Malam ini Arsen akan kembali meminta Lily untuk mempraktekkan hasil latihannya tadi pagi bersama Sasha.Dengan sengaja ia meminta Riobard untuk memberikan pistol air soft gun dan menaruhnya di balik jas miliknya. Sesampainya di kamar ia menaruhnya di laci meja.Ia membersihkan diri kemudian makan malam bersama Lily. Ia akan mengetest Lily nanti saja, sebelum tidur.Seperti biasa Arsen dan Lily makan malam di ruang makan. Akhir-akhir ini mereka memang lebih sering makan di sana ketimbang di kamar mereka sendiri."Aku ingin melihatmu, mempraktekkan apa yang tadi di ajarkan oleh Sasha," ucap Arsen seraya memeluk Lily yang kini sedang duduk di sisi tempat tidur."Menembak target maksudmu?" tanya Lily memastikan."Ya," jawab Arsen singkat seraya melerai pelukannya, kemudian berjalan menjauhi Lily dan mengambil pistol yang tadi disimpannya.'Hmm..., aku harus mempraktekannya lagi, jangan-jangan setelah ini ada hukuman yang menanti ku lagi,' gumam Lily seraya menghampiri Arsen.Arsen memberi
Dante menanti dengan cemas di depan pintu mansion di temani oleh Pascoe dan Alonzo."Bagaimana dengan nasibku?" tanya Dante pelan.Sudah bisa dipastikan Arsen akan marah padanya. Apalagi sampai mengetahui ia sempat tertidur di sana, ya meskipun itu hanya sebentar saja."Aku tak akan membelamu, Dante. Karena kau menyebalkan, meninggalkan kami," ujar Pascoe dengan nada tengilnya."Kau benar-benar..." geram Dante kesal."Kau bukan saudara dan teman yang baik!" ketusnya."Eh, itu salahmu sendiri. Mengapa kau kabur dari tugas hah?!" Pascoe sedikit memekik."Aku lelah, Greta menghajarku habis-habisan. Membuat badanku lelah, aku benar-benar tak percaya ia memiliki stamina yang kuat hari ini," lirih Dante seraya mengusap wajahnya."Dasar menjijikkan!" Pascoe memasang wajah jijiknya. "Aku tidak peduli. Maniak sepertimu memang harus dapat pelajaran sekali-kali," ujar Pascoe puas.Sedangkan Alonzo hanya bisa menghembuskan napas panjang. Telinganya sudah panas dan sakit mendengarkan perdebatan dua
Mario tahu jika jadwal bekerja Charlotte sudah selesai. Dan pasti Charlotte akan melewati kamar yang di tempatinya bersama ayah jika Charlotte ingin ke kamarnya. Maka dari itu Mario mengendap-endap keluar kamar saat ayahnya tertidur.Mario berencana akan menunggu Charlotte di depan kamarnya sendiri. Setelah berhasil menutup pintu tanpa suara dan tanpa ketahuan ayahnya, Mario berdiri menunggu Charlotte lewat.Sudah hampir 10 menit berlalu namun Charlotte belum juga melewati kamarnya. Hingga Mario hampir putus asa dan hendak kembali ke dalam kamar.Di saat bersamaan Mario hendak membuka pintu dari kejauhan Charlotte terlihat, dan senyuman langsung terlukis di bibirnya.Charlotte yang melihat Mario sedang di luar kamarnya langsung mempercepat langkahnya untuk menghampiri Mario."Mario, apa yang sedang kamu lakukan di luar seperti ini?" tanya Charlotte khawatir. Dan langsung mengecek panas tubuhnya dengan telapak tangannya. Charlotte mendapati suhunya sudah normal."Aku menunggu Tante," j
