Share

Bab 9. Aline Kepo

Penulis: litrcse
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-27 12:52:26

"Di antara suara tawa dan obrolan, hanya suaramu yang bisa membuatku merasa tenang meskipun jarak memisahkan." -Alshameyzea Afsheena

°°°°°

Keenan mengetik pesannya dengan cepat, dan ketika aku membacanya, senyumku merekah tanpa bisa kucegah.

Keenan Aksara: Sheena, tadi pipi kamu memerah sepanjang jalan.

Aku membalas dengan cepat, ingin tahu apakah dia benar-benar memperhatikan.

Alsha: Iyakah?

Keenan Aksara: Iya, lucu banget kek tomat.

Alsha: Enak aja.

Keenan Aksara: Hehe, bercanda Sheena.

Saat aku sibuk dengan handphone, Aline menghampiri dengan ekspresi penasaran. "Al! Kenapa kamu senyum-senyum sendiri gitu?" teriaknya, membuatku sedikit terkejut. Aku hanya menggeleng sambil tersenyum, lalu memalingkan wajahku darinya.

"Pasti lagi chattingan sama si Keenan," kata Aline dengan nada malas, memutar bola matanya yang terlihat sedikit jengkel.

Aku tetap tidak menggubris kata-katanya, mataku masih tertuju pada layar handphone, jemariku sibuk membalas pesan dari Keenan. Aku merasa hatiku bergetar setiap kali membaca pesannya.

"Gini nih," lanjut Aline, berdiri sambil mengambil handphonenya, "kalo orang jatuh cinta, susah mau dinasehatin."

Aku tersenyum, mendengar kata-katanya, sambil tetap fokus pada pesan-pesan yang terus mengalir dari Keenan.

"Kalo dicuekin gini, mending aku main handphone juga," keluh Aline, suaranya penuh kesal.

Aku menoleh padanya, "Aline, kamu kenapa sih?" tanyaku, berusaha menenangkan suasana.

"Tau ah, males. Orang lagi ngomong malah dicuekin," jawabnya dengan nada yang menunjukkan kemarahannya yang sebenarnya.

Melihatnya begitu kesal, aku akhirnya menaruh handphoneku di meja. "Iya deh, iya. Mau ngobrol tentang apa?" aku bertanya sambil mengalihkan perhatian daripadanya, kami masih berada di ruang tamu yang nyaman, duduk santai setelah pulang dari kafe.

"Aku masih penasaran sama cowok ganteng yang kita temui di kafe tadi," ucap Aline, nada suaranya mulai membaik seiring dengan topik pembicaraan yang dia suka.

"Cowok aneh itu?" tanyaku sambil mengambil buku dari meja, berniat untuk membacanya.

"Ihh, Alsha! Kok cowok aneh sih? Orang ganteng gitu kok dibilang aneh," protes Aline, melemparkan bantal padaku dengan gesit. Aku berhasil menangkapnya dengan cepat sebelum bantal itu jatuh.

"Iya deh, iya. Kenapa emangnya? Kamu mau kenalan sama dia?" tanyaku dengan nada sedikit malas, namun tetap penasaran dengan reaksi Aline.

Aline mengangguk dengan penuh antusias, matanya berkilau seperti bintang yang baru ditemukan. "Iya, aku pengen banget! Gimana kalau kita coba cari tahu lebih lanjut tentang dia?"

Aku menghela napas ringan, menyadari betapa biasanya Aline bereaksi berlebihan terhadap informasi tentang cowok ganteng. Tangan ku kembali membuka novel yang tadi kupegang, seolah mencari ketenangan dari keributan ini.

"Siapa ya namanya? Duh, tadi nggak sempat nanya nama lagi," keluh Aline, tampak agak frustasi.

"Arshaka," jawabku singkat, tanpa mengalihkan pandanganku dari halaman buku.

"Hah? Arshaka?" Aline tampak terkejut, bibirnya membentuk lingkaran kecil saat namanya keluar dari mulutku.

"Wait, wait, seriusan dia yang namanya Arshaka?" Aline langsung mengubah posisinya, duduk tegak dengan ekspresi keterkejutan yang mendalam. Dia menatapku seolah-olah aku baru saja mengungkapkan sebuah rahasia besar.

Aku mengangguk. "Iya, kenapa?"

"Demi apa Al? Akhirnya aku bisa ketemu sama yang namanya Arshaka, OMG Al, please, cubit aku sekarang!" Aline hampir melompat dari kursinya, penuh semangat dan kegembiraan yang tak bisa ditahan.

Aku mengerutkan keningku, menggeleng pelan, lalu melanjutkan bacaanku dengan sabar, berusaha untuk tidak terganggu oleh kegembiraan Aline yang meledak-ledak.

"Al? Serius kan, dia yang namanya Arshaka?" Aline bertanya lagi, kali ini mencubit lenganku dengan lembut, wajahnya menunjukkan campuran rasa tidak percaya dan kebahagiaan.

