Share

Angel's of Five Attraction: Angeline!

"Kamu sudah gila ya? Ngapain kamu bawa gadis itu ke sini? Kamu tahu siapa dia?" Cahyo memaki panjang pendek.

"Ya aku tahu, dia adalah Angeline, terus kenapa? Masalahnya dimana?"

"Pertanyaan macam apa itu? Kamu ini bodoh atau gimana? Dia adalah salah satu dari Angel's of Five di kampus kita! Dan kamu bilang masalahnya dimana? Apa kamu tidak kapok dengan wajahmu yang babak belur hampir setiap hari!?"

"Sabar, Cahyo! Aku hanya menolong dia, gak lebih! Perkara nanti ada orang yang mengklaim pacarnya lalu memukuli ku, itu urusan belakangan! Yang penting aku sudah tolong dia, karena aku gak tega melihat dia pingsan di jalan, dilempar dari mobil!"

"Ya, kenapa harus kamu yang menolong dia! Kenapa kamu gak pura-pura buta aja, dan biarkan dia disana! Kamu pasti akan selamat dari masalah selanjutnya! Karena aku punya firasat, ini bakal ada buntutnya!"

"Apa kamu gak punya nurani dengan membiarkan dia terbaring di jalan? Kalau dia dibawa sama orang jahat bagimana? Aku pasti akan menjadi orang yang sangat bersalah!"

"Kamu terlalu berlebihan! Kenapa gak kamu bawa aja ke Rumah Makan, Rumah Sakit atau ke Kantor Polisi sekalian? Biar masalahnya selesai?"

"Aku gak terfikir kesana. Yang pasti aku harus tolong dia, itu saja!"

"Jadi kamu lebih memilih mendapat masalah dari pada selamat karena menghindari masalah?"

"Aku lebih memilih menolong orang!"

"Walau harus babak belur dan menderita?"

"Aku gak masalah!"

"Dasar bodoh! Aku gak mau terlibat lagi kalau kamu ada masalah!" hardik Cahyo kesal.

"Ya sudah!" jawab Langit sama-sama kesal.

"Aaahh...Dimana aku?" sebuah suara merdu mengejutkan mereka. Spontan keduanya menoleh. Gadis itu sudah sadar.

"Eh, kamu ada di kost-an kita! Maaf, tapi jangan salah faham, kamu dibawa kesini karena waktu itu..."

"Langit, kaukah itu?" tanya Angeline. Tidak memperdulikan penjelasan Cahyo.

"I..iya, maaf...Aku yang bawa kamu kemari..."

"Wajah kamu, kenapa?" Alis cantik Angeline melengkung membentuk dua bulan sabit. Langit salah tingkah sambil memegangi wajahnya yang masih memar membiru.

"Ah, ini...Aku jatuh di jalan tadi..."

"Oh, begitukah? Bukannya kamu..."

"Aku tidak apa-apa, kamu gak perlu khawatir!" tukas Langit cepat.

"Oh, oke...baiklah,... Emh, Bisa bantu aku berdiri? Aku ingin ke kamar kecil!"

"Oh, eh..itu..."

"Ya sudah, sama aku saja, aku antar..."

"Apa aku memintamu mata empat?" Mata Angeline mendelik. Membuat hati Cahyo menciut.

"Langit, tolonglah! Aku mau...pipis...?" Angeline malu-malu. Wajah cantiknya meringis.

"Ba..baiklah..." Langit menuntunnya dengan segan. Angeline memegang bahunya, namun tiba-tiba terpekik dan secara refleks memeluk Langit!

"Aauuw...Maaf, kakiku sepertinya keseleo, kamu bisa bawa aku ke kamar kecil?" Angeline menatapnya nanar. Langit merasa salah tingkah. Hatinya bergetar tak karuan. Wangi parfum di tubuh Angeline nyaris membuatnya mabuk kepayang.

"Baiklah..." Langit melepaskan pelukan Angeline dengan halus, lalu memapahnya ke kamar kecil. Cahyo menatap dengan pandangan iri dan memelas.

"Kamu tidak akan ikut masuk kan?" tanya Angeline seraya tersenyum.

"Oh, tentu saja tidak!" Langit langsung menutup pintu closetnya. Menunggu beberapa saat, dengan perasaan canggung.