Mike benar-benar mengajak Sasha berkeliling mansion sambil berjaga."Kandangnya ada di mana?" tanya Sasha."Itu di belakang," tunjuk Mike pada area belakang mansion, kandang memang ada si belakang mansion. Namun tempatnya agak ke belakang lagi sedikit di antara pepohonan. Agar mereka merasa sejuk jika udara panas.Arsen benar-benar memelihara hewan-hewan kesayangannya dengan sangat baik. Arsen membuat sebuah gua di dalam kandang-kadang mereka yang dilengkapi dengan penghangat. Ini agar mereka masuk ke dalam gua saat cuaca dingin.Sasha benar-benar terpukau dengan apa yang di lihatnya. Singa-singa terbaring di dalam gua mereka. Sedangkan serigala masih mondar-mandir di kandangnya, mereka tampak ribut saat Sasha mendekatinya, seakan mereka berpikir akan diberi makan.Mike melihat Sasha yang terlihat begitu antusias saat melihat hewan-hewan tersebut. Ia mulai menjelaskan mengapa Arsen memelihara mereka."Singa itu makhluk sosial dia tahu apa itu team work. Pembagian tugas antar Singa dal
Setelah bangun pagi ini. Arsen dan Lily segera membersihkan diri dan kemudian sarapan."Besok Maria dan Al akan pergi ke rumah orang tua Maria," Ujar Lily pada Arsen disela sarapannya.Arsen yang mendengar Lily bersuara langsung menghentikan makannya dan menyimpan sendok serta garpu nya di atas piring.Kali ini mereka sarapan di dalam kamar, karena cuaca sedikit dingin."Ya, Al sudah memberitahuku juga," jawab Arsen seraya menoleh kemudian menatap Lily dengan lembut. Lily mengangguk pelan."Nanti siang aku akan menjemputmu," ujar Arsen kemudian."Menjemputku?" tanya Lily dengan kening yang berkerut, dan langsung diangguki oleh Arsen. "Kita akan pergi kemana?" lanjut Lily yang penasaran."Mencari gaun untukmu, besok kau ikut denganku ke acara amal yang diadakan oleh Lazcano Corps," jelas Arsen, kemudian mengambil sendok dan garpunya, dan kemudian kembali memakan makanannya."Acara amal yang waktu itu kau sempat katakan?!" tLily masih merasa penasaran seraya mengerutkan keningnya. Sebe
Hari ini adalah hari di mana acara amal dilaksanakan. Pagi tadi Arsen sudah memberitahu Lily bahwa ia akan dijemput sore nanti sekitar pukul 6 sore, karena acara akan dilaksanakan pada pukul 7 malam.Pukul 4 sore Maggie sudah datang ke mansion, dan mulai mendandani Lily, rias wajah Lily di padupadankan dengan gaun yang kemarin di belinya bersama Arsen di butik milik Patricia.Maria pun akan pulang ke rumah orang tuanya bersama Alonzo malam ini. Ia sudah mengatakannya pada Lily."Kau berhati-hati ya, Maria. Sampaikan salamku pada ibumu, maafkan aku belum bisa berkunjung dan menemui ibumu secara langsung," ujar Lily dengan lembut, sedangkan wajahnya masih di rias oleh Maggie."Terima kasih Nyonya, akan saya sampaikan pada ibuk," ucap Maria, Lily membalasanya dengan senyuman memukau.Lily berharap Sasha bisa menemaninya untuk datang ke pesta, namun Arsen melarangnya. Karena keberadaan Sasha masih di rahasiakan. Sedikit kemungkinan, wajah Sasha dapat dikenali soleh musuh Black Nostra seba
Mike sedang duduk di atas sofa dan kini sedang berkutat dengan ponselnya sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa. Seharian ini ia banyak menghabiskan waktu di markas. Ia sedang menunggu Sasha yang sedang mandi, setelah itu gilirannya untuk mandi.Tubuhnya terasa sedikit lengket, padahal udara di luar begitu dingin. Setidaknya mandi air hangat akan membuat tubuhnya lebih nyaman.Sedangkan Sasha saat ini berada di dalam kamar mandi, sudah hampir 10 menit yang lalu ia selesai mandi dan mengeringkan tubuhnya, tapi belum juga keluar dari kamar mandi.Sasha masih berkutat dengan lingerie-lingerie pemberian Mike. Beberapa kali ia mencoba lingerie kemudian mematut dirinya di depan cermin, kemudian mengganti dengan yang lainnya."Hmm..., Aku seperti maid saja," gumamnya ketika menggenakan lingerie kostum pelayan."Ahh, yang ini aku tampak seperti Charlotte, tapi ini sangat seksi," gumamnya lagi ketika mencoba lingerie kostum suster dengan rok yang sangat pendek, hampir 2 jengkal di atas
