Share

ATURAN LANGIT!
ATURAN LANGIT!
Penulis: Bani Salman

Sang Badut

"Kamu yang bernama Langit?" seseorang bertanya. Dengan nada keras dan tidak bersahabat.

Langit yang baru saja menghirup Teh hangatnya, langsung menoleh ke sumber suara. Tiga orang pemuda seusianya, melihatnya dengan tatapan tajam.

"Iya, ada yang bisa ku bantu?"

"Oh, tentu saja ada! Ini, terimalah!"

Bukk!

Sebuah pukulan tiba-tiba mengenai wajahnya dengan keras!

Membuatnya terjatuh dari kursi dan terjengkang ke belakang. Beberapa orang di dekatnya memekik tertahan. Situasi Cafetaria yang awalnya ramai tiba-tiba saja berubah menjadi hening dalam sekejap.

"Hei, Bung! Apa maksudnya ini? Datang-datang langsung main hajar! Apa kamu sudah gila?" Cahyo, teman Langit berteriak sengit, sambil membantu Langit untuk berdiri.

"Ini bukan urusanmu mata empat, menyingkirlah!"

"Tapi kelakuanmu..."

"Sudahlah Cahyo, aku gak kenapa-kenapa," Langit menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.

"Gak kenapa-kenapa gimana? Bibir kamu berdarah! Mereka tidak boleh berbuat sewenang-wenang kayak gini, ini anarkis namanya!"

" Dengar! Namaku Dave Anggoro! Aku adalah Ketua Klub Tae Kwon Do di Kampus ini! Siapapun yang mengenalku, dia akan berusaha untuk tidak membuat masalah denganku! Kamu, belajarlah menjadi cerdas. Aku sedang membuat perhitungan dengan dia, teman badutmu itu. Jadi jangan ikut campur!"

"Hei, tapi..."

"Sudahlah Cahyo, jangan diperpanjang. Baiklah Dave, mungkin aku pernah menyinggungmu dan aku tidak menyadarinya, aku minta maaf jika aku salah,"

"Orang yang bernama Langit, dengarkan aku baik-baik! Minta maaf itu mudah, namun semua ada konsekuensinya! Kamu harus menerima setidaknya lima pukulan lagi, baru aku puas!" Dave menyeringai.

"Apa? Yang benar saja? Orang ini kejam sekali!" bisik seseorang.

"Ya, tentu saja, siapa yang tidak kenal dia? Salah satu perusuh berat di kampus ini, jangan sampai kalian punya masalah dengannya!"

"Kau benar... Dia orangnya kejam, anak buahnya banyak! Ayahnya adalah salah satu donatur terbesar di kampus kita! Sebagian besar dosen disini segan dengan dia!"

"Ya, beruntunglah korbannya bukan kita, tapi Langit!"

"Ya, dia memang cocok jadi OP!"

"Setuju, dia memang badut!"

"Kau benar..hihihi..." beragam komentar mulai bermunculan.

"Nah, orang yang bernama Langit! Sudah siap dengan lima pukulan lagi? Setelah ini baru kita impas!" Dave tersenyum buruk. Dia merasa diatas angin, karena sebagian mahasiswa di Cafetaria itu mendukungnya.

"Maaf, kalau boleh aku tahu, apa salahku sebenarnya?"

"Oh, masih belum sadar apa salahmu? Baik, kuberi tahu sekarang, jauhi Vania! Jangan pernah berani mendekatinya, walau hannya sejengkal! Semua orang tahu hubunganku dengan Vania seperti apa! Jadi apapun yang terjadi antara aku dengan dia, jangan pernah ikut campur! Jelas!?"

"Oh, mengenai itu..."

'Ya, sekarang terima lima pukulan dariku!" Dave yang sudah tidak sabar kembali mengayunkan tinjunya ke wajah Langit!

Bukk! Bukk! Bukk!

Langit kembali jatuh terjengkang. Tiga pukulan cepat itu mengenai mukanya dengan telak!