"Sssttt... Sini bentar!" bisik Cahyo.

"Ya, ada apa?"

"Giliranku yang papah dia! Kamu duduk di sini saja!" ujar Cahyo dengan wajah bak Serigala, tidak bisa menyembunyikan rasa iri di hatinya.

"Oh, gitu? Gak masalah!" Langit angkat bahu sambil tersenyum simpul. Suara air di Closet masih terdengar.

"Menurut kamu, kenapa dia sampai di lempar dari mobil? Apa itu gara-gara bertengkar dengan pacarnya atau bagaimana?" tanya Cahyo sambil berbisik.

"Mana aku tahu? Itu urusan dia, bukan urusan kita!"

"Ya, terus menurut pendapatmu bagaimana?"

"Aku gak punya pendapat apa-apa!"

"Dasar bodoh! Masa kamu gak punya pendapat apa-apa? Apa kamu gak curiga kenapa dia seperti itu?"

"Apa itu harus? Sudahlah, jangan menebak segala sesuatu yang belum pasti, apa lagi sampai menuduh yang tidak-tidak, Itu tidak baik!"

"Aku tidak nuduh, aku hanya penasaran saja!"

"Kenapa tidak kamu tanyakan langsung kepada orangnya?"

"Mana bisa begitu? Ya sudahlah, susah bicara dengan kamu!" Cahyo bersungut.

Krieettt!

Pintu closet terbuka. Keduanya segera bertukar tempat. Cahyo menunggu di depan pintu closet. Sementara Langit duduk di sisi tempat tidur.

"Hei, lagi ngapain kamu di sini? Apa kamu sedang ngintip aku?" tanya Angeline ketus. Wajah cantiknya menunjukan rasa tidak senang. Cahyo gelagapan seperti orang kebakaran jenggot. Hatinya malu sekali. Sementara Langit menutup mulutnya, berusaha menahan tawanya yang hampir mengembang.

"Maaf, ti..tidak.. tidak seperti itu! Sama sekali tidak.. itu...saya..."

"Langit, kemarilah!" panggil Angeline. Cahyo langsung menepi. Mau tidak mau Langit beranjak mendekatinya.

"Kakimu sudah baikan?"

"Belum, papah aku ke tempat tidur, please!"

"Eh, iya..." sekali lagi Langit dengan ragu, mendekap tubuh Angeline dari samping. Diiringi tatapan lava yang panas dan membara milik Cahyo.

"Bolehkah aku sementara disini dulu, sambil menunggu supirku datang?"

"Eh, itu...tidak masalah!" Langit menggaruk kepalanya. Angeline tersenyum dengan manis. Wajah bidadari miliknya nampak putih bercahaya.

"Kamu tinggal sendiri di sini, Langit?"

"Aku bersama temanku, Cahyo!"

"Ooo...berdua ya? Tapi, kalian masih normal kan?"

"Normal? Maksudnya?" Langit tidak mengerti. Angeline tersenyum simpul.

"Oh, tentu saja kita normal! Normal banget!" Cahyo menjawab dengan cepat. Mengerti apa yang di maksud sang gadis.

"Baguslah, aku fikir..." Angeline tersenyum lucu dan manis sambil memberi kode dengan kedua jarinya.

"Hehe, kita tidak sampai kesana, paling cuma peluk-pelukan saja!"

"Apa?" Angeline menoleh cepat.

"Becanda...Becanda!" Langit tesemyum lebar sambil menggaruk kepalanya. Cahyo menatapnya sewot. Sebal dengan ucapan Langit. Gak lucu! Fikirnya kesal.

"Langit, bisa pijat kakiku?" tanya Angeline tiba-tiba. Langit terkejut. Begitu pula Cahyo. Bara api cemburu di hatinya kembali merambat dengan cepat sampai ke ubun-ubun!

Sial! Langit menang banyak malam ini!

"Ba..baiklah!" Langit dengan perasaan segan memijat pergelangan kaki dan betis mulus putih milik Angeline. Terasa licin dan halus. Dia berusaha tenang dan mempertahankan pikirannya untuk tetap positif supaya tidak melayang kemana-mana.

"Langit, kamu sudah punya pacar?" tanya Angeline tiba-tiba.