Sedikit sulit melepaskan lingerie yang Sasha gunakan, hingga mau tak mau Mike menggunakan tenaganya untuk merobeknya.Sretttt..Lingerie tersebut robek begitu saja. Sasha sedikit kaget namun Mike tampaknya tak peduli, ia lebih penasaran pada apa yang sedari tadi ditutupi oleh lingerie tersebut di bagian depan Sasha. Mike segera mendaratkan tangannya di sana dan memainkannya membuat Sasha melenguh panjang dalam pagutan bibir mereka.Mike memainkan di kedua sisinya. Membuat Sasha bergerak tak karuan, karena kini Mike memainkan ujungnya yang sangat sensitif bagi Sasha.Mike melepaskan pagutan bibir mereka dan mulai menurunkan wajahnya menuju tempat yang tadi dimainkan tangannya. Kemudian mulai menghisapnya dengan lembut dan perlahan sedikit keras bahkan menggigitnya kecil di bagian kanan milik Sasha, sedangkan bagian kiri dimainkan oleh tangannya."Awww..." Sasha memekik tertahan seraya mencengkram rambut Mike.Mike mulai mengganti posisi, kini ia mulai menghisap sebelah kiri dan kanan d
Setelah menyelesaikan meeting dengan client di sebuah hotel, Arsen berencana kembali ke mansion.Di dalam mobil, Arsen tiba-tiba teringat perkataan Yuri beberapa hari yang lalu. Arsen sempat mendiskusikan hal ini dengan Lily.Mike sangat menghargai Arsen dan memperlakukannya dengan hormat, Arsen sangat memahami dedikasi, kontribusi dan kesetiaan Mike padanya.Arsen sangat mengerti, pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran Mike untuk Black Nostra bukan semata-mata karena mengejar materi dan status. Meskipun Mike banyak dikenal sebagai ketua oleh dunia hitam, Mike tidak pernah congkak menepuk dada di luar sana.Mike selalu tunduk dan memperlakukan Arsen dengan hormat sejak kecil meskipun David dan Marissa selalu mengatakan bahwa Mike sudah dianggap seperti cucu kandungnya, sama seperti Arsen. Arsen tahu bahwa Mike sangat menyayanginya dan selalu siap pasang badan untuk melindungi Arsen.Arsen menyadari bahwa perkataan Yuri itu benar adanya. Sasha adalah anak angkat Yuri dan otomatis akan m
"Selesai sarapan, kita berangkat ke hutan, Theo" seru Arsen di tengah sarapannya."Benarkah, Dad?" Tanya Theo dengan wajah berbinar dan penuh antusias.Arsen mengunyah makanannya sambil menganggukkan kepala. Theo tampak sangat gembira dan bersemangat.Lily tersenyum melihat Theo yang sangat antusias belajar banyak hal pada ayahnya. Theo benar-benar mirip sekali dengan Arsen."Aku ikut mengantar kalian sampai tempat berkuda," kata Lily."Mom tidak ikut?" Tanya Theo."Tidak bisa Theo. Ada adikmu di perut Mommy. Berbahaya," sahut Lily dengan lembut seraya mengusap perutnya.Theo mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan mengerti dengan penjelasan dari ibunya tersebut.Theo dan Arsen memakai pakaian dan sepatu boots untuk berkuda di hutan. Arsen juga membawa sebuah helm kecil untuk Theo.Mereka bertiga berjalan keluar mansion menuju ke tempat penyimpanan kuda. Pelayan yang mengurus kuda segera menghampiri Tuan dan segera menyiapkan kuda yang akan di gunakan oleh Tuannya."Dad, apa aku boleh