"Bangun! Baru tiga pukulan! Sisa dua lagi! Kau boleh melawan jika kau mau!" Dave menyeringai.

"Cukup! Ini keterlaluan namanya! Jika masalahnya adalah Vania, berarti kamu salah faham! Langit tidak pernah mendekati Vania, tapi dialah yang selalu mencoba mendekati Langit! Aku yang jadi saksinya!" Cahyo tidak menyerah. Dave menyeringai buruk.

"Cahyo, diamlah. Kamu gak perlu membelaku seperti itu. Aku yang salah, aku yang tidak tahu situasi, aku layak menerimanya!" Langit kembali bangkit.

"Hehe, sungguh Badut yang jujur! Baguslah, kita selesaikan ini segera!"

Bukk! Bukk!

Langit kembali terjatuh. Dua pukulan keras itu membuat kepalanya terasa sakit dan pusing tujuh keliling. Namun dia berusaha bertahan, dan mencoba untuk bangkit kembali.

"Kamu keterlaluan! Langit tidak salah, Vania lah yang selalu berusaha mendekati Langit! Dia hampir setiap hari datang ke kelas dan berusaha merayu Langit! Aku yang melihat dengan mata kepalaku sendiri!"

"Kamu terlalu banyak omong! Sepertinya kamu juga layak untuk ku hajar!" tinju Dave kembali melayang. Siap mengenai wajah Cahyo.

"Tahan, Dave! Dia tidak ada sangkut pautnya dengan urusan kita! Jangan libatkan Cahyo, dia tidak bersalah! Kamu boleh memukulku, tapi jangan sampai kamu memukul kawanku!" Langit menahan dengan tangannya.

"Ouw, mau jadi jagoan rupanya? Mau jadi Pahlawan? Rupanya kamu belum puas ku hajar! Baiklah, aku berikan bonus untuk kamu!"

Bukk!

Kali ini kaki Dave yang berbicara!

Tendangannya tepat mengenai perut Langit, dan kembali membuatnya jatuh terjengkang ke belakang! Menghantam meja kursi Cafetaria, menumpahkan hidangan yang tersaji di meja. Orang-orang kembali berteriak histeris.

Langit merasakan perutnya mulas. Pandangannya bekunang-kunang. Namun dia berusaha untuk berdiri kembali. Dia hampir terbiasa dengan hal-hal yang seperti ini.

Dia sudah sering mengalami perlakuan semacam ini.Dilecehkan dan dipermalukan di depan umum. Menjadi badut kampus, menjadi tontonan dan cemoohan bagi teman-teman di Kampusnya. Langit sudah kebal dengan hal-hal seperti itu.

Dan mereka, para mahasiswa disini sudah menganggap itu sebagai hal yang biasa. Bahkan beberapa menganggap hal ini sebagai sebuah hiburan gratis, seperti melihat pertunjukan drama satu babak atau komedi satir.

Karena, semakin Langit dibully dan dibuat menderita, sebagian besar dari mereka semakin menyukainya!

"Badut yang bernama Langit, dengarkan aku baik-baik! Jauhi Vania mulai dari sekarang, dan kamu masih bisa selamat!" Dave mencengkram kerah kemeja Langit. Tatapannya tajam menusuk.

"Hei, apa yang kalian lakukan!?" sebuah suara tenor mengejutkan mereka. Semuanya menoleh ke arah sumber suara.

"Sssttt... Miss Irene datang..."

"Dave, apa yang kalian sedang lakukan pada jam istirahat ini!?" Miss Irene, Dosen cantik bertubuh semampai berkaca-mata itu mendatangi Dave dan kawan-kawan. Melihat Langit sekilas, yang nampak babak belur. Keningnya berkerut.

"Ah, tidak ada apa-apa Miss, saya hanya membantu dia berdiri, dia terjatuh karena tidak hati-hati. Bukan begitu kan Langit?" Dave berkelit dengan senyum dipaksakan. Tangannya sibuk merapikan baju Langit yang kusut. Selain dia, tidak ada satupun dari mereka yang berani berkomentar.

