After being rejected by his first love, Cean Henner doesn't believe in love and decided to changed himself into a different person. From being a sociable and jolly junior school council president of Manyu University, he turns into a peevish and straight-forward person. Kinakatakutan at iniiwasan siya ng ibang estudyante ng Manyu University. He's also a strict council president that doesn't like giving second chances to those who make mistakes. Even though it's hard for him to be that kind of person because the people around him are affected, he still choses to change just to save his broken heart and build walls inside. He also thought of not loving again. But an incident happened while attending an acquaintance's party. He met a guy that claimed him as his and a proposal was created. A proposal that will change him and his feelings.
View More"Buka bajumu dan tunjukkan bagaimana murahannya dirimu yang rela menjual diri demi uang, Hanna!"
Suara tegas seorang pria membuat tubuh Hanna bergidik malam itu. Mereka sudah berada di kamar pengantin mereka dan Hanna pun meremas ujung piyama satin yang ia pakai. Namun, alih-alih patuh, Hanna malah mematung menatap pria dengan aura yang begitu dingin itu.
Louis Sagala.
Pria tampan di hadapan Hanna adalah suaminya yang sah. Mereka baru saja menikah dengan sangat sederhana tadi dan Hanna pun akhirnya resmi menjadi istri kedua dari suami Indira, wanita yang sudah menjadi bosnya satu tahun terakhir ini.
Sungguh, Hanna sempat menyesali keputusannya. Kalau saja ia tidak meminjam uang pada Indira untuk biaya operasi jantung adiknya, mungkin Indira tidak akan pernah mengajukan syarat gila di mana Hanna harus menjadi istri kedua Louis dan menjadi ibu pengganti untuk melahirkan anak mereka.
Namun, Hanna tidak punya pilihan lain. Adiknya baru berumur sembilan tahun dan Hanna akan menyesal seumur hidup kalau melewatkan kesempatan untuk menyelamatkannya.
"Apa kau tuli? Kubilang, buka bajumu!" bentak pria itu lagi.
"B-baik, Pak," jawab Hanna akhirnya dengan begitu sulit.
Perlahan, Hanna bangkit dari ranjang. Dengan tangan gemetar, Hanna membuka cardigan yang ia pakai dan hanya menyisakan gaun tidur pendek dengan tali tipis di dalamnya. Gaun tidur ini adalah pemberian Indira agar Louis tertarik pada Hanna.
Namun, Louis hanya menatap Hanna tanpa minat. "Apa aku menyuruhmu berhenti? Buka semua! Biar aku melihat tubuh murahanmu itu!" geram Louis.
"Aku yakin kau juga pasti sudah sering menunjukkan tubuhmu pada banyak pria kan? Karena itu, begitu mudahnya kau menerima permintaan gila istriku untuk menjadi istri keduaku!"
Membayangkan tawa adiknya, Hanna memejamkan mata. Ia bertekad melakukan ini untuk kesembuhan sang adik.
Ya, adiknya harus sembuh.
Tekad itulah yang membuat Hanna mampu melepaskan semua kain yang melekat di tubuhnya, sampai akhirnya penghalang terakhir pun lepas dari kakinya.
Hanna berdiri dengan tubuh polosnya di hadapan Louis sampai pria itu pun menelan salivanya kasar.
Louis tidak menyangka di balik penampilan Hanna yang selalu membosankan itu tersembunyi tubuh yang begitu ramping dan indah.
Apalagi saat ini, Hanna sedang menyilangkan kedua lengan di depan dadanya dan mengatupkan kedua kakinya erat-erat. Gaya malu-malu yang sialnya, mampu membangkitkan hasrat Louis.
Namun, sayangnya, tubuh itu terlalu murahan untuk disentuh dan Louis tidak sudi.
"Jangan sok suci dan bersikap malu-malu di depanku, Hanna!" geram Louis lagi yang langsung menyambar tangan Hanna agar tidak menutupi apa pun darinya.
"Pak ... tolong ...," lirih Hanna ketakutan sampai ia tidak sanggup menyelesaikan ucapannya.
"Kau mau apa? Memohon agar aku memperlakukanmu dengan lembut?" Pria itu berdecih dengan wajah bengisnya. "Tidak akan! Dan lagi, tugasmu hanya untuk hamil anakku. Bukankah semakin cepat melakukannya, semakin cepat juga kau hamil?"
Dengan kasar, Louis pun mendorong tubuh Hanna sampai tubuh Hanna terpental di atas ranjang.
"Akh!" Hanna memekik pelan, air matanya hampir keluar merasakan betapa kasarnya Louis padanya, tapi Hanna menahannya. Ia tidak boleh menangis di depan Louis.
