Home / Romansa / ASI Untuk Bosku / Bab 84 Menangkap Penjahat

Share

Bab 84 Menangkap Penjahat

Author: Manila Z
last update Last Updated: 2025-05-16 23:09:05

"Sialan," umpat Maya.

Maya akhirnya tiba di tempat itu—sebuah gudang tua di pinggiran kota, sunyi dan gelap, hanya diterangi cahaya remang dari lampu gantung yang menggantung lemas di tengah ruangan. Bau debu dan karat menusuk hidungnya, tapi dia tetap melangkah pasti. Tempat ini bukan asing baginya. Di sinilah semuanya bermula... dan di sinilah semuanya harus berakhir.

Di sudut ruangan, Bu Winda duduk bersandar pada tiang tua, tangannya terikat, rambutnya kusut, dan wajahnya pucat. Tapi matanya berbinar saat melihat Maya muncul dari balik bayangan.

"Akhirnya kamu datang juga... tolong, selamatkan aku," ucapnya dengan suara lemah namun penuh harap.

Maya mendekat perlahan. Bukan dengan tergesa-gesa seperti seorang penyelamat, tapi dengan langkah pelan penuh perhitungan. Senyum samar terlukis di bibirnya—senyum yang tak mengandung secuil pun belas kasih.

"Bu Winda," ucapnya dingin. "Sayangnya... kau sudah tidak berarti apa-apa sekarang."

Ekspresi harap di wajah Winda seketika berubah j
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • ASI Untuk Bosku   Bab 87 Bela Hamil Anak Siapa?

    Elina masih duduk di tepi ranjang kamar Radit. Jemarinya membelai lembut kotak beludru biru tua yang baru saja diterimanya. Di dalamnya, berkilauan sebuah kalung emas putih dengan liontin mungil berbentuk bulan sabit bertabur berlian kecil. Bukan hanya indah, tapi juga perhiasan edisi terbatas yang hanya diproduksi lima buah di dunia. Ia bahkan masih sulit percaya Radit menghadiahkannya sesuatu seistimewa ini."Jadi kamu memintaku untuk datang ke pesta itu?" tanya Elina, menatap Radit dengan campuran rasa bahagia dan gugup."Tentu saja," jawab Radit seraya mendekat. "Apa kamu keberatan?"Elina menggeleng, lalu tersenyum kecil. "Terima kasih banyak. Kapan acaranya?""Dua hari lagi. Aku ingin kamu datang bersamaku, Elina. Aku tidak mau menyembunyikan hubungan ini lagi."Hati Elina berdegup lebih kencang. Ada rasa haru dan juga keraguan yang belum sepenuhnya hilang. “Apa ibumu juga akan hadir?”Radit mengangguk. "Iya, dan aku ingin kamu bertemu dengannya. Aku harap kamu bisa mengenalnya…

  • ASI Untuk Bosku   Bab 86 Suprise Untuk Elina

    Rian berdiri di sudut ruangan sambil memandangi Kina yang sedang sibuk merapikan pita berwarna emas di sisi meja. Di tengah kerlap-kerlip lampu hias dan aroma manis dari kue cokelat yang baru saja diletakkan di atas meja, suasana rumah Radit berubah hangat dan penuh kehidupan.Mereka berdua kini berada di rumah Radit, dan tak bisa dipungkiri, Rian merasa terkesan dengan hasil kerja keras Kina.“Aku sudah mendekorasi tempat ini sejak pagi,” ujar Kina sambil menoleh dengan senyum bangga.Rian mengangguk sambil memandangi sekeliling—balon warna-warni menggantung di langit-langit, dan foto-foto kecil Jio ditempelkan manis di dinding dalam bentuk kolase berbentuk hati.“Kamu memang punya sentuhan ajaib. Aku gak sabar lihat wajah Radit dan Jio nanti,” ujar Rian.“Mereka sudah berangkat dari rumah sakit?” tanya Kina sambil merapikan bunga segar di vas.“Dani baru saja bilang mereka sudah di jalan,” jawab Rian.Kina hanya mengangguk, namun sorot matanya menyiratkan rasa lega sekaligus haru. I