"Apakah benar itu Langit?"

"I..iya Miss, saya terjatuh barusan,"

"Hm, baiklah! Ingat, jangan buat keributan disini, karena itu bisa mengganggu yang lainnya! Faham!?"

"Tentu saja, Miss! Saya sangat faham sekali!" Dave tertawa kecil. Hatinya senang. Masalah selesai.

"Dan kamu Langit, jangan ceroboh! Selalu hati-hati untuk kedepannya!"

"Siap Miss, saya minta maaf,"

"Sebaiknya kamu segera ke Klinik, obati lukamu!" Miss Irene memberi tahu. Lalu segera berlalu dari sana. Semua kembali bernapas lega. Terutama Dave.

"Nah, kamu mengerti sekarang, apa yang baru saja dikatakan Miss Irene, Badut? Hati-hati untuk kedepannya, jangan ceroboh! Hahaha!" Dave tertawa. Diikuti oleh kedua temannya.

"Ingat, jika kamu berbuat bodoh dengan lapor ke Dosen, atau bahkan lapor ke Polisi, percayalah, nasibmu akan lebih buruk dari ini!" bisik Dave penuh ancaman.

Langit terdiam. Menghela napasnya. lalu mengangguk pelan. Dave tertawa keras. Lalu belalu dari sana dengan penuh kemenangan.

***

"Kamu tidak kenapa-kenapa Langit? Ayo kita ke klinik sekarang!" ajak Cahyo.

"Kita pulang ke kostan saja, biar aku obati sendiri,"

"Ayolah Langit, wajahmu babak-belur, baiknya kita ke Klinik sekarang juga, disana obatnya lebih lengkap, dan penanganannya lebih baik, jangan fikirkan masalah biaya, aku yang akan tanggung!"

"Bukan begitu Cahyo, aku tahu kamu..."

"Hei! Kamu yang bernama Langit? Tetap disana!" panggil seseorang. Langit dan Cahyo menoleh. Lima orang pemuda dan satu orang gadis berpakaian seragam mewah bergegas menghampirinya.

"Siapa lagi ini?"

"Bukankah itu Gavin, Ketua Klub Anggar Kampus? Ada keperluan apa dia dengan Langit?"

"Kau benar, di sebelahnya adalah Audrey, anak Rektor, juga beberapa orang yang punya pengaruh di sini. Hufht, sepertinya Langit akan kena masalah lagi!"

"Hehe, kita tunggu saja, kita bakal dapat drama gratisan lagi!"

"Huushh! Jangan ngomong kayak gitu!"

Langit mengerutkan keningnya. Dia berusaha mengingat hari-hari ke belakang, apakah dia pernah bersinggungan dengan mereka. Orang-orang kaya yang jarang sekali terlihat di Cafetaria umum kampus. Sementara Cahyo langsung bereaksi dengan cepat, menghalangi jalan mereka tepat di depan Langit.

"Saudara Gavin, ada yang bisa kami bantu?" tanya Cahyo. Berusaha tersenyum manis. Menetralisir suasana.

"Hmm, kenapa menghalangiku? Minggirlah! Aku tidak ada urusan denganmu!" Gavin menatap tajam. Tenang namun angkuh.

"Oh, ba..baiklah..."

"Maaf, ada yang bisa kubantu, Gavin?" Langit maju ke depan. Berusaha tetap tenang. Sambil kepalanya terus berfikir.

" Ada apa dengan wajahmu? Apakah kamu baru saja jatuh dari lantai 7 kampus kita?" Audrey, si cantik bermata biru, ketua Klub Cheerleaders kampus, sekaligus anak Rektor ini bertanya sinis.

"Pasti sudah ada orang yang memberinya pelajaran sebelum kita!" Erik berkomentar. Sang wakil ketua Klub Anggar di kampus.

