Share

04

last update Last Updated: 2024-07-07 16:20:14

"Ibu?!" Summer begitu terkejut saat melihat ibunya menampar Rain. Tanpa pikir panjang, Summer langsung melompat dari tempat tidur, walau kondisinya masih belum pulih. "Ibu apa-apaan?!! Kenapa ibu nampar dia?!!"

Meilani menatap Summer yang kini sudah berdiri di antara dirinya dan laki-laki yang baru saja ia tampar. "Dia yang sudah hamilin kamu, kan?!! Dasar laki-laki kurang-"

"Bukan, Bu!! Bukan dia yang hamilin Summer!!" potong Summer, dengan suara kencang. "Ibu jangan buat malu Summer di depan dia!! Dia yang sudah bawa Summer ke rumah sakit!! Dia nggak tau apa-apa soal ini!!"

Angga yang tadi sempat mematung, juga ikut bergerak ke sisi Meilani dan buru-buru menenangkan Meilani. "Maaf, istri saya sudah bertindak di luar batas," ucap Angga kepada Rain.

"Kamu bohong, kan?!! Pasti kamu bohong hanya karena mau lindungi dia!!"

"Meilani!" Suara Angga yang sejak tadi tenang, kini mulia meninggi. "Tenangin diri kamu!"

"Tapi Mas-"

"Meilani?" Angga menatap istrinya dengan tatapan tajam. "Jangan buat malu keluarga kita lebih dari ini."

Meilani langsung luluh. Rasa marahnya kini berubah menjadi rasa sedih dan kecewa. Ia memeluk suaminya, lalu menangis tanpa mengeluarkan suara.

Sedangkan Rain yang tidak tahu apa-apa, hanya bisa berdiri dan mendengar semua tuduhan yang baru saja keluar dari ibunya Summer.

Suasana di dalam ruangan itu benar-benar kacau. Kini bukan hanya Meilani yang menangis, tapi Summer juga mulai menitikkan air mata. Summer merasa malu, karena kini Rain sudah terlibat lebih jauh. Belum cukup mengetahui kalau dirinya hamil, kini Rain malah ditampar dan dituduh oleh ibunya. Entah harus bagaimana Summer saat ini.

Ketika Summer sedang menangis, Rain yang merasa iba menarik Summer ke dalam pelukannya. Entah dari mana ia mendapatkan keberanian seperti itu. Di depan orang tua Summer, Rain memeluk Summer dan menenangkan Summer.

Summer yang memang sedang membutuhkan seseorang untuk bersandar, tidak mempedulikan kedua orang tuanya. Ia menangis dalam pelukan Rain, karena hidupnya yang telah hancur.

"Menangis sepuasnya. Gue ada di sini."

Kata-kata dari Rain membuat Summer semakin membenamkan wajahnya. "Gu-gue minta maaf... Hiks... Hiks..."

Rain mengangkat tangannya dan mengusap lembut rambut Summer. "Lo nggak salah. Lo nggak perlu minta maaf."

Summer menggelengkan kepalanya. "Gue udah buat kecewa semua orang. Gue udah hancur, Rain... Hiks... Hiks... Hi-hidup gue sudah nggak ada gunanya."

Rain semakin mengeratkan pelukannya. Ia tidak tahu harus mengatakan apa pada Summer. Dalam hati kecilnya, ia ingin berjanji untuk tidak meninggalkan Summer dan selalu berada di sisi Summer. Ia ingin menyembuhkan dan bertanggung jawab atas segalanya, tapi kata-kata itu ia simpan untuk dirinya sendiri.

Faktanya, Rain memang mempunyai rasa untuk Summer, tapi ia tidak mungkin mengungkapkannya sekarang.

Setelah tangisan Summer mereda, Rain membimbing Summer ke tempat tidur. "Lo harus istirahat."

Summer tidak menjawab perkataan Rain. Ia naik ke atas tempat tidur, lalu membelakangi Rain dan yang lainnya.

Di sisi Summer, Meilani yang juga sudah tenang, duduk sembari mengelus rambut Summer. Ia ingin minta maaf karena telah bersikap agresif. Ia sadar, saat ini kondisi Summer lah yang paling mengkhawatirkan. Ia tidak seharusnya membuat kacau suasana, dan membuat Summer lebih tertekan.

Maafin Ibu, sayang, ucap Meilani dalam hati.

Melihat Meilani telah dapat mengendalikan emosinya, Angga langsung memberikan isyarat kepada Rain untuk mengikutinya keluar.