  • ASI Untuk Bosku   Bab 85 Semuanya Sudah Tertangkap

    Elina berdiri diam di hadapan dua batu nisan yang berdampingan. Hembusan angin sore membelai rambutnya yang terurai, membawa aroma bunga tabur yang masih segar. Matanya sembab, pipinya basah oleh air mata yang belum sempat mengering. Di sinilah jasad mantan suaminya dan anak mereka dimakamkan. Dua nyawa yang pernah begitu berarti dalam hidupnya, kini hanya tinggal nama yang terukir di atas marmer."Sudah Elina, ayo kita pergi dari sini," suara lembut Radit memecah keheningan. Nada suaranya pelan, penuh pengertian.Elina mengusap pipinya, mengatur napas yang masih sesenggukan. "Aku masih belum bisa percaya semua ini sudah berakhir.""Anggap saja ini takdir, dan balasan bagi orang-orang yang menyakitimu. Kamu sudah cukup kuat, Elina. Sekarang waktunya pulang," ujar Radit menatapnya dalam.Dia tahu ini akan datang. Kepergian, kehilangan, dan akhirnya... kebebasan dari rasa sakit. Segalanya memang sudah berakhir. Orang-orang yang menghancurkan hidupnya telah menerima ganjarannya. Tapi luk

  • ASI Untuk Bosku   Bab 84 Menangkap Penjahat

    "Sialan," umpat Maya. Maya akhirnya tiba di tempat itu—sebuah gudang tua di pinggiran kota, sunyi dan gelap, hanya diterangi cahaya remang dari lampu gantung yang menggantung lemas di tengah ruangan. Bau debu dan karat menusuk hidungnya, tapi dia tetap melangkah pasti. Tempat ini bukan asing baginya. Di sinilah semuanya bermula... dan di sinilah semuanya harus berakhir.Di sudut ruangan, Bu Winda duduk bersandar pada tiang tua, tangannya terikat, rambutnya kusut, dan wajahnya pucat. Tapi matanya berbinar saat melihat Maya muncul dari balik bayangan."Akhirnya kamu datang juga... tolong, selamatkan aku," ucapnya dengan suara lemah namun penuh harap.Maya mendekat perlahan. Bukan dengan tergesa-gesa seperti seorang penyelamat, tapi dengan langkah pelan penuh perhitungan. Senyum samar terlukis di bibirnya—senyum yang tak mengandung secuil pun belas kasih."Bu Winda," ucapnya dingin. "Sayangnya... kau sudah tidak berarti apa-apa sekarang."Ekspresi harap di wajah Winda seketika berubah j

  • ASI Untuk Bosku   Bab 83 Menangkap Bu Winda

    Radit sudah berhasil mengusir Sari dari tempat ini, dia tidak habis pikir kalau Sari mau mencelakai anaknya, dia tidak bisa mempercayakan anaknya pada orang lain lagi setelah ini."Dia sudah pergi Tuan," ujar Bi Yati."Bagus deh kalau dia sudah pergi," jawab Radit. Bi Yati masih penasaran dengan keadaan Jio sekarang. Ada perasaan yang membuat hatinya tidak enak sekarang."Tuan, kalau boleh tahu, bagaimana keadaan Tuan Muda Jio sekarang?" tanya Bi Yati yang memang merasa penasaran."Dia baik-baik saja, ada Elina juga yang menjaga. Habis ini aku juga akan kembali datang ke sana," kata Radit memberitahu Bi Yati."Terima kasih banyak Tuan."Bi Yati hanya mengangguk sambil tersenyum tipis saja. Dia tidak tahu harus berkata apa setelah ini, bahkan dia tidak sanggup ketika mengetahui semuanya.Radit akhirnya kembali keluar dari rumah, kali ini dia akan datang ke sebuah gudang tempat di mana mertuanya Elina disekap. Tentu saja karena Radit tengah butuh bukti sekarang.Dia butuh bukti keterli

  • ASI Untuk Bosku   Bab 82 Radit Mengusir Pembantu

    Bela mengikuti Rian dan masuk ke dalam gudang tua yang sudah lapuk dimakan usia. Bau lembap dan debu memenuhi udara, membuat napas Bela sedikit sesak. Mereka bergerak perlahan, menyusuri dinding yang sebagian sudah runtuh. Di balik celah kayu yang menganga, tampak sosok Maya tengah mengintip ke sebuah ruangan gelap.“Dia sedang apa?” bisik Bela, suaranya hampir tak terdengar.Rian menatap lurus ke depan. “Kamu lihat itu? Wanita yang diikat di kursi… dia ibu mertuanya Elina.”Bela terkesiap. Matanya membelalak ketika menyadari siapa wanita yang terikat itu. Tubuhnya tampak lemah, bibirnya kering, dan wajahnya penuh luka.“Apa… maksudmu? Kenapa dia di sini? Dan kenapa Maya—”“Ssst!” Rian menaruh telunjuk ke bibirnya, matanya tajam memperhatikan gerak-gerik Maya yang kini berbalik hendak pergi.“Cepat, sembunyi!” desis Rian.Mereka berdua buru-buru berjongkok di balik tumpukan kayu dan karung lusuh. Jantung Bela berdegup begitu keras seolah bisa terdengar dari luar. Napasnya tercekat saa