"Tidak masalah! Sepertinya dia masih kuat untuk menerima sepuluh pukulan lagi!" tambah Lucas, Ketua Klub Tinju sambil menyeringai.

"Ada apa lagi ini? Apakah Langit menyinggung kalian?" Cahyo menyela. Dia merasa ada gelagat yang tidak beres. Kemungkinan besar, mereka akan berbuat sesuatu yang tidak baik kepada Langit.

"Kami tidak ada urusan denganmu, pergilah! Aku hanya akan bertanya kepada dia. Jika jawabannya benar, mungkin dia akan bebas dari tanganku, jika jawabannya salah, maka dia tidak akan bisa pergi dengan mudah dari sini!"

"Kenapa harus seperti itu, saudara Gavin?"

"Sudahlah, Cahyo, tidak apa-apa. Aku akan menjawab pertanyaanmu, silahkan!"

"Hm, baiklah. Apakah kamu bersama Fani tadi malam?"

"Fani? Itu...Aku....aku,.iya...aku mengantarnya pulang semalam, karena dia meminta bantuan ku, kondisinya waktu itu tengah malam, dan dia seorang diri datang ke kost-an aku, saat itu..."

Plaak!

Sebuah tamparan mendarat di wajah Langit!

Membuatnya terjajar. Mukanya nampak tambah bengkak dan llebam membiru. Gavin menamparnya dengan sangat keras!

"Hei, saudara Gavin? Kenapa harus memakai kekerasan? Salah temanku dimana? Kemarin malam Fani sendiri yang datang dan mengetuk kamar kami, meminta diantar oleh Langit. Tidak ada sesuatu yang terjadi diantara mereka! Aku juga ikut bersama mengantarkannya!" Cahyo bereaksi keras.

"Begitu? Jadi kau juga ikut-ikutan mengantarkannya? Bagus! Kawan-kawan, kalian tahu apa yang mesti kalian lakukan!" Gavin memberi isyarat dengan telunjuknya.

Tidak menunggu waktu lama, keempat temannya langsung bergerak memberikan bogem mentah kepada mereka berdua!

Langit dan Cahyo terkejut!

Beberapa pukulan dan tendangan mengenai mereka dengan telak. Dan sekejap kemudian keduanya tersungkur di lantai Cafetaria!

"Bagaimana Gavin? Ini masih kurang?"

"Aku belum mendengar teriakan mereka!" jawab Gavin santai.

Teman-temannya mengerti. Mereka langsung kembali menghujamkan kaki dan tangannya dengan keras pada dua orang yang masih tergolek di lantai. Keduanya mengaduh kesakitan. Beberapa kali mereka menghantam telak perut dan dadanya. Langit berusaha melindungi kepalanya yang hampir menjadi korban orang-orang kejam dan tidak bertanggung jawab tersebut! Sementara Cahyo meraung-raung kesakitan meminta ampun sambil merasakan seluruh tubuhnya yang sakit luar biasa.

"Cukup! Aku sudah mendengarnya barusan!" Gavin memberi instruksi. Lalu mendekati keduanya yang nampak terkapar di lantai.

"Ini hanya peringatan saja untuk kalian, terutama kamu Langit! Jangan pernah bermimpi untuk jadi pahlawan di sini. Kepedulian mu yang memuakkan itu hanya akan mendatangkan bahaya untukmu sendiri!" Gavin berjongkok sambil mengangkat dagu Langit yang biru lebam.

"Aku, aku hanya menolong dia, aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya..." Langit menjawab lirih. Merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

"Itulah kebodohanmu! Aku tahu, tidak mungkin Fani menyukai kamu! Dia tidak akan serendah itu seleranya, menyukai pemuda miskin dan tidak punya harapan macam kamu! Justru saat itu aku sedang menghukum dia, supaya dia tidak bersikap seenaknya kepadaku, lalu kamu hadir mengacaukan rencanaku!"

"Maaf, untuk masalah itu..Aku tidak tahu..."

