ucap Ambar kepada Brian."Ya, Brian mau,"kata si bocah bersemangat. Ambar bahagia sekali mendapati anaknya yang penuh semangat. Ia bangkit lalu memeluk jagoan lalu mencium kedua pipinya. Tidak ada kebahagiaan yang ingin dirasakan selain kesembuhan bagi Brian."Cepat sembuh, Jagoan!" Ambar bertambah besar ha

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   KISAH ASMARA NEGERI TIRAI BAMBU

    "Kamu suka, Sayang?"tanya Tuan Farel sambil membuka blus Ambar. Kini tampak dua gundukan berbalut bra berenda. Ambar yang mulai mengikuti permainam sang pria.Jemari lentiknya mengusap lembut milik Tuan Farel yang telah membuat penasaran. Pasangan ini bergantian memberi usapan, jilatan bahkan remasan di beberapa bagian sensitif."Farel, Sayang!"panggil Ambar di antara desah dan jerit tertahan."Iya, Sayang. Nikmati, ya,"ucap Tuan Farel sambil mengusap lembut bibir Ambar.Mereka yang telah memanas akhirnya berpacu saling memuaskan. Keduanya bersamaan telah lunglai di atas pembaringan. Ambar pun baru sadar bahwa dirinya belum belanja pakaian."Oh my God!"jerit Ambar sambil membebat tubuhnya dengan selimut."Ada apa, Sayang?"tanya Farel yang buru-buru memakai hanfu. Kemudian ia duduk di pembaringan lalu membenahi anak rambut di wajah Ambar."Honey, aku belum belanja baju. Kamu tahu sendiri, kan. Kami berangkat tanpa persiapan. Gimana, dong?" Ambar menatap Farel dengan wajah sedih.Farel t

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   MEREKA MELAYANG BERSAMA

    Benar saja, dugaannya memang tepat. Petugas informasi memberikan sebuah denah untuk menuju ruang staf khusus. Ambar sedikit curiga dengan dua petugas tersebut yang saling berbisik lalu tertawa kecil.Ambar tidak ambil pusing tentang hal tersebut. Ia langsung mencari keberadaan tempat Tuan Farel dengan berbekal selembar denah. Wanita berkaki jenjang ini kembali menyusuri koridor lalu mengikuti arah pada denah.Tak butuh waktu lama untuk mencari tempat Tuan Farel. Letak ruangannya terdapat di lantai dua dan lebih mengherankan, di sini tidak ada lift. Seluruh bangunan dan fasilitas yang terdapat di dalamnya bernuansa klasik.Kini, kedua kaki Ambar telah berdiri tepat depan sebuah ruangan yang ditunjuk oleh petugas informasi sebagai tempat Tuan Farel. Sebuah plang bertuliskan aksara Hanzi. Ambar mengetuk daun pintu kayu berukir. Ia mengetuk sampai ketiga kali pun tidak ada yang membuka pintu.Ambar pun merasa konyol setelah melihat ada sebuah lonceng kecil di sisi kanan pintu. Wanita ini

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   TUAN FAREL STAF KHUSUS

    Tempat rehabilitasi ini dibangun di atas bukit. Sebagian besar bangunan disusun dari papan kayu dan beratap rumbia. Beberapa pohon cemara berdiri mengelilingi bangunan ini. Samar-samar terdengar gemericik air terjun dan suara aliran sungai."Pasti sedang jatuh cinta dengan tempat ini,"ucap Tuan Farel mengagetkan Ambar yang sedang fokus melihat sekeliling.Ambar seketika menoleh dan langsung terpana dengan penampilan pria di sebelahnya. Ambar pun jadi salah tingkah. "Tuan Farel. Iya."Pria gagah dengan rambut cepak layaknya anggota militer tersenyum manis. Dua ceruk menghias pipi. Ambar baru sekarang benar-benar mengagumi sosok pria. Pesona pria di depannya berhasil memporak-porandakan otak dan hatinya."Pusat rehabilitasi ini sengaja dibangun di daerah sini karena faktor lingkungan yang masih alami. Hal tersebut dipercaya bisa menunjang kesembuhan para pasien." Tuan Farel menjelaskan dengan pandangan lepas ke bukit. Ambar hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan dari pria di sampi