"Buka kakimu dan lakukan ini dengan cepat!" titah Louis lagi yang membuat Hanna makin ketakutan.
"Pak, ini ...."
"Kau sudah membuka bajumu, apa susahnya membuka kakimu juga, hah? Buka sekarang!"
Louis menarik kedua kaki Hanna dengan kasar, kemudian tertawa.
Sementara Hanna, wajah wanita itu semakin memerah. Posisinya saat ini sudah seperti wanita yang begitu pasrah, tetapi ternyata hanya dijadikan tontonan semata.
"Kalau kau pikir aku akan berhasrat dan menyentuhmu, kau salah besar!" Louis menatap ke arah Hanna dengan tajam. "Sedari awal, aku menikahimu hanya untuk menyenangkan istriku."
Kemudian, Louis mengempas kaki Hanna dengan kasar, membuat si empunya tubuh sampai menjerit tertahan.
"Akh!!"
Angin dingin dari AC kamar menerpa tubuhnya sampai membuat Hanna menggigil dan air mata yang sejak tadi ditahannya pun tumpah tidak terkendali.
Hanna menekuk kaki dan memeluknya di atas ranjang layaknya bayi yang sedang meringkuk. Malam pertama yang identik dengan kebahagiaan, hasrat membara ... justru meninggalkan luka mendalam di hati Hanna. Sang suami enggan menyentuhnya, dan malah menghinanya tanpa henti.
Louis hanya berdiri di tepi ranjang dan menatap jijik kepada Hanna.
"Dengar ya, Hanna! Aku tidak peduli dengan perjanjian gila apa pun yang kau buat dengan istriku dan berapa banyak istriku membayarmu untuk melahirkan anak kami!" Pria itu terlihat menggertakkan giginya sebelum melanjutkan kalimat pamungkas, "Wanita murahan sepertimu, jangan pernah berharap bisa hamil anakku!"
**CEAN“Regarding the upcoming event, I want all of you to monitor every thing. We're going to accept some outsiders from other schools. Alam kong mabigat na gawain ito but, this will be the first time I'm going to open Manyu for other students. The university's fair will be lasted for 2 consecutive weeks. Dapat ay isang linggo lang but how can you enjoy it with that short period of time, right?”I am listening on to what the director’s saying dahil ngayon ang meeting naming with him, kahit na medyo inaantok pa ako. I am torn between choosing to go to sleep or to listen. I silently yawned and gladly, no one noticed. The reason why I didn't sleep well last night is because of that sophomore. Tch. Kung alam ko lang na ganon ang gagawin niya, hindi ko na sana siya pinapunta sa unit ko. T'was partly my fault but the blames on him. Bigla ko namang naalala yung nangyari kagabi.Naalimpungatan ako ng makarinig ako ng katok mula sa pinto ng unit ko na para bang gusto nitong sirain ang pinto. Bu
CEAN“Regarding the upcoming event, I want all of you to monitor every thing. We're going to accept some outsiders from other schools. Alam kong mabigat na gawain ito but, this will be the first time I'm going to open Manyu for other students. The university's fair will be lasted for 2 consecutive weeks. Dapat ay isang linggo lang but how can you enjoy it with that short period of time, right?”I am listening on to what the director’s saying dahil ngayon ang meeting naming with him, kahit na medyo inaantok pa ako. I am torn between choosing to go to sleep or to listen. I silently yawned and gladly, no one noticed. The reason why I didn't sleep well last night is because of that sophomore. Tch. Kung alam ko lang na ganon ang gagawin niya, hindi ko na sana siya pinapunta sa unit ko. T'was partly my fault but the blames on him. Bigla ko namang naalala yung nangyari kagabi.Naalimpungatan ako ng makarinig ako ng katok mula sa pinto ng unit ko na para bang gusto nitong sirain ang pinto. Bu
CEAN“Regarding the upcoming event, I want all of you to monitor every thing. We're going to accept some outsiders from other schools. Alam kong mabigat na gawain ito but, this will be the first time I'm going to open Manyu for other students. The university's fair will be lasted for 2 consecutive weeks. Dapat ay isang linggo lang but how can you enjoy it with that short period of time, right?”I am listening on to what the director’s saying dahil ngayon ang meeting naming with him, kahit na medyo inaantok pa ako. I am torn between choosing to go to sleep or to listen. I silently yawned and gladly, no one noticed. The reason why I didn't sleep well last night is because of that sophomore. Tch. Kung alam ko lang na ganon ang gagawin niya, hindi ko na sana siya pinapunta sa unit ko. T'was partly my fault but the blames on him. Bigla ko namang naalala yung nangyari kagabi.Naalimpungatan ako ng makarinig ako ng katok mula sa pinto ng unit ko na para bang gusto nitong sirain ang pinto. Bu