"Makanya jangan sok tahu! Sesuatu yang kamu anggap baik, belum tentu baik untuk orang lain. Beruntunglah, aku hanya menghukumu seperti ini. Biasanya, aku akan menelanjangi orang tersebut dan mempermalukannya di pelataran kampus!" Gavin mencengkram wajah Langit dengan geram. Seolah ingin menghancurkannya.

"Gavin ini lebih sadis dari pada Dave! Hukumannya bisa membuatku kencing di celana!"

"Kalau urusan hukum-menghukum, memang dia ahlinya! Maklumlah, ayahnya adalah seorang Hakim ternama di Kota ini! Jadi sifat ayahnya menurun kepadanya!"

"Ya, dan Langit adalah orang yang paling sial hari ini! Kasihan juga melihat Langit seperti itu!"

"Sudahlah, wajar untuk tipe orang macam Langit! Dia memang sudah seharusnya diperlakukan seperti itu!"

"Hei, tapi Langit teman kita juga! Setidaknya, tunjukan rasa simpati buat dia!"

"Ah, tidak perlu! Itu salah dia sendiri! Sok baik kepada hampir seluruh gadis di kampus ini. Memang sih, tampang dia keren, tapi kalau hanya tampang saja tidak akan laku di sini!"

"Orang miskin macam dia mana tahu hal itu! Sepertinya dia hanya ingin mengincar gadis-gadis kaya di kampus ini, berharap untuk bisa merubah hidupnya yang miskin dan hina itu!"

"Ya, mungkin juga seperti itu! Dasar Don Juan Kampungan!"

"Hussh! Jangan menuduh orang sembarangan! Itu tidak baik!"

"Ini bukan nuduh, ini fakta! Aku mendengarnya sendiri kemarin..."

"Sssttt..cukup! Tutup mulutmu! Lihat, Gavin memperhatikan kita! Bisa bahaya kalau sampai dia tahu, Sebaiknya kita segera pergi dari sini!"

"Hmm, dengarkan baik-baik! Untuk kamu, juga kalian semua yang ada di sini! Jangan pernah bermimpi menjadi Pahlawan di Kampus ini, jangan pernah mencampuri apapun yang menjadi urusanku, juga teman-temanku, kalian mengerti?" ultimatum Gavin keras. Semua yang ada disana terdiam.

"Dengarkan nasihat ku, Langit! Orang miskin, tetaplah bersikap seperti orang miskin. walaupun wajahmu cukup tampan, tapi jangan pernah bermimpi bisa mendapatkan cinta gadis-gadis kaya di Kampus ini. Karena mereka bukanlah gadis-gadis bodoh yang bisa kamu tipu mentah-mentah! Faham!?" ujar Gavin penuh sarkatisme.

"Baiklah, aku akan ingat semuanya,"

"Bagus! Dan untukmu mata empat, jika ingin hidupmu tenang dan selamat untuk kedepannya, berhentilah berteman dengan dia, mengerti?" Gavin melirik ke arah Cahyo.Tatapannya penuh intimidasi. Cahyo hanya bisa mengangguk pasrah.

"Sudah waktunya kita latihan. Ayo Gavin, kita pergi dari sini! Aku sudah merasa sesak dengan udara kumuh di tempat ini!" ujar Erik mengingatkan. Gavin berdiri.

"Hm, baiklah. Waktunya kita pergi. Ingat pesanku baik-baik, jangan sampai kita bertemu lagi!" Gavin dan kawan-kawannya segera beranjak dari sana. Meninggalkan Langit dan Cahyo yang masih terduduk di lantai Cafetaria.

"Dia benar Cahyo, mulai sekarang, demi kebaikanmu, sebaiknya kamu jangan berteman denganku," Langit berdiri dengan gontai. Mengambil tas lusuhnya.

"Langit, apa maksudmu!?"

"Tidak ada maksud apa-apa, aku pergi dulu. Tolong, jangan ikuti aku!"