Rain mengangguk. Ia juga ingin memberikan waktu pada Summer untuk istirahat. Tak lupa, Rain mengambil handphonenya yang ada di atas meja, lalu keluar bersama dengan Angga.

Mereka berdua turun ke lantai satu, lalu keluar ke taman. Di sana ada kursi yang disediakan untuk orang-orang yang ingin mencari udara segar.

Setelah duduk, tanpa basa-basi Angga langsung meminta maaf pada Rain. "Saya mau minta maaf soal yang tadi. Istri saya sudah nampar kamu dan nuduh kamu yang bukan-bukan."

Rain menatap ke kejauhan. Entah apa yang sedang ia pikirkan, tapi ia tidak mempermasalahkan hal tersebut. "Nggak apa-apa, Om. Saya juga nggak pernah marah atau tersinggung dengan kejadian tadi."

Angga menoleh sekilas, menatap Rain. "Nama kamu siapa?"

Rain menoleh, lalu menyodorkan tangannya kepada Angga. "Nama saya Rain, Om. Rain Frederick Jansen."

Angga menyambut jabatan tangan Rain, lalu bertanya, "ada hubungan apa kamu dengan Andreas Jansen?"

Rain cukup terkejut karena Angga ternyata mengenal ayahnya. "Itu ayah saya, Om."

Alis mata Angga terangkat. "Serius??? Ternyata dunia kecil juga, ya?"

Rain yang penasaran, balas bertanya, "Om kenal ayah saya?"

Angga melepaskan jabatan tangan ia dan Rain, lalu mengangguk. "Iya, saya kenal ayah kamu. Saya dan Andreas teman SMA dulu. Setelah lulus, kita mulai sibuk dengan kehidupan masing-masing, jadi sudah jarang saya dan Andreas berkomunikasi."

Rain mengangguk perlahan. Jika menyangkut ayahnya, ia tahu dengan jelas seperti apa waktu ayahnya itu. Jika buat keluarga saja Andreas jarang hadir, apalagi untuk teman-temannya?

"Tolong sampaikan salam saya untuk ayah kamu," lanjut Angga. "Bilang saja, Angga Widjaja, ayah kamu pasti langsung ingat."

Rain kembali mengangguk. "Baik, Om."

Setelah perkenalan yang singkat, Angga langsung masuk ke intinya. "Kamu tau kalau Summer hamil?"

Rain sudah mengantisipasi datangnya topik tersebut. Karena itu ia tidak terlalu kaget dengan perubahan topik yang tiba-tiba. "Saya tidak terlalu dekat dengan Summer, Om. Saya juga baru tau hari ini, kalau Sammer hamil."

Angga menoleh, menatap Rain dengan seksama. "Kamu tau siapa yang hamilin Summer?"

Rain terdiam. Jelas saja ia tahu, tapi ia tidak tahu, apa ia punya hak atau kewajiban untuk mengatakan hal tersebut.

"Rain?" Melihat Rain yang hanya diam, firasat Angga langsung mengatakan kalau Rain tahu siapa pelakunya. "Kamu tau, kan?"

Rain dilema. Ia bingung harus jujur atau tidak.

"Sebagai orang tua, saya tidak bisa merubah apa yang sudah terjadi," ucap Angga dengan tenang. "Anak saya sudah hamil, dan tidak ada yang bisa saya perbuat. Tapi setidaknya, saya tidak mau anak saya hamil tanpa laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Kalau laki-laki itu menolak bertanggung jawab, maka saya harus kasih dia hukuman yang setimpal dengan perbuatan dia."

Kata-kata Angga membuat Rain semakin merasa bersalah jika ia tetap tutup mulut. Tapi di sisi lain, ia tidak ingin menjadi orang yang membongkar identitas Ben pada ayahnya Summer.

Dalam hati Rain, ia ingin menjadi orang yang bertanggung jawab atas semua ini. Karena itu, Rain mempersiapkan dirinya beberapa saat untuk melontarkan pengakuan yang akan merubah hidupnya.

"Maaf, Om," ucap Rain, setelah diam beberapa saat. "Saya nggak tau siapa yang sudah hamilin Summer."

Angga tentu saja tidak langsung percaya dengan kata-kata Rain. "Kamu benar-benar nggak tau?" tanya Angga sekali lagi. Ia berharap Rain mau memberikan jawaban yang berbeda kali ini.