Hari ini adalah ulang tahun pernikahan Arsen dan Lily yang ke 4. Lily meminta pada Arsen untuk merayakannya secara sederhana. Hanya makan bersama dan beramah tamah bersama keluarga inti Black Nostra, dengan mengundang anak istri masing-masing dan Arsen menyetujuinya.Lily sedang membantu Arsen memasang dasi. Arsen merangkul pinggang Lily dan menatapnya dengan mesra."Kau tetap cantik seperti dulu. Bahkan lebih cantik dibanding awal saat kita bertemu. Dress putih yang kau pakai ini membuatku teringat saat menggandengmu sebagai pengantinku 4 tahun yang lalu." Bisik Arsen dengan mesra.Lily mengenakan dress panjang sutra berwarna broken white model off shoulder bertaburan bunga-bunga emas dan perak di dada. Lily menjepit rambut indahnya di atas kedua telinganya dengan jepitan emas lalu menggerai rambutnya ke kanan dan ke kiri untuk menutupi sebagian kulit bahunya yang putih mulus.Perutnya sudah terlihat sedikit membuncit.Lily tersenyum manis mendengar pujian suaminya dan menjinjitkan k
Arsen, Lily, Mike, Sasha dan Yuri segera mengambil tempat untuk duduk sambil berbincang ringan dan memperhatikan Theo, Michael dan Misha yang sedang bermain bersama.Misha sedang berjalan cepat mengitari sofa sambil tertawa-tawa. Sesekali Theo datang di hadapan Misha untuk mengejutkan dan mencegat langkah Misha lalu Misha menjerit kemudian segera membalikkan badannya untuk menghindari Theo dan kembali berjalan cepat lagi namun di ujung sana, Misha dicegat oleh Michael. Misha kembali berjalan cepat ke arah lain yang diikuti oleh Theo dan Michael.Yuri tertawa gembira melihat kedua cucunya bermain dengan riang bersama Theo."Tingkah Misha benar-benar menggemaskan, persis seperti ibunya. Periang dan aktif. Lihat itu, Misha dikeroyok oleh Michael dan Theo." Seru Yuri dengan sumringah."Benar. Misha memang seperti aku. Aktif sekali," seru Sasha dengan bangga.Tiba-tiba Misha berjalan cepat ke arah Mike dan berseru dengan suara cadelnya "Handsome, tolong... handsome.."Mike segera berdiri,
2.5 tahun kemudian.."Yuri sedang berada di Atlanta, Handsome," kata Sasha pada Mike di sela sarapannya di meja makan."Benarkah?" Tanya Mike balik. Sasha menganggukkan kepalanya."Aku lupa bercerita kalau kemarin Yuri tiba di sana dan siang ini ia menghadiri undangan perkawinan anak dari salah satu relasi dekatnya," jawab Sasha."Apakah Yuri akan kemari?" Tanya Mike.Sasha kembali menganggukkan kepalanya sambil mengunyah suapan makanan terakhirnya."Aku memintanya untuk singgah beberapa hari kemari. Sore ini ia akan terbang ke New York." Kata Sasha sambil tersenyum."Kita harus menjemputnya." Jawab Mike seraya menutup sendok di atas piringnya."Ya, aku juga berpikir begitu, Handsome. Sekitar jam 18.30 ia sampai di New York, " sahut Sasha kemudian."Baiklah. Aku akan menjemputnya sepulang dari markas. Kau tunggu di mansion saja dan menjaga anak-anak," kata Mike.Sasha tersenyum dan menganggukkan kepalanya.Sore menjelang malam hari pun tiba..."Yuri..." seru Sasha saat melihat Yuri mu
"Lampu hias itu dulu tidak ada.. Di situlah aku dulu pertama kali di tampar dan dipukul oleh ibuku," kata Arsen dengan bibir bergetar.Lily segera merangkul pinggang Arsen dan mengusap punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya."Semua sudah berlalu. Biarkan kenangan pahit itu tertinggal di sana. Kau sudah menang atas tragedi kehidupan. Bukankah ibumu pun sangat menyesali karena sudah menyakitimu?" Lirih Lily.Arsen mengangguk perlahan dan memutar tubuhnya menatap dinding."Di situ dulu ada connecting door yang menghubungkan kamarku dan kamar orang tuaku. Ternyata itu pun telah dihilangkan oleh Grandpa," tunjuk Arsen."Grandpa dan Grandma benar-benar sangat menyayangimu," kata Lily dengan lembut, dan Arsen menganggukkan kepalanya.Arsen berjalan melangkahkan kaki menuju ke kamar mandi dan membukanya."Kamar mandi ini tidak berubah. Hanya diganti bentuk kacanya saja," kata Arsen.Setelah beberapa saat berada di kamar masa kecilnya, Arsen merangkul Lily untuk berjalan ke lantai 2.L