"Iya, Aline, serius. Waktu aku dipanggil lagi ke ruang guru, aku ketemu sama dia. Dan emang benar, ternyata dia yang namanya Arshaka, salah satu siswa kelas sebelah yang terpilih jadi kandidat Ketua OSIS," jawabku dengan tenang, mencoba menjelaskan situasi dengan jelas.

Aline terdiam sejenak, lalu perlahan menggelengkan kepalanya, sambil berusaha mencerna informasi tersebut. "Gila sih, pantesan cowok itu ganteng banget. Ternyata beneran dia," ucapnya dengan nada penuh kekaguman, matanya berbinar-binar seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan favoritnya.

"Wajar sih jadi rebutan kakel, gantengnya gak ngotak woy!" Aline menambahkan, masih terus mengingat-ngingat wajah cowok yang sempat membuatnya terkesima.

Aku mendengus, mencoba menahan rasa geli dan kesal melihat sahabatku yang begitu terobsesi dengan cowok yang agak nyebelin itu. Dalam benakku, aku kembali memikirkan insiden saat aku tidak sengaja menabrak mading beberapa waktu lalu, momen yang semakin membuatku merasa agak jengkel.

"Wah, gak bisa nih, aku harus pepet dulu sebelum diambil sama Kak Claudia," ujar Aline dengan semangat baru, jari-jarinya sudah sibuk mengetik sesuatu di ponselnya.

Aku menoleh ke arahnya, heran melihat betapa antusiasnya dia. Nama 'Kak Claudia' terdengar seperti bel yang membangunkan rasa tidak suka di dalam diriku, mungkin karena rumor yang beredar tentang Kak Claudia dan Keenan.

"Apa hubungannya sama kak Claudia?" tanyaku dengan nada penasaran, berusaha menyembunyikan perasaan cemburu yang tiba-tiba muncul.

BERSAMBUNG

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • About Me: Alshameyzea    Bab 50. Melangitkan Rasa (Part 7)

    “E-eh, Kak, itu mau dipasang di mading sama Yara...” protes si siswi, namun Aline tak peduli, tangannya gemetar ketika ia mulai membaca, matanya bergerak cepat melintasi kalimat-kalimat di selebaran itu. Aku berdiri di sampingnya, dan perlahan-lahan judul berita di koran itu terlihat jelas di mataku, seolah-olah huruf-huruf itu melompat keluar dari halaman dan menghantam dadaku dengan keras. ~"Tragedi di Laut Mediterania: Pesawat XYZ345 Jatuh, 7 Siswa Indonesia Jadi Korban"Penerbangan internasional XYZ345 dari Indonesia menuju Spanyol yang membawa total 162 penumpang mengalami kecelakaan tragis di perairan dekat Laut Mediterania. Pesawat tersebut membawa 7 siswa Indonesia yang terpilih untuk mengikuti lomba tingkat Internasional ke Spanyol, bersama dengan penumpang umum dan kru pesawat. Berdasarkan laporan sementara, sebagian besar korban telah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Namun, terdapat satu jasad siswa Indonesia yang hingga saat ini belum ditemukan. Berikut adalah da

  • About Me: Alshameyzea    Bab 50. Melangitkan Rasa (Part 6)

    Tiba-tiba Aline menepuk lenganku, memutuskan lamunan yang mulai merasuk. "Hey, Al! Kok malah ngelamun? Udah sana, lanjutin belajarnya. Aku mau tidur," katanya dengan ringan sebelum berbalik dan menuju tempat tidurnya.Aku sedikit terkejut, lalu tersadar dan mengangguk. "Iya, iya," jawabku sambil kembali menatap layar laptop, mencoba fokus lagi pada tugas yang harus kuselesaikan. Aku menggulir pelan halaman pada laptopku, membaca artikel tentang ketentraman jiwa manusia. Di tengah keheningan malam, pikiranku melayang pada nasihat lembut seorang ustadz di pengajian kecil. Suaranya penuh keyakinan, wajahnya teduh di bawah sorotan lampu masjid, saat ia berbicara tentang hati dan perasaan perempuan."Perempuan," katanya lembut, "jika tidak disibukkan dengan ilmu dan agamanya, dia akan gila karena perasaannya."Kalimat itu seperti sayatan tajam, menggugah kesadaran yang dalam. Aku memejamkan mata, mencoba merenungkan kata-katanya. Mungkin ini jawabannya—aku perlu mengalihkan perasaanku ke

  • About Me: Alshameyzea    Bab 50. Melangitkan Rasa (Part 5)