Namun, Rain tetap meneguhkan hatinya untuk berbohong. "Iya, Om. Saya nggak tau."

Angga menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskan perlahan. Ia yakin Rain sedang berbohong, tapi ia tidak bisa memaksa Rain lebih jauh.

Angga lalu berdiri dan tersenyum kepada Rain. "Kalau begitu terima kasih karena kamu sudah bantu Summer. Om kembali ke ruangan Summer dulu."

Rain tidak membalas perkataan Angga. Ia masih tetap duduk dan menatap Angga yang menjauh. Namun dalam hatinya, ia ingin mengejar Angga dan mengutarakan isi kepalanya.

Apa ini hal yang benar? Rain bertanya-tanya dalam hatinya. Apakah ia harus bertindak sampai sejauh ini?

Sebelum Angga masuk ke dalam rumah sakit, tubuh Rain tiba-tiba bergerak, walau pikirannya masih belum memutuskan apa yang harus ia katakan.

Pergolakan hebat masih terjadi dalam hati dan pikirannya, namun entah mengapa ia malah menghentikan langkah Angga.

"Tunggu, Om!!"

Angga berhenti kemudian menoleh. Melihat Rain yang menahannya, ia kembali berharap kalau Rain mau jujur padanya. Namun apa yang ia dengar selanjutnya, malah membuat dirinya terkejut.

"Kalau diizinkan, saya mau bertanggung jawab untuk Summer dan anak yang ada di dalam kandungannya," ucap Rain, tanpa ragu sedikitpun.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ART Kesayangan Tuan Rain   Epilog

    Tahun-tahun berlalu, membawa kebahagiaan yang tak terhingga dalam kehidupan Rain dan Summer. Setelah pernikahan yang indah dan penuh cinta, mereka membangun rumah tangga yang harmonis dan dipenuhi dengan tawa. Haru tumbuh menjadi anak yang cerdas dan penuh kasih sayang, selalu ditemani oleh Rain dan Summer yang menjadi panutan baginya. Kehidupan mereka yang stabil dan penuh cinta menjadi fondasi kuat bagi keluarga kecil ini. Namun, sebuah kebahagiaan baru datang menghampiri mereka beberapa tahun setelah pernikahan. Summer mengandung anak kedua mereka—seorang bayi perempuan yang mereka nantikan dengan penuh sukacita. Saat waktu persalinan tiba, Rain tidak pernah melepaskan genggaman tangannya dari Summer, berada di sisinya, memberikan kekuatan dan cinta yang tiada habisnya. Saat suara tangisan bayi pertama kali terdengar di ruang bersalin, air mata kebahagiaan tak terbendung dari mata Rain. Bayi perempuan itu lahir dengan sehat, membawa cahaya baru ke dalam hidup mereka. Haru, ya

  • ART Kesayangan Tuan Rain   119

    Hari pernikahan Rain dan Summer tiba dengan segala kemegahan dan keindahannya. Langit cerah menyambut hari istimewa itu, seolah turut merestui persatuan dua hati yang telah melewati begitu banyak rintangan. Di sebuah taman luas yang dikelilingi pepohonan yang rindang, para tamu berkumpul dengan antusias. Taman itu dihiasi dengan rangkaian bunga-bunga yang indah, setiap sudutnya dipenuhi oleh dekorasi yang dirancang dengan penuh cinta. Nuansa putih dan emas mendominasi, menciptakan suasana yang elegan namun hangat. Summer berdiri di depan cermin rias, mengenakan gaun pengantin putih yang anggun. Rambutnya yang lembut disanggul rapi, dihiasi oleh mahkota kecil yang berkilauan. Wajahnya berseri-seri, matanya memancarkan kebahagiaan yang tak terbendung. Di sampingnya, ibunya, Meilani, merapikan sedikit gaunnya dengan penuh kasih sayang. “Kamu cantik banget, sayang,” ujar Meilani dengan suara lembut, matanya berkaca-kaca. “Ini hari yang sudah kamu tunggu selama ini, sayang." Summe