Menjelang sore tadi, Lily, Theo, Arsen dan rombongannya melakukan penerbangan kembali ke New YorkMaria dan Roza menyambut kedatangan mereka dan mengambil alih Theo dan barang bawaan mereka, sementara Camilio dan Charlotte berpamitan untuk pulang ke rumahnya dan berkumpul bersama anak-anaknya.Setelah membereskan semua barang, makan malam, kini mereka bersiap untuk tidur. Theo bahkan sudah terlelap di kamarnya sebelum pukul 9 dan Lily menyuruh Roza untuk beristirahat.Lily tak mampu menggambarkan kebahagiaan nya saat ini. Ia sudah mendatangi makam kedua orang tuanya setelah sekian lama. Kemudian mengunjungi rumah lamanya yang menyimpan berbagai macam kenangan bersama mereka. Bahkan kenangan pahit bersama Margaret.Namun, yang membuatnya semakin bahagia adalah Arsen yang akan memperbaiki rumah tersebut. Arsen mengatakan padanya akan membuat mansion atau vila di sana dan berjanji akan mengajak dirinya dan Theo setiap tahun ke sana.Lily sempat menolak, jika akan membangun mansion atau v
"Handsome.." panggil Sasha untuk kedua kalinya sambil menggerakkan perlahan lengan Mike."Hmm.. apa?" gumam Mike sambil membuka separuh matanya dengan malas. Ia sebenarnya sudah tidur dengan lelap, namun guncangan Sasha membuatnya terbangun. Meski masih merasa mengantuk Mike tetap membuka matanya."Aku lapar. Aku ingin makan," kata Sasha dalam posisi duduk sambil memasang wajah memelasnya.Mike menolehkan pandangannya pada jam di dinding."Ini masih jam 1 malam," jawab Mike dengan suara seraknya."Iya. Tadi aku sudah ke dapur sendiri. Tidak ada makanan yang enak. Cuma ada kue, buah dan pudding. Aku tidak suka dan tidak mau itu," jawab Sasha."Kau ingin makan apa?" Tanya Mike mulai membuka matanya dengan lebar kali ini."Aku kemarin lihat referensi kuliner di internet. Aku tertarik pada masakan Indonesia. Nasi goreng. Lagi pula dengan keadaanku saat ini pasti rencanamu mengajakku ke Lombok diundur seperti berburu ke hutan." jawab Sasha dengan sedikit cemberut.Mata Mike membulat menden
"Kau tidak lelah?" Tanya Camilio seraya merangkul bahu Charlotte dengan lembut."Ahh.. kau mengagetkanku, Cam!" seru Charlotte"Apa yang sedang kau lihat dan lamunkan, hmm?" Tanya Camilio sambil mencoba menelisik apa yan tadi Charlotte lihat dari jendela kamar hotel mereka."Aku tidak melamun," jawab Charlotte."Aku menyapamu pelan dan tidak bermaksud mengejutkanmu tapi kau terkejut. Itu artinya ada yang sedang yang sedang mencuri perhatian dan pikiranmu." Jawab Camilio setelah melihat tidak ada apapun di luar jendela sana selain pemandangan kota Austin menjelang malam hari saja.Charlotte menarik napasnya panjang lalu menundukkan kepalanya."Suami istri harus saling terbuka dan bisa berbagi cerita. Jangan suka disimpan sendiri, yang ada nanti malah akan menjadi ganjalan dan suatu kebiasaan. Selelah apapun, jangan segan-segan untuk berbagi denganku. Memang aku belum tentu bisa langsung memberikan solusi tapi setidaknya akan meringankan pikiranmu," kata Camilio sambil memegang bahu ist