"Eh, oh itu..tidak..belum. Ya, siapa yang mau dengan orang seperti aku?" ujar Langit apa adanya. Angeline tertawa kecil.

"Kenapa jadi minder kayak gitu? Tampang dan penampilan kamu oke, Pasti tidak akan susah buat menjaring para gadis! "

"Haha, kamu bisa aja. Ikan kali dijaring! Untuk hal itu... aku belum terpikir kesana!"

"Oh ya? Kenapa?" Angeline meilirk Langit.

"Tidak kenapa-kenapa. Mungkin karena keadaanku yang tidak terlalu baik saat ini, dan aku sepertinya belum layak untuk itu. Selebihnya aku ingin lebih fokus dengan kuliahku dulu!" jawab Langit jujur.

"Oh, begitu ya? Aku rasa kamu hanya terlalu pesimis dengan keadaanmu sekarang, tapi itu bisa kamu rubah dengan kerja keras! Bersemangatlah! Aku yakin kamu bisa jadi lebih baik kok!" Angeline memberi motivasi. Langit hanya bisa menggaruk kepalanya. Ucapan gadis itu ada benarnya.

"Sudah cukup, sepertinya kakiku agak baikan sekarang!"

"Oh, syukurlah!" Langit menyeka keningnya yang tiba-tiba berkeringat.

"Aku ingin kita video bersama! Boleh?" pinta Angeline. Cahyo dan Langit kembali saling pandang.

"Video live sama kita berdua?" tanya Cahyo dengan muka bersinar. Namun kembali redup mendengar kalimat selanjutnya dari 'Sang Bidadari'.

"Dengan kamu saja Langit, boleh ya? Kemarilah! Anggap saja ini sebagai rasa terima kasih dan kenang-kenangan bahwa aku pernah masuk ke kost-an kamu!"

"Oh, oke, baiklah!" Langit mendekat dengan segan. Cahyo mengkerut di sudut ruangan. Hatinya merana. Sementara Angeline langsung berpose dengan manis sambil memeluk Langit. Membuatnya kembali nervous. Beberapa kali ponsel canggihnya mengabadikan momen tersebut.

"Oke, aku sedang bersama Langit malam ini, aku sedang ada di kost-an dia! Nah, kalian jangan iri ya! We found the winner!" ujar Angeline tersenyum manis sambil berbicara di mode video.

"Oke, terima kasih Langit. Aku tidak akan melupakan pertolonganmu. Selain tampan, kamu juga baik hati! Hanya satu saja kekuranganmu, dan mulai sekarang harus bisa kamu rubah ..."

"Oh ya? Apa itu?" Langit penasaran.

"Andai saja kamu mapan, dan kaya, mungkin akan banyak gadis yang mengantri untuk berada di samping kamu!" ujar Angeline sambil tersenyum simpul.

"Hehe, sepertinya itu adalah hal yang mustahil bisa ku raih.Tapi aku sangat bersyukur dengan keadaanku saat ini, Tuhan sudah memberiku hidup yang sempurna!"

"Ya, bersyukur adalah baik. Tapi lebih baik lagi kalau kita bisa terus bekerja keras untuk mewujudkan mimpi kita supaya jadi orang kaya! Banyak uang! Karena dengan kekayaan, kita bisa menguasai banyak hal! Dengan uang kita biasa membeli segala hal, apapun itu! Termasuk cinta! Jadi berusahalah dan jangan pesimis!" Angeline lagi-lagi tersenyum simpul. Langit hanya bisa menggaruk kepalanya. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

Cahyo menggigit bibirnya. Menahan perasaan cemburunya yang siap meledak. Dia langsung termotivasi untuk menjadi kaya. Karena dia ingin membeli cinta! Cinta seorang Bidadari cantik seperti Angeline!

"Sepertinya sopirku sudah datang, dia menunggu di luar! Terima kasih atas waktu dan pertolongannya, Langit!"

"Tidak masalah! Ngomong-ngomong Kaki kamu sudah gak kenapa-kenapa?"

"Kakiku sudah agak baikan sekarang. Pijatanmu sangat manjur! Oh ya, Langit, tolong pertimbangkan dengan baik kata-kataku yang barusan!"

"Oh ya? Yang mana?"

"Bekerja keras, dan jadilah kaya!"

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status