  • ART Kesayangan Tuan Rain   118

    Setelah malam lamaran yang begitu spektakuler dan romantis, keesokan harinya dunia maya dibanjiri oleh berita tentang Rain dan Summer. Video lamaran yang disiarkan langsung telah diulang jutaan kali, dipenuhi dengan komentar-komentar positif dari netizen yang terpesona dengan cara unik Rain mengekspresikan cintanya. Setiap detil dari momen itu—dari puisi yang dibacakan Rain, hingga kembang api yang memeriahkan suasana—dibicarakan dengan antusias di berbagai platform media sosial. Berita ini menjadi topik utama di mana-mana, tidak hanya di kalangan penggemar seni yang mengagumi Rain, tetapi juga di kalangan umum yang menyukai cerita cinta yang berakhir dengan kebahagiaan. Selebriti, tokoh publik, dan bahkan para kritikus yang sebelumnya skeptis terhadap hubungan Rain dan Summer, kini memberikan pujian setinggi langit. Semua orang setuju bahwa pasangan ini adalah pasangan yang sempurna, ditakdirkan untuk bersama. Sementara itu, di tempat yang berbeda, Sari dan Ben merasakan pukulan

  • ART Kesayangan Tuan Rain   117

    Malam yang dinanti akhirnya tiba. Arena konser amal yang megah telah dihias dengan penuh kemewahan. Tirai beludru merah anggur menggantung di sekitar panggung, sementara lampu gantung kristal berkilauan memantulkan cahaya lembut ke seluruh ruangan. Bunga-bunga segar menghiasi setiap sudut, menambah nuansa romantis malam itu. Summer dan Haru duduk di kursi khusus yang telah disediakan, mengenakan pakaian malam yang elegan. Wajah Summer berseri-seri penuh antusiasme, sementara Haru duduk ceria di sampingnya, siap menyaksikan pertunjukan. "Liat dekorasinya, Haru," ucap Summer, matanya berbinar-binar. "Rain benar-benar tunjukin kualitasnya sebagai seniman." "Iya, Bu," balas Haru, yang juga kagum pada panggung di depan mereka. “Panggungnya keliatan kayak dunia fantasi. Aku juga pengen tampil di panggung kayak gitu." Konser malam itu dimulai dengan meriah. Para seniman dan musisi memberikan yang terbaik dari mereka, dari alunan musik yang memukau hingga tarian yang anggun. Suasana sem

  • ART Kesayangan Tuan Rain   116

    Selama dua minggu berada di Swiss, Rain tidak hanya fokus pada bisnis dan pekerjaan yang harus diselesaikannya. Di balik kesibukannya, ia juga menyempatkan diri untuk menyelidiki situasi yang sedang terjadi di Indonesia. Ia tidak hanya mengikuti berita-berita yang viral di media, tetapi juga menyelidiki lebih dalam tentang siapa yang berada di balik semua kekacauan ini. Dengan bantuan beberapa rekan dan sumber terpercaya, Rain mulai menggali informasi tentang siapa yang sebenarnya menggerakkan semua ini.Dari berbagai saluran informasi yang ia miliki, Rain menemukan petunjuk yang menunjukkan bahwa Sari dan Ben berada di balik semua upaya manipulasi yang telah mengacaukan hidupnya dan Summer. Rain merasa marah dan terkejut ketika mengetahui bahwa ternyata Sari, dengan semua taktik dan intrik yang ia mainkan, bekerja sama dengan Ben. Ternyata, mereka memiliki agenda masing-masing. Ben ingin memperbaiki hubungannya dengan Summer dan Haru, sementara Sari berusaha merebut perhatian Rain da

  • ART Kesayangan Tuan Rain   115

    Setelah genap dua minggu kepergian Rain, akhirnya kabar yang dinanti-nanti tiba. Rain mengirimkan pesan singkat kepada Summer dan orang tuanya, mengabarkan bahwa ia akan segera kembali ke Indonesia. Pesan tersebut singkat namun penuh makna, cukup untuk membuat Summer dan Haru merasa bersemangat. Malam itu, setelah menerima pesan dari Rain, Summer merasakan perasaan lega yang luar biasa. Meski mereka telah berkomunikasi secara teratur selama Rain berada di Swiss, tidak ada yang bisa menggantikan kehadirannya secara fisik. Summer tak sabar menantikan momen di mana ia bisa melihat Rain kembali. Begitu pula Haru, yang selalu menanyakan kapan pamannya—begitu Haru menyebut Rain—akan kembali.Keesokan harinya, Summer memutuskan untuk tidak memberitahu siapa pun tentang rencana mereka menjemput Rain di bandara. Ia ingin momen ini menjadi sesuatu yang spesial, hanya antara dirinya, Haru, dan Rain. Ia juga berharap ini bisa menjadi awal yang baru bagi mereka, setelah semua drama yang terjadi b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status