    Jemariku gemetar sedikit saat menemukannya, dan aku membuka halaman demi halaman, hingga kutemukan kutipan yang selalu berulang dalam buku itu. Bibirku membaca pelan kata-kata yang pernah memberiku kekuatan."Dalam perpaduan bulan dan bintang, langit malam mengungkap keindahan, menghapus segala beban hidup yang memandang."Aku mengulangi kalimat itu, berbisik, "Bulan dan bintang... langit malam... keindahan... menghapus beban hidup yang memandang."Mataku tak lepas dari langit di luar jendela. Bulan bersinar dengan tenang, bintang-bintang di sekelilingnya berkelip, seolah menyapa. Ada sesuatu di sana, sesuatu yang hampir kupegang. Aku merasakan denyut ide yang perlahan mulai terbangun di kepalaku."Keindahan... langit malam..." gumamku lagi, lebih dalam, mencoba merangkai makna di antara kata-kata itu. Aku menutup mataku sejenak, membiarkan bayangan langit malam menari-nari di dalam pikiranku, berharap bisa memunculkan sesuatu yang nyata. Dan tiba-tiba.. seperti kilatan cahaya, 'aku t

  • About Me: Alshameyzea    Bab 50. Melangitkan Rasa (Part 4)

    Aku berbalik dan memandangnya dengan lelah. "Sebentar lagi, Lin," jawabku singkat, suaraku nyaris tenggelam."Aku mau ngaji dulu, sambil nunggu adzan isya'," tambahku, berharap Aline tak lagi mendesakku.Namun, dia tetap mendekat, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang tak bisa ia sembunyikan. "Al, minum obat dulu, ya? Jangan ditunda-tunda," katanya sambil meraih kotak obat yang sudah kusiapkan di kamar untuk keadaan darurat. Dia menyodorkan obat itu kepadaku, seakan tak ingin memberi ruang bagi penolakan.Aku menatap pil-pil di tangannya, lalu mengangguk lemah. Perlahan, aku mengambil obat tersebut dan segera menelannya. Perasaan sedikit tenang menyelimuti, meski tidak sepenuhnya menghapus rasa sakit yang ada di dalam dada."Nah, gitu dong. Kalau gini kan aku bisa lebih tenang. Kamu lupa ya? Tadi Kafka nitip kamu ke aku," ucap Aline, mencoba mencairkan suasana.Kafka. Nama itu membuatku terdiam sejenak. Masih ada banyak hal yang harus kupertanyakan padanya, namun, malam ini, aku terl

  • About Me: Alshameyzea    Bab 50. Melangitkan Rasa (Part 3)

    Aline mengangguk pelan, "Iya," jawabnya lembut, tak pernah sekalipun melepaskan rangkulannya di pundakku.Abhi yang biasanya ceria terlihat lebih serius. "Cepet sembuh ya, neng Alsha," ucapnya dengan nada tulus, meskipun ada sedikit kebingungan di matanya.Nevan menambahkan, "Iya, cepet sembuh, Al, biar Keenan nanti nggak kepikiran pas tanding." Kalimat terakhir itu terasa seperti belati yang menusuk langsung ke hatiku. Air mataku yang sedari tadi kutahan semakin deras mengalir, namun aku tetap diam. Mereka tidak tahu. Tidak tahu bahwa sakit yang kurasakan bukan hanya karena pusing, tetapi karena pengkhianatan yang baru saja kulihat. Keenan. Orang yang mereka banggakan, orang yang mereka kira akan peduli padaku, ternyata sudah bersama orang lain. Gadis lain. Setelah beberapa menit berlalu dalam keheningan, aku memohon agar mobil berhenti. "Mampir ke masjid dulu... sholat Maghrib," pintaku dengan suara pelan, hampir tak terdengar.Aline mengangguk tanpa bertanya lebih lanjut, dan su

  • About Me: Alshameyzea    Bab 50. Melangitkan Rasa (Part 2)

    Beberapa menit kemudian, suara langkah kaki yang semakin mendekat membawaku kembali ke kenyataan. Aline tiba lebih dulu, diikuti oleh Kafka, Nevan, dan Abhi. Wajah mereka penuh kecemasan saat mereka menghampiriku. Aline duduk di sampingku, tanpa ragu langsung merangkulku dengan erat. Pelukan hangatnya seolah mencoba menarikku keluar dari keterpurukan yang tengah melingkupiku."Al, tiba-tiba banget sakitnya?" tanyanya lembut, suaranya bergetar samar dengan kekhawatiran.Aku hanya mengangguk pelan, masih menutupi wajah dengan kedua tanganku. Air mata yang membasahi pipiku tidak bisa kutahan lagi, dan aku tidak ingin mereka melihat betapa hancurnya aku saat ini."Bentar, gue telfon supir gue dulu biar cepet kesini," Kafka berkata, suaranya terdengar seperti dari kejauhan, bergema di antara pikiranku yang kacau. Aku bisa mendengar langkah kakinya menjauh sedikit, mungkin untuk mendapatkan sinyal yang lebih baik, tapi fokusku tak bisa sepenuhnya tertuju padanya.Aline menghela napas dalam

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status