CEANAfter our afternoon classes ay dali-dali akong pumunta ng parking lot. Nadatnan ko roon si Cali na prenteng nakasandal sa kotse ko habang nakangiti ng wagas. I told him earlier na hintayin niya ako dito sa parking lot dahil ayokong lagi siyang pumupunta sa council room.“Baby–” I stopped him as he tried to hug me by raising my hand. Napanguso naman siya dahil doon. Hindi ko na lang siya pinansin habang sumasakay sa kotse ko. Sumunod naman siya't parang tanga na nakangiti sa loob. Napailing ako dahil sa ginagawa niya. Ako lang ba o para akong nakakakita ng buntot at tenga ng isang kitsune o red fox.Nagsimula naman ako sa pagdadrive at tahimik lang siya habang nakatingin sa may bintana. Seryoso ako sa pagmamaneho ng bigla akong napa-break dahil sa biglaan niyang paghawak sa kamay ko na nasa manibela.“Don't do that?!” Bulyaw ko habang nakatingin ng masama sa kanya. Mapapahamak kami dahil sa ginawa niya. Gulat niya akong tiningnan at para bang naamaze pa siya sa sinabi ko. Tch. Wei
CEAN“Nicole, I. . . I like you.” The heck! Why am I stuttering? Argh! Ang hirap magconfess. Babawiin ko sana ang sinabi ko ng marinig ko siyang tumawa. The sound of her laughs makes my heart beats fast. “Ang lakas mo mang-good time, Cean.” Aniya habang patuloy pa rin sa pagtawa. “I'm not joking. I really mean it.” Seryoso kong sabi na nagpatigil sa kanya mula sa pagtawa. Tiningnan niya ako na para bang sinusuri ako. Lumapit siya sa gawi ko at saka hinawakan ang noo ko. Our distances make my heart beats even faster. She's so near.“Wala ka namang sakit. Sigurado ka ba sa sinasabi mo?” Tanong niya. Tanging tango lamang ang naisagot ko sa kanya dahil hindi ako makapagsalita buhat ng pagiging malapit namin sa isa’t isa. I felt my cheeks heated up.“Ahahaha! Namumula ka, Cean!” Hagalpak na tawa niya. Embarrassment started envading my system. “Nicole, I'm serious.” Wika ko rito ng hindi makatingin sa kanya dahil nag-iinit ang mukha ko. This the very first time na umamin ako and I don'
CEANAt exactly 12 o'clock ay nag-ayos na kami ng kanya-kanya naming gamit. Tapos na ang kalahating araw ng klase namin at mamayang hapon ulit. Habang nag-aayos ng gamit ay pinag-uusapan ako ng ilan sa mga kaklase ko.“Hindi ko talaga kayang makipagpatalinuhan sayo, Cean. Pambihira ang talino mo.” Wika ng katabi ko.“Sinabi mo pa, Llyod. Running for summa cum laude ata tong President natin eh.” Sang-ayon naman ng kaklase kong isa. Napailing na lang ako sa mga pinagsasabi nila. I'm not that smart nor intelligent. I'm just fond of studying and besides it's for my future. Gusto ko ng magandang kinabukasan. And for that to happen, I need to study and strive hard. I’m also enjoying what I’m doing so, no regrets at all.Hindi na ako nagtagal pa sa room namin saka naglakad papunta sa pinto. Bago pa man ako makarating doon ay nakarinig ako ng tilian at hiyawan mula sa labas. Hindi sana ako makikiusyoso ngunit naitulak-tulak ako ng mga kaklase kong babae papalabas sa kumpol ng mga estudyante.
Maligayang pagdating sa aming mundo ng katha - Goodnovel. Kung gusto mo ang nobelang ito o ikaw ay isang idealista,nais tuklasin ang isang perpektong mundo, at gusto mo ring maging isang manunulat ng nobela online upang kumita, maaari kang sumali sa aming pamilya upang magbasa o lumikha ng iba't ibang uri ng mga libro, tulad ng romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel at iba pa. Kung ikaw ay isang mambabasa, ang mga magandang nobela ay maaaring mapili dito. Kung ikaw ay isang may-akda, maaari kang makakuha ng higit na inspirasyon mula sa iba para makalikha ng mas makikinang na mga gawa, at higit pa, ang iyong mga gawa sa aming platform ay mas maraming pansin at makakakuha ng higit na paghanga mula sa mga mambabasa.
Comments