Di tata dengan sangat mewah, membuat semua tamu undangan yang terlihat berjalan menyingkir kaget, tak mengira ada motor nyelonong masuk ke rumah ini.
Bagaimana tak kaget, kenapa ada motor ojek daring bisa nyelonong masuk ke rumah mewah dan eksklusife ini, ini sama dengan cari penyakit.
Tapi saat melihat Rafsa di boncengan motor online itu semua tertawa, mereka kini mulai bercanda, kalau di crazy rich tampan itu sedang bikin sebuah pesta kejutan.
“Dasarrrr, si crazy rich ternyata yang bikin ulah, ada-ada saja kejutan di ultahnya kali ini, tapi aseek juga nih, jadi penasaran, apalagi kejutan yang akan dia buat!” ungkap tamu-tamu berpakaian perlente dan juga para ART yang terlihat sibuk hilir mudik melayani tamu-tamu undangan.
Motor ojek online berhenti tepat di tengah-tengah taman dan tak jauh dari panggung kecil yang di tata sedemikian rupa, sehingga Rafsa sukses menjadi pusat perhatian, semua kaget hingga terdiam, termasuk pemain musik, tak me
Setelah adegan romantis itu selesai di putar, di mana Rafsa terlihat mencium dahi Stella, Mami Stefani tersenyum dan terlihat puas.Dia tak memperdulikan bagaimana dua sejoli itu saling lirik dengan wajah bak udang rebus, malu tak terkira, kenapa sampai di putar adegan itu dan di tonton ratusan orang, suara suit-suit terdengar, hingga kedua sejoli ini makin malu.Rafsa dan Stella tak menyangka kalau ada yang diam-diam merekam dan saat ini di tatap ratusan undangan.Kini semuanya butuh jawaban, apa maksud di putarnya adegan romantis itu, di acara ultah sang crazy tampan ini.“Nahh para undangan semua…malam ini saya ingin mengumumkan, di ultah Rafsa De Jong yang ke 27 tahun, dia akan kami tunangkan dengan kekasihnya yang ada di sampingnya ini dan pernikahan pun akan segera di gelar secepatnya!”Maka riuhlah semuanya, tak mengira kalau dua sejoli itu malam ini akan bertunangan. Banyak yang kaget, terutama keluarga Manthis de Jong, k
“Tak apa Mas Rafsa…nama saya Tikno, saya malah tak mengira malam ini bisa melihat langsung acara hebat ini, tak bakal saya lupakan seumur hidup, selamat yaa buat Mas Rafsa dan Mba Stella, moga secepatnya menikah dan punya anak-anak yang tak kalah ganteng dan cantik seperti papa dan ibunya ini!”Rafsa lalu memanggil Tarot sopir pribadinya, dan minta diambilkan tas kecil, tak sampai 10 menitan Tarot balik lagi, Rafsa lalu mengambil selembar cek, yang sudah bertuliskan angka uangnya di sana.“Pa Tikno, saya tak bawa uang cash, ini selembar cek sebesar 50 juta, bisa bapak uangkan kapan saja, bawa saja ke bank yaang tertera di cek itu…!” Tikno hampir terlonjak kaget, tak mengira akan dapat cek senilai fantastis bagi ukurannya. Tapi bagi Rafsa itu angka yang sangat kecil.Setelah menyalami Rafsa sampai tangannya dan juga tangan Stella di cium, lalu Rafsa mengenalkan ke ayah bundanya, Tikno sampai minta foto selfie, karena dia meng
James tertawa sambil mengangguk, sambil jalan menuju mushalla yang ada di cottage itu, James bercerita kalau dia sudah tertarik mualaf sejak 10 tahunan yang lalu, tapi mantap mualaf 3 tahunan yang lalu setelah melihat orang rame sholat Idul Fitri dan COVID-19 merebak, di mana harus cuci tangan dan kaki yang bersih, sehingga James pun memantapkan hatinya. Ternyata Sheila, ibunya sangat mendukung, termasuk Andrew, ayah sambungnya, apalagi James sudah dewasa dan tentu sudah matang berpikir. James kini setiap hari melihat Kania syuting dan setelah syuting keduanya sering jalan berdua, hingga tak terasa syuting 5 harian kelar dan Kania harus bersiap pulang kembali ke Jakarta. James yang bersikap dewasa kaget saat Kania mengatakan kini banyak menerima job film, sehingga sering meninggalkan rumah. James pun memberi nasehat ke wanita jelita yang makin matang ini, agar jangan lagi ambil semua job film atau iklan. “Kasian Aji, dia butuh kamu Kania, apalagi ini masa-masa perkembangan dia!”