  • ASI Untuk Bosku   Bab 81 Radit Menemui Elina Di Rumah Sakit

    Radit melangkah pelan memasuki ruang perawatan, tempat Elina terbaring. Detak jantungnya terasa lebih cepat dari biasanya, seolah tubuhnya merespon emosi yang selama ini dia tahan.Begitu melihat Elina yang tertidur lelap, dadanya terasa sesak. Wajah itu... begitu tenang, seolah tak pernah melewati badai hidup yang mengguncang mereka belakangan ini. Ia mendekat, duduk di sisi ranjang, lalu perlahan menyentuh rambut Elina dengan penuh kelembutan.“Kamu pasti capek sekali...” bisiknya lirih.Ia menunduk, memberikan kecupan singkat di kening Elina. Momen itu membuat hatinya sedikit lebih tenang. Dekat dengan wanita yang ia cintai seperti ini memberinya kekuatan untuk terus bertahan.Namun, ketika matanya berpindah ke ranjang kecil di sisi lain, tempat anak mereka terbaring dalam selimut putih rumah sakit, hatinya kembali mencengkeram. Begitu kecil, begitu rapuh. Tak pernah terbayangkan Elina harus melalui semua ini."Radit..."Sebuah suara pelan menghentikan lamunannya. Elina menggeliat

  • ASI Untuk Bosku   Bab 80 Orang Yang Licik

    Elina mendapatkan telepon dari Kina. Tanpa berpikir panjang, dia langsung mengangkatnya. Jantungnya berdetak lebih cepat, firasatnya mengatakan ini bukan telepon biasa."Halo, Kina," ucap Elina dengan suara pelan namun penuh kewaspadaan."Aku sudah mendapatkan buktinya. Sari menyimpan obat itu... dan aku berhasil mengambilnya diam-diam," ujar Kina dengan napas terengah, seperti baru saja melakukan sesuatu yang berbahaya.Elina membelalakkan mata. "Kamu yakin itu obat yang menyebabkan Jio keracunan?""Aku yakin. Dan lebih dari itu, Sari tidak bekerja sendirian. Ada seseorang di balik semua ini. Seseorang yang sangat dekat dengannya."Suara berat dan asing tiba-tiba terdengar dari arah pintu."Aku tahu siapa orang itu," ucap Dani sambil berjalan masuk dengan langkah tenang tapi pasti.Elina menoleh cepat, matanya langsung menatap tajam ke arah Dani yang baru saja muncul di ambang pintu kamar rumah sakit Jio.Elina kembali ke telepon, "Kalau begitu aku tutup dulu ya, Kina. Hati-hati." Ia

  • ASI Untuk Bosku   Bab 79 Kina Ke Rumah Radit

    Elina memandangi Jio yang masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit, matanya sayu tapi sesekali berkedip menanggapi suara lembut sang ibu.Dengan hati-hati, Elina menyodorkan botol susu ke mulut anak itu. "Kamu sudah sadar sekarang, nak," bisiknya penuh harap. "Kamu pasti merindukan ayahmu, ya?"Tak ada balasan, hanya tatapan kosong Jio yang membuat hati Elina kembali remuk. Tangannya gemetar seiring pikirannya yang melayang pada Radit, pria yang seharusnya kini berada di sisi mereka.Semuanya terasa rumit. Dia sudah berusaha sekuat tenaga menjaga Jio dan memastikan anak itu tetap hidup. Tapi tanpa Radit, segalanya terasa setengah. Lelaki itu seharusnya sudah bebas hari ini.Tiba-tiba pintu diketuk. Suara pelan tapi tegas."Permisi.""Masuk," ucap Elina, berusaha tetap tenang, meski detak jantungnya berpacu.Pintu terbuka, dan seorang pria dengan wajah cemas masuk ke ruangan. Rian. Sahabat lama Radit, dan satu-satunya orang yang masih membantu Elina selama semua kekacauan ini terja

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status