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   TUAN GERRY MENEBUS DOSA

    "Terima kasih kembali, Nak. Anggap ini sebagai penebus dosa-dosa Bapak."Begitu mendengar ucapan Tuan Gerry, Ambar tidak bisa berkata-kata lagi. Air mata membasahi sudut mata lalu ke arah pipi. Ada rasa sesak karena harus merelakan nasib Rafael ke tangan pihak interpol. Ia harus kehilangan Rafael untuk kedua kalinya dan ini benar-benar menyakitkan.Pria yang diharapkan akan menjadi pendamping hidup untuk rangkaian perjalan hidup dia dan Brian. Ternyata telah menjadi seorang penjahat internasional. Ambar menangis sesenggukan."Ambar, relakan semua,"ucap Sabrina sambil menggenggam jemari sang sahabat. Sementara air mata tidak berhenti mengalir dari pelupuk mata Ambar. Sabrina membiarkan saja agar rasa sesak di dada Ambar segera lenyap.Mobil telah memasuki area bandara udara dan Ambar masih sesenggukan. Tiba-tiba Sabrina menyadari sesuatu. "Ambar, kita kaga bawa baju ganti.""Gak perlu khawatir soal baju dan lain-lain. Di sana banyak pilihan,"sahut Geo dari balik kemudi. Pria ini mengar

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   LIBURAN YANG TERCAPAI

    Sabrina memasukkan ponsel ke saku celana. Ia menatap depan, pada saat pintu terbuka dan Ambar telah tersenyum di depan Sabrina."Buruan keluar! Gue mau ngajak lu ngobrol." Sabrina menarik tangan Ambar.Wanita berkaki jenjang ini merasa, ada yang aneh dengan perilaku sahabatnya. Kemudian, dirinya keluar dari ruang dokter."Ada apa, sih?"tanya Ambar sambil menatap Sabrina dengan kesal."Kita ngobrol di taman,"ucap Sabrina sambil menyeret tangan soulmate-nya.Kedua wanita berjalan terburu-buru menuju taman. Di salah satu bangku taman yang agak tersembunyi dan teduh, mereka mengambil tempat."Lu dicariin Om Gerry. Sebentar." Sabrina segera melakukan panggilan ke nomor bapaknya Ambar."Oh my God! Gue kaga liat hape dari tadi," sahut Ambar yang seketika mengambil ponsel dari dalam tas. Betapa kaget Ambar. Begitu membuka ponsel, tampak di layar tertera notifikasi panggilan telepon dan pesan dari beberapa nomor kontak, termasuk dari Tuan Gerry. Bapaknya telah menelepon sebanyak sepuluh puluh

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   HUTAN AOKIGAHARA DALAM ALAM BAWAH SADAR

    "Brian pengen sembuh,"ucap si bocah dengan kedua mata berkaca-kaca. Seketika ada rasa nyeri menikam hati Ambar. Ucapan Brian membuatnya ingin menangis, tetapi ditahan sekuat tenaga."Maka dari itu makan dan minum yang banyak terus teratur minum obat. Pasti sembuh. Semangat!""Tapi, Ma. Badan Brian lemes banget,"ucap si kecil lirih. Tiba-tiba tubuh Brian kejang. Ambar pun panik."Sayang, Brian!"teriak Ambar histeris. Dirinya telah mengalami masa sulit dua tahun belakangan. Bagi dia saat ini yang terpenting dalam hidupnya adalah putra semata wayangnya Brian. Ambar melihat putranya seperti orang sekarat. Tangan buru-buru menekan tombol darurat.Sabrina yang berada di depan ruangan segera masuk karena mendengar jerit histeris Ambar. Tak berapa lama, dua orang perawat datang untuk memeriksa keadaan Brian. Ambar dan Sabrina menunggu di luar ruangan.Seorang dokter datang lalu menyapa kedua wanita. Kemudian pria berjas putih tersebut masuk ruangan. Rafael seakan-akan tahu keadaan Brian. Pr

  • ANAKKU DIMANGSA PAEDOFIL   MBAK LASTRI BERSAMA WANITA MENOR

    "Belum ada, Mbak. Saya juga harap-harap cemas ini. Minta doanya, Mbak.""Pasti aku doakan yang terbaik, Bang. Semoga rekaman CCTV bisa membantu pengungkapan kasus. Sayangnya, kamera bagian samping sengaja dirusak pelaku. Cuma ada rekaman bagian beranda, dalam dan lantai atas.""Kami sudah ada rekaman CCTV dari sekitar TKP, Mbak.""Soal Bu Nur sudah diselidiki?""Bu Nur terindikasi jadi bagian komplotan kejahatan tersebut.""Oh my God! Pantas saja dia berani nyusup ke rumah Bapak,"ucap Ambar dengan raut wajah kaget. Dia tidak menyangka jika wanita separuh baya yang terlihat polos itu punya niat jahat."Saya mau cari sendiri keberadaan Dek Lastri, Mbak. Lama nungguin polisi," balas Bang Reno. Raut kesedihan terlihat jelas di wajahnya. Ambar tidak ingin membahas hal itu lagi. Ia datang ke kantor polisi guna memberi tambahan informasi serta menyerahkan rekaman CCTV.Ambar memberikan rekaman CCTV dari tempat usahanya dan juga kediaman Tuan Gerry. Dari rekaman CCTV pula, akhirnya Ambar tahu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status