“Jancukkkkkkk….anjrittttttt…sudah 100 orang lebih yang lakukan audisi semuanya ga ada yang benarrr!” teriak remaja berambut sebahu ini. Dua stik drum patah dia pukulkan ke dinding saking frustasinya.Belum cukup hanya mematahkan bilah stik drum, remaja ini juga menendang sebuah meja, dia lupa meja itu dari kayu jati yang keras, akibatnya dia melolong kesakitan sendiri dan lagi-lagi sumpah serapah keluar dari mulutnya, sambil mengelus-elus tulang kering kakinya yang tadi dia tendangkan ke meja tersebut.Dua rekannya yang pegang guitar hanya diam sambil geleng-geleng kepala melihat rekannya tadi yang terus ngamuk-ngamuk.“Ben kenapa dia ngamuk mulu, emank berapa botol minuman dia sikat tadi malam!” bisik remaja yang pegang gitar bass pada rekannya yang bernama Ben dan pegang lead guitar. Remaja ini hanya angkat bahu seakan tak paham dengan rekannya yang pegang drummer tersebut ngamuk-ngamuk tak karuan
“Silahkan loe duduk Manthis!” sapa Ben dan John hampir bersamaan, karena mereka melihat sang leader dari tadi masih menatap wajah dan pakaian Manthis.“Jangkung dan ganteng juga nih anak, tapi sayang badannya kurus dan rambut berantakan begitu,” kata Raymand dalam hati.“Siapp bang…terima kasih!” Manthis pun duduk dia lalu ditawari minum oleh John.“Manthis, kamu sudah lama jadi vocalis band itu, oh ya kenalkan saya Raymand panggil Ray, dan itu Ben serta John?” Raymand menyodorkan tangannya yang disambut Manthis.“Baru 5 bulanan bang Ray, saya dulunya hanya bantu bersih-bersih di kafe ini, lalu di tawarin jadi backing vocal!” sahut Manthis sambil menganggukan kepala pada Ben dan John.“Loe ga sekolah Manthis!” sela Ben.“Sekolah Bang, tapi sekolah yang ga di bangku sekolah, ikut sekolah di bawah jembatan, dengan anak-anak jalanan, tahun ini kelas III bentar
Penampilan The Tollen’s dengan lagu-lagu rock alternativenya seakan mengobati kerinduan penikmat music di mana-mana, yang bosan dengan penampilan boyband yang banyak kemayu dengan goyang-goyang bak banci.Sejak trending di youtube, undangan tampilpun mulai berdatangan, bahkan sehari The Tollen’s bisa tampil di tiga station TV berbeda. Kesempatan itu lalu dimanfaatkan Ray dan kawan-kawan memasarkan lagu-lagu mereka yang di rekam melalui CD dan ternyata laku keras.Puluhan produser besar kini sampai berebut ingin mempatenkan lagu-lagu mereka, sekaligus ikat kontrak dengan album pertama mereka ini.Ogong Lee, Produser music yang sudah berpengalaman berhasil memenangkan kontrak buat The Tollen’s, tak tanggung-tanggung dia mengontak The Tollen’s hingga album ke 5. “Lo olang benal-benal anak muda belbakat, lagu lo olang langsung bomming!” kata Ogong Lee dengan logat cadelnya sumringah, melihat album pertama
Ibunya hanya membekali Manthis uang sebesar 500 ribu, itupun gaji ibunya sebagai seorang tenaga laundry atau tukang cuci baju. Untungnya Manthis punya otak yang cerdas, walaupun dia droup out saat kelas II SMU. Sambil sibuk bekerja, Manthis juga menyempatkan diri ikut jadi murid di kolong jembatan meneruskan sekolahnya, yang di kelola sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Pendidikan.Selain nguli dan kerja serabutan lainnya, Manthis juga tak malu ikutan ngamen, nasib Manthis mulai berubah, saat dia ikutan ngamen bersama anak-anak kolong jembatan, suara Manthis yang melengking tinggi menarik perhatian wanita parobaya yang berpenampilan nyentrik.Wanita parobaya yang bernama Mba Irma ini saat itu lagi makan di sebuah rumah makan pinggir jalan, Mba Irma adalah seorang manejer sebuah band di klub malam kelas atas.Mba Irma memang suka sekali makan di warung-warung makan kelas bawah, dengan alasan bosan makan di restoran terus, gara-gara inilah nasib Manthis akhir
“Tenang broe, jangan gugup, tarik nafas panjang dan anggap saja puluhan ribu penonton itu hanya sekumpulan manusia biasa!” Amang menenangkan Manthis yang terlihat agak nervous di ruang make up.Manthis benar-benar tak tenang dari tadi, inilah penampilan perdananya bersama group bandnya The Stollen’s di panggung secara terbuka, juga disiarkan langsung sebuah TV swasta yang di tonton 50 ribu penonton lebih di stadion. Stadion Jalak Harupat bak mau runtuh saking hebohnya suara-suara penonton yang terus bersorak sorai dari tadi.Ben dan John dari tadi terlihat tak putus-putusnya merokok, sesekali mereka menenggak air mineral untuk menenangkan hati.Hanya Ray yang terlihat agak tenang, leader The Stollen’s ini benar-benar jadi sosok panutan, karena mampu menahan diri tidak berlebihan seperti tiga sahabatnya.Ketika mereka ingin menenggak minuman keras agar lebih tenang, mata Ray langsung melotot, sehingga Ben dan John terpaksa diam tak