"Langit! Tunggu..."

***

"Kau terlambat lagi hari ini, dan kenapa mukamu? Apa kau habis dipukul orang lagi?" Tante Lucy mengerutkan keningnya. Menatap wajah Langit yang biru lebam. Langit hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Biasa Tante, saya habis jatuh berkali-kali barusan..."

"Ya, jatuh karena di pukul orang! Kamu ini, hidupmu selalu aja membuat masalah. Aku jadi khawatir Rumah Makanku akan kena masalah kalau kamu datang dengan kondisi seperti ini terus! Sebaiknya kau cuti dulu beberapa hari, sampai lukamu benar-benar sembuh. Lagi pula apa kata semua pelangganku nanti jika muka pelayannya babak belur kayak kamu? Mereka pasti akan menuduhku yang bukan-bukan!"

"Tapi Tante, saya butuh pekerjaan ini, tolonglah..."

"Tidak bisa, hari ini kamu gak perlu masuk. Kamu cuti saja dulu, ini perintah!"

"Tante, tolonglah saya! Saya akan berjanji, tidak akan datang dalam kondisi seperti ini lagi, dan saya akan bekerja lebih giat lagi!"

"Sudah kubilang tidak bisa! Apa selama ini aku tidak menolongmu? Coba pertimbangkan juga posisiku!"

"Tolonglah Tante, kumohon..."

"Kalau kamu tidak mau ikut aturanku, sebaiknya kamu tidak perlu lagi kerja di sini!" Tante Lucy, wanita separuh baya itu mengancam. Dia adalah pemilik Rumah Makan besar di pinggir Kampus yang selalu ramai oleh para pelanggan. Terkenal karena masakannya yang enak, dan harganya yang cukup terjangkau.

Langit menggantungkan hidupnya selama ini dengan bekerja sebagai pelayan part time, dari sore hingga malam hari. Selepas kuliahnya selesai. Dan hal itu sudah dilakoninya selama dua tahun setengah.

"Oh, ba..baiklah Tante, saya akan cuti dulu sampai besok, jadi besok baru saya..."

"Tiga hari, tidak kurang! Sekarang sebaiknya kamu pulang, obati lukamu! Lain kali, jangan lagi sampai terlibat masalah lagi!"

"Baiklah Tante, saya mengerti. Tapi, maaf Tante, bolehkah saya,...anu...itu..." Langit agak gugup. Tante Lucy mengerti.

"Ambilah, aku tahu kamu lapar. Makan di rumah, dan istirahatlah!"

"Siap Tante, terima kasih banyak Tante!" Langit tersenyum lega. Tante Lucy hanya bisa mengangguk-angguk.

Langit segera beranjak dari Rumah Makan milik Tante Lucy. Dengan sebungkus nasi dan lauk pauk yang didapatnya dari kebaikan hati sang bos.

Baru beberapa langkah Langit pergi meninggalkan Rumah makan Tante Lucy, dari arah berlawanan sebuah mobil hitam mewah melaju dengan kecepatan tinggi, dan meluncur ke arahnya!

Langit terkejut!

Dia tidak sempat menghindar!

Beruntunglah, rem mobil tersebut berfungsi dengan baik, hingga tidak menabraknya.

Sebuah Mercedes-Benz hitam kelas S berhenti mendadak di depannya, tidak kurang dari satu meter!

Dan bukan itu saja, beberapa saat kemudian, pintu belakang mobil tersebut terbuka. Seseorang seperti terjatuh dilemparkan dari mobil!

Langit terkejut dua kali!

Belum sempat dia menyadarinya, mobil itu dengan cepat melaju pergi. Seolah tidak peduli dengan kehadiran Langit disana!

Secara spontan Langit mendekati sosok tubuh yang dilempar tersebut.

Seorang gadis!

Deg! Jantung Langit berdetak keras!

Masalah baru, datang lagi!

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Khairul
cerita kuno, ceritanya sama kayak di